[ REQUEST CLOSED ]
÷
❦ ; "you're the soft copy of me,
that i promise i'll protect for
my whole life."
; ❝papa❞
一haikyuu / haisute dad(s) x daughter! reader :)
❦
|e n j o y ❢ 。*゚• .✧ ·`
|☕
*↴
[psst, ini pake bahasa indo ya =D]
÷
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam itu, kamu dan papamu; Kuroo Tetsurou, menjalani ritual akhir bulan yaitu meratapi nasib.
Bukan, meratapi nasib di sini bukan dengan cara memelas sambil berteriak kesana-kemari seperti orang yang sudah sangat putus asa. Meratapi nasib versi keluarga Kuroo adalah duduk di ruang TV, menyetel channel yang sekiranya bakal menayangkan film mellow biasa atau romancemellow, lalu duduk di sofa berdua.
Yah, sebenarnya kamu sendiri bahkan tidak bisa dikatakan sedang duduk, sih.
“Dek. Duduknya yang bener, kenapa sih ...”
“Gak mau. Gini aja udah enak,” katamu, masih kokoh dengan pendirian untuk tiduran di paha Tetsurou dan menggunakannya sebagai media cakaran.
Benar, seperti kucing.
“Papa kadang heran,” ucap Tetsurou dengan nada suara datar, sekarang ini tangan besarnya menyisir rambut hitam legam-mu yang tergerai di sofa, melewati paha pria itu sendiri. “Kok bisa, ya, anak Papa mendadak jadi kucing kalo tanggal akhir bulan udah dateng gini.”
Menggerutu sembari mengerucutkan bibir, iris matamu yang sewarna emas itu lalu beralih dari layar TV untuk menatap Tetsurou, tajam. “Nggak. Aku bukan kucing.”
Tangan Tetsurou mengelus bagian atas alis matamu pelan, dan entah kenapa pergerakannya itu memberi kesan rileks. “Ya udah sih, cuma bercanda.”
“Hmpf.”
"Eh, iya. Dek?” panggil Tetsurou seketika.
“Hm?”
“Kamu tadi udah selesai ngerebus air, ‘kan?”
“Iya,” balasmu dengan nada yang masih datar seperti sebelumnya.
“Ya udah.”
Gitu doang?
Kamu melirik Tetsurou sebentar, lalu berguling menghadap perut pria itu. “Hmm.”
Sementara papamu kegelian karena kamu mulai mendusel-dusel di kain kaus hitamnya, dirimu yang sudah terlalu bodoamat itu malah mencakar dada bidangnya sebagai tambahan siksa duniawi bagi sang papa.
Apa, dah.
“Adek, ish, geli tau.” Tetsurou yang sudah sebal akhirnya mengangkatmu dari posisi tiduran menjadi terduduk di sampingnya. “Kayak gitu, kok, gak mau dikatain kucing.”
“Ya udah, aku kucing ...”
“... tapi bukan kucingnya Papa. Wlee!”
“Enak aja.” Papamu menggerutu. Ia pun berubah pikiran dan langsung memerangkapmu di pangkuannya dengan mendekap badanmu yang jauh lebih kecil darinya. Dekapan itu sangat erat hingga mau menggerakkan tangan saja tidak bisa. “Yang namanya Kuroo [Name] ya punyanya Kuroo Tetsurou. Dah, diem. Jadi anak kucing yang nurut.”