[ REQUEST CLOSED ]
÷
❦ ; "you're the soft copy of me,
that i promise i'll protect for
my whole life."
; ❝ｐａｐａ❞
一haikyuu / haisute dad(s) x daughter! reader :)
❦
｜e n j o y ❢ ｡*ﾟ• .✧ ·｀
｜☕
＊↴
［psst, ini pake bahasa indo ya =D］
÷
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja itu sunyi.
Kamu, Kageyama [Name], yang merupakan putri dari Kageyama Tobio, sekarang ini sedang duduk manis di sofa ruang keluarga setelah menyelesaikan pekerjaan rumah yang menumpuk.
... Sedangkan papamu sibuk mengatur sesuatu di speaker bluetooth-nya yang berbentuk cube kecil itu.
Penasaran, kamu memutuskan untuk bangkit dan menghampiri pria itu. “Pa, ngapain?”
“Ini, mau nyetel lagu. Biar ngga sepi-sepi amat.” Tobio menjawab singkat, dengan nada suara yang dalam namun rileks. Bahkan jika didengar lagi, sepertinya papamu sedang dalam mood yang bagus.
Kamu melongok, melihat playlist yang akan diputar Tobio setelah menyambungkan koneksi bluetooth dari ponselnya kepada speaker kecil tadi.
Tak membutuhkan waktu terlalu lama, koneksi terhubungkan. Tobio memencet sebuah lagu dengan jari telunjuknya, dan alunan intro langsung terdengar sampai ke telingamu.
... Kamu mengenal lagu ini,
lagu yang biasanya menemanimu menghabiskan waktu untuk memandang senja.
“I fell by the wayside like everyone else.” Tobio mulai bernyanyi, suara baritonnya mengalun lembut memenuhi udara. “I hate you, I hate you, I hate you, but I was just kidding myself.”
“Our every moment, I start to replace.”
“‘Cause now that they‘re gone, all I hear are the words that I needed to say.”
Lama kelamaan, alunan lagu itu seperti mengajakmu bergabung dengan sang pria yang sudah menikmati suasananya sendiri sambil duduk di sebelah speaker itu.
Kamu mulai mengambil alih liriknya. “When you hurt under the surface, like troubled water running cold.”
“Well, time can heal, but this won‘t.”
Tobio yang tadinya menutup mata, sekarang ini mengamatimu dengan manik biru gelapnya yang sama persis dengan manikmu. Kamu masih lanjut bernyanyi. “So, before you go,”
“Was there something I could‘ve said to make your heart beat better?”
“If only I'd have known you had a storm to weather.”
“So, before you go, was there something I could've said to make it all stop hurting?”
“It kills me how your mind can make you feel so worthless.”
“So, before you go ...”
Giliran pertamamu habis. Kamu langsung mempersilakan Tobio mengambil alih dengan menganggukkan kepala sebagai sinyalnya.
“Was never the right time, whenever you called.”
“Went little by little by little until there was nothing at all.”
Papamu sepertinya menikmati lagu ini terlihat dari ekspresinya yang lebih cerah daripada hari biasanya, hari-hari yang telah berlalu.
“Our every moment, I start to replay. But all I can think about is seeing that look on your face.”
Keadaan sekarang ini sangat mendukung, apalagi Tobio memutuskan untuk duduk berhadapan denganmu di sofa, dengan masih meneruskan nyanyiannya.
“When you hurt under the surface, like troubled water running cold.”
“Well, some can heal, but this won‘t.”
Pria itu menggenggam satu tanganmu erat, membagikan kehangatannya secara cuma-cuma kepada putri kesayangannya.
“So, before you go. Was there something I could‘ve said to make your heart beat better?”
“If only I‘d have known you had a storm to weather.”
“So, before you go. Was there something I could‘ve said to make it all stop hurting?”
“It kills me how your mind can make you feel so worthless.”
Kali ini, kamu bergabung dengan giliran papamu untuk menyanyi bersama.
“So, before you go, would we be better off by now?”
“If I'd have let my walls come down? Maybe, I guess we'll never know. You know, you know ...!”
Jeda sejenak. Tobio menarik sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman tulus. Senyum itu sepertinya mudah menular karena tak sampai sedetik kemudian, sebuah kurva senyuman terulas di bibirmu.
“Before you go. Was there something I could've said to make your heart beat better?”
“If only I'd have known you had a storm to weather.”
“So, before you go. Was there something I could've said to make it all stop hurting?”
“It kills me how your mind can make you feel so worthless.”
Akhirnya, kamu dan Tobio mengakhiri lagu bersama dengan bergandengan tangan.
“... So, before you go.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
