Chapter 35
"Berhentilah memandangiku seolah-olah aku adalah korban penyakit kusta!" Taehyung berbicara sambil berjalan menuju kamarnya, kamar pribadinya saat kecil ketika ia masih tinggal bersama kedua orangtua dan kakaknya.
"Kau bahkan lebih berbahaya dari penyakit menular manapun!"
Taehyung menolehkan kepalanya ke belakang, pada kakak perempuannya yang baru tiba di Seoul kemarin lusa. Yang sebenarnya Taehyung disuruh untuk menjemput Nuna nya itu tapi dia bilang dia sedang sibuk padahal yang dilakukannya hanyalah merenung atau melamun seharian didalam apartment nya bersama dengan anaknya itu. Taehyung membalikan tubuhnya dan berhadapan dengan jarak aman pada Joohyun, kakak perempuannya yang sedari kecil sering sekali memarahinya dan menyuruh-nyuruhnya ini dan itu. "Kau masih kesal karena aku tidak menjemput keluarga kecil bahagiamu itu?"
Joohyun memicingkan kedua matanya, kesal pada adiknya yang sayangnya hanya satu-satunya yang ia miliki hingga ia mau tak mau tidak bisa membunuhnya yang super duper menyebalkan itu. "Ya tuhan... Sikap menyebalkanmu itu kapan sih berubah?"
"Aku sudah tidak berniat jadi power Ranger, jadi aku tidak bisa berubah. Aku lebih berniat untuk menjadi biksu suci saja sekarang yang akan pergi ke barat mencari kitab!" Setelahnya, Taehyung bergegas menaiki anak tangga dan lari menuju kamarnya tanpa mau peduli pada kakak perempuannya yang sudah hampir setahun tidak ia temui itu.
"Kau akan dikutuk seluruh kaum penganut buddha karena bicara sembarangan begitu! Apa-apaan sih kau ini! YAK... KIM TAEHYUNG KAKAK MU INI BELUM SELESAI BICARA, YAKKK!" Joohyun meneriakan suara cemprengnya beriringan dengan suara pintu yang tertutup kencang.
Ibu mereka yang mendengar hanya tertawa sambil menghampiri Joohyun, "Kalian itu sangat saling merindukan dan menyayangi yah makanya kalian harus bertengkar dan adu mulut setiap kali bertemu setelah berpisah?"
Joohyun memanyunkan bibirnya tak suka pada perkataan ibunya. "Ibu... Anak kesayangan ibu bilang akan jadi biksu! Astaga... Itu bahkan cita-cita paling mustahil yang pernah aku dengar dari mulutnya setelah ia bilang dulu kalau ia ingin jadi si Kokomong atau bajak laut jahat!"
Ibu Kim mencoba mereda tawa cekikikannya, "Sudahlah biarkan saja anak itu ingin menjadi apa. Setelah satu minggu juga keinginannya akan berganti lagi."
"Benarkah dia masih bertingkah seperti bocah lima tahun begitu bu?" Joohyun melihat ibunya menganggukan kepalanya kemudian ia melanjutkan, "Lalu kenapa dia tidak masuk kantor dua minggu ini? Dia juga terlihat semakin jelek sejak terakhir kali aku bertemu dengannya."
"Entahlah! Ayahmu hanya bilang kalau dia sedang dihukum Tuhan karena memanfaatkan Sooyoung."
Joohyun mengerutkan kedua alisnya, "Tapi kurasa ada hal lain yang terjadi pada anak itu."
Ibu Kim hanya mengangkat kedua bahunya, "Sudahlah, ayo bantu ibu merangkai bunga ini. Kita akan makan malam di taman belakang untuk menyambut tamu-tamu istimewa kita."
Joohyun merangkul bahu ibunya penuh sayang, "Jadi ibu dan ayah betulan akan menjodohkan Sooyoung dengan Namjoon?"
***
Taehyung beralarian menuju pintu rumahnya saat mendengar bell pintu rumah orangtuanya berbunyi. Ia memang tidak benar-benar mendengar suara bell nya sebenarnya, tapi ia sedari tadi mengawasi halaman depan rumahnya melalui jendela kamarnya dan segera tahu saat sebuah mobil memasuki pagar halaman rumahnya ini. "Biar aku saja yang membuka pintunya bu. Biar aku saja!" Ia berlari sepanjang kamarnya sambil berteriakan hingga sampai ke depan pintu rumahnya itu.
Joohyun yang sedang duduk diruang tamu sambil memangku dan memberi susu pada anaknya yang baru berumur tiga tahun sampai harus berdecih kesal menyaksikan kelakuan adiknya itu. Padahal sedari tiba dirumah dan sedikit berdebat dengannya, anak itu tidak keluar dari kamarnya sama sekali bahkan untuk membantu ia dan ibunya atau ikut mengobrol dengan suami dan ayahnya di taman belakang pun tidak. Sekarang ia malah berlarian saat ada tamu. Cih...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella is a Liar Girl
FanfictionDia gadis yang sangat pandai dalam mengarang kalimat, entah kenapa ia tidak ada niatan untuk menjadi penulis saja. Parahnya, ia selalu menjadikanku bagian dalam karangannya, bualannya, pelindungnya? Sebenarnya aku sungguh membenci tipe manusia yang...