↱ oikawa™ ↰

2K 307 54
                                    

“Pa,” panggilmu pada seorang pria berpostur tinggi yang sedang memotong-motong sayur di meja dapur rumahmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pa,” panggilmu pada seorang pria berpostur tinggi yang sedang memotong-motong sayur di meja dapur rumahmu. Pria itu terlihat sangat serius hingga kamu merasa sedikit menyesal sudah memanggilnya.

Oikawa Tooru—nama pria itu—langsung mendongakkan kepala dan melihat arah ke pintu begitu suara halus putri kesayangannya terdengar. “Hm? Kenapa, Dek?”

Kamu sebenarnya hendak menanyakan sesuatu, namun melihat Tooru yang mengiris wortel dengan model kotak-kotak, kamu mengurungkan pertanyaanmu dan malah berjalan mendekati ayahmu. “Papa ... mau bikin apa?”

“Papa mau bikin ...,” Tooru menjeda kalimatnya lalu menunjukkan adonan tepung yang sudah dicampur dengan bumbu kepadamu, “... bakwan!”

“Hooo .... Emang Papa tau caranya?” tanyamu dengan kedua alis dinaikkan.

Tooru mengerucutkan bibir, meletakkan kembali wadah tepung ke samping talenan tempat memotong wortel. “Lha ini baru proses, lho. Kamu kok curigaan banget, sih, sama Papa?”

“‘Kan, Papa itu cowok,” kamu mengambil sebuah bangku tinggi di dekat meja makan dan meletakkannya di seberang Tooru. Kamu lalu duduk di atas kursi itu, “dan kata temen aku, kita nggak boleh sembarangan percaya sama cowok.”

“Ya kalo itu, sih, Papa juga setuju. Tapi cowok yang gak boleh sembarangan dipercaya itu cuma cowok yang nggak hidup serumah sama kamu, tau,” jelas Tooru sembari mencubit hidungmu pelan.

“Ih, tangan Papa bau bawang.”

“Ih, badan kamu bau kencur.”

Dengan muka datar, kamu melempar sebuah potongan wortel ke lengan Tooru.

“Aduh, sakit.”

“Mantan kapten klub voli dari SMA elit, kok, dilempar wortel aja sakit. Yeu.”

“Bukan sakit fisik, Sayang. Tapi psikis,” dramatisir Tooru yang meletakkan tangan kanannya di dada sementara tangan kirinya menumpu berat tubuh. “Ini. Sakitnya di hati sini, nih.”

“Iya, udah, terserah.”

“Gitu? Dari tadi kamu cuma ngeliatin doang, lho. Bantuin Papa sini, kek.”

Diberitahu seperti itu, tanganmu langsung terulur untuk mengambil wadah adonan serta whisk untuk mengaduk dan meratakan gumpalan tepung yang masih terlihat di permukaan adonan bakwan.

“Hm ... Pa, ini udah dikasih telor?”

Sejenak, Tooru berhenti memotong. “Telor buat apa?”

“Ya Tuhan,” kamu menepuk jidat. Walau pintar, papamu itu memang sedikit pikun kalau sudah menyangkut soal bahan-bahan makanan. “Kalo ga pake telor ntar bakwannya pecah-pecah pas digoreng, Pa! Gimana, sih?”

“Iya kah? ... Ehehe. Maaf, deh.” Tooru mengambil sebuah telur dari kulkas, lalu diberikannya padamu. “Nih. Satu doang cukup, 'kan?”

“Sip, cukup cukup.” Lalu kamu memecahkan telur itu untuk dicampur ke adonan bakwan, baru setelah itu kamu meratakannya lagi. “Oh ya. Omong-omong, Papa kesambet apa ini kok tumben-tumbenan mau bikin bakwan?”

“Daripada tiap hari harus beli gorengan di warung pojokan gang, mending kita bikin sendiri. Maunya Papa biar lebih higienis gitu.” Tooru memotong beberapa wortel lagi, setelah itu dicampurkan ke adonan yang kami bawa. “Kamu, ‘kan, suka main comot makanan, makanya Papa berusaha bikin lauk yang pure homemade.”

“Hmm, boleh juga tuh. Kapan-kapan bikin popcorn sekalian yak, Pa.”

“Ya, oke. Tapi yang asin aja, popcorn manis kalo konsumsinya kebanyakan bisa bikin kamu gendut.”

“Kok, gitu ....” Tanganmu mengaduk adonan tepung sekali lagi, lalu wadahnya kamu berikan pada papamu. “Nih, Pa, udah lumayan rata. Abis ini silahkan panasin minyak, aku mau mandi dulu. Jangan sampe kelupaan, oke? Oke. Good luck, Papa!”

“Eeeh?! Gitu doang bantuinnya??”

“Kata Papa aku bau kencur, ya udah aku mandi dong biar wangi kayak Om Sugaaa~”

“Gak usah jauh-jauh nyari contohnya, Cantik.”

Roger. Pokoknya Papa jangan biarin frying pan-nya nganggur di situ doang, yak.”

“Ini juga mau ambil minyak ...,” lirih Tooru dengan nada bicara yang terlampau imut untuk seorang ayah yang sudah memiliki satu keturunan.

Tertawa puas, kamu menyampirkan handukmu ke bahu, melambai pada Tooru, lalu masuk ke kamar mandi sambil tersenyum lebar. “Jangan sampe gosong, yaaa!”

“Iya iya, ish!”

“Iya iya, ish!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝papa❞|haikyuu!! verseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang