Chapter 8
Seharusnya Sooyoung tidak perlu keluar mengitari club pagi buta ini untuk membuang sampah hanya karena ia melihat mobil Taehyung yang masih betengger ditempat parkiran. Karena hal itu (tidak ingin melihat wajah brengsek itu) ia jadi bertemu dengan ketiga preman bertubuh gempal yang menagih hutangnya. Apalagi saat ia sulit berlari untuk menghindar karena masih mengenakan seragam mini serta sepasang sepatu heels bagus.
Seharusnya ia tadi berbohong saja akan membayar hutangnya besok sore. Atau seharusnya ia mengatakan hal-hal aneh agar Taehyung bisa membantunya. Tapi semuanya terlambat. Saat ia mengatakan ia tidak mengenali Taehyung, kalimat Taehyung saat menanggapinya benar-benar membuatnya kesal hingga ia memilih menendang kembali satu preman yang sekarang telah memukuli perutnya yang memang belum diisi apa-apa sejak sore. Sooyoung hanya memakan makanan terakhirnya pada siang tadi. Makanya sekarang rasanya ia sudah mau mati saja.
Tapi ketika matanya yang mulai mengabur melihat sesosok seseorang yang mendekatinya. Entah itu Kim Taehyung atau siapapun, ia harus meminta tolong jika ia masih ingin hidup. Jadi sebelum benar-benar ia jatuh tak sadarkan diri, ia gerakan bibirnya untuk mengatakan salah satu magic world, "Tolong aku..."
Taehyung yang saat itu memang sudah geram dan berniat menolongnya pun semakin mendekat melangkah. Lalu dengan lagaknya yang angkuh, ia ambil dompet yang ada dibelakang saku celananya, "Hentikan! Jika kalian butuh uang, aku punya banyak." Satu kalimat yang dikatakan Taehyung rupanya mampu menghentikan keganasan emosi seorang preman. Bahkan dua preman yang sebelumnya memegangi lengan Sooyoung pun, segera menolehkan seluruh atensinya pada Taehyung, melepas lengan tangan Sooyoung begitu saja hingga Sooyoung jatuh ke atas aspal pagi buta itu.
Taehyung sebenarnya kawatir melihat tumbangnya tubuh Sooyoung, tapi ia harus memasang wajah stay cool nya. Taehyung tersenyum sambil mengeluarkan seluruh uang cash yang ia miliki dari dalam dompetnya kemudian memamerkannya pada ketiga preman yang sekarang matanya telah menghijau. Setelah ini mungkin Taehyung harus bersyukur karena nyatanya punya uang banyak memang lebih mengasikan dan memudahkan segala jalannya, ia bersyukur.
"Lepaskan dia maka aku akan memberikan seluruh uang ini pada kalian!"
Salah satu preman seketika mendekat ke samping tangan Taehyung. Padahal Taehyung sudah deg degan takut dipukul, tapi ternyata preman itu tersenyum sumringah sambil mengatakan, "Kenapa kau tidak membayarkan hutang gadis itu sejak tadi saja! Untung temanku yang tempramen itu tidak membunuhnya."
Taehyung melirik Sooyoung yang sudah berbaring diatas tanah, "Aku akan melunasi hutangnya! Jadi jangan pernah kalian mencoba mencarinya lagi." Taehyung memberikan uangnya begitu saja pada satu preman itu kemudian ia juga memberikan satu kartu nama, kartu namanya Jimin (Dia tetap tidak mau membuat diri sendirinya susah sepertinya). "Hubungi sekertarisku nanti!" Taehyung melangkah mendekati tubuh Sooyoung melewati kedua preman.
Sebelum benar-benar sampai pada Sooyoung, Taehyung mengepalkan tangannya kemudian memukul ganas satu preman yang tadi memukuli Sooyoung. Kedua teman preman itu hanya diam saja, mungkin mereka berpikir kalau yang terpenting hutang Sooyoung akan dilunasi. Urusan temannnya dipukuli biarkan saja, toh tadi dia juga memukuli gadis itu.
Setelah puas memukul dan beruntung si preman tidak begitu memberikan perlawanannya, Taehyung mendekati tubuh Sooyoung yang sudah tak sadarkan diri, menggendongnya dan membawanya pergi dengan mobilnya.
***
Sooyoung yang masih memejam, menyinggungkan senyumnya, merasa nyaman. Entah kapan terakhir kali ia merasakan tubuhnya yang lelah berbaring diatas ranjang yang empuk. Bau dari tempat yang sekarang ia tiduri juga beraroma wangi, aroma orang kaya. Serta jangan lupakan selimut yang tengah menyelimutinya ini sangatlah lembut. Apa Sooyoung sekarang sedang bermimpi? Atau memang sekarang Sooyoung sedang berada di tempat lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella is a Liar Girl
FanficDia gadis yang sangat pandai dalam mengarang kalimat, entah kenapa ia tidak ada niatan untuk menjadi penulis saja. Parahnya, ia selalu menjadikanku bagian dalam karangannya, bualannya, pelindungnya? Sebenarnya aku sungguh membenci tipe manusia yang...