[ REQUEST CLOSED ]
÷
❦ ; "you're the soft copy of me,
that i promise i'll protect for
my whole life."
; ❝papa❞
一haikyuu / haisute dad(s) x daughter! reader :)
❦
|e n j o y ❢ 。*゚• .✧ ·`
|☕
*↴
[psst, ini pake bahasa indo ya =D]
÷
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
papa tsumu adekk
[Name] yes, father? ada yang bisa dibantu?
papa tsumu di rumah masih ada sabun nggak?
[Name] bentar pa, wait, chotto, aku cek kamar mandi dulu
papa tsumu okey
[Name] sabunnya masih banyak si, yg abis malah odolnya
papa tsumu hah? odol??? perasaan baru dua hari lalu deh papa beli odol baru
[Name] ah masa si bukannya dua bulan lalu ya
papa tsumu heh ngawur kamu
[Name] canda doang pak trus gimana itu?
papa tsumu ya udah ini papa beli odol lagi lah, daripada nafasnya bau kayak sapi
[Name] oHOK "sapi"
papa tsumu apasih -_- papa tsumu oke kalau begitu, tunggu dua puluh menit lagi ya dek papa mau mampir beli wafel dulu
[Name] mau ih:(
papa tsumu yg apa? plain topping selai?
[Name] tentu saja, bosku
papa tsumu sip, otw
[Name] 👌
|#|
↷ di rumah, dua puluh menit kemudian ...
“[Name], Sayang! Wafelmu datang~!” Miya Atsumu memanggil putrinya, Miya [Name], sembari melambaikan tas plastik berisi wafel stroberi dengan isian keju kotak kecil di dalam adonannya.
Tak lama, kamu melaju keluar dari kamarmu, lalu memeluk Atsumu. Jarang-jarang kamu seperti ini, papamu itu jadi agak keheranan. “Dek, kenapa?”
Kamu yang menyadari bahwa dirimu mendadak menjadi clingy, langsung melepas pelukan dan melangkah mundur. “Eh ... ehehehe. Aku ngga kenapa-napa, kok.” Tanganmu menerima wafel itu. Tak lupa, kamu juga menyuguhkan senyum manis kepada Atsumu. “Makasi, Pa.”
Melihat senyuman tulusmu, Atsumu langsung tak ragu untuk mengusap puncak kepalamu dengan sayang. “Iya, sama-sama. Oh, ya. Soal odol tadi gimana? Memang habis atau cuma ilang dari tempatnya?”
“Belum tau,” kamu menggelengkan kepala, menjawab pertanyaan papamu dengan sejujurnya. “Aku sendiri sebenernya percaya kalo Papa abis beli odol ga lama sebelum ini, tapi pas aku cek kok ternyata nggak ada. Itu yang bikin aneh.”
“Ah, itu ya ...,” Atsumu berpikir sejenak, “Ya udahlah, gapapa. Ga usah diurusin lagi. Cuma odol juga.”
“Tapi aku penasaran, Pa. Boleh aku selidikin, ya?”
“Iya. Tapi nggak usah aneh-aneh, lho.”
Kamu mengacungkan ibu jarimu kepada Atsumu, yang langsung mengangguk dan—secara tiba-tiba—membalas pelukanmu yang terlupakan tadi.
Tentu saja kamu tersenyum.
Papamu itu boleh saja merupakan seorang yang bobrok, kebanyakan bercanda, dan kalau akan mandi pasti harus menyanyi dan ribut denganmu dulu sebagai ritualnya, tapi beliau juga seorang yang kamu hormati karena kesetiaannya pada keluarga. Entah itu saudaranya, entah itu putrinya, semuanya.
Setelah Atsumu melepas pelukan, kamu berjinjit untuk mencium pipi kirinya. “... Ya udah, Pa. Aku ngerjain tugas dulu, ya.”
Papamu mengacak rambutmu sekali lagi sebelum kamu pergi dari ruang tengah untuk menuju ke kamar. “Iya, Sayang. Semangat, ya.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.