Three || Louis Tomlinson

1.2K 71 3
                                    

"Selalu saja seperti ini" ucap Louis menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya,kau tau lah kelakuan teman-temanmu itu" ucap Liam yang tepat berada di sebelahnya.

"Hhh.." Louis menghela napas berat kemudian kembali menghisap rokok di tangannya yang mulai berkurang dan menghembuskan asapnya lewat lubang hidung dan mulutnya.

"Kau mau kemana,Louis?" tanya Liam yang melihat Louis dalam pakaian yang rapih.

"Aku sedang menunggu Eleanor,katanya ia ingin berkunjung kemari" jelas Louis.

"He's waiting,hides behind a cigaratte.." gumam Liam mensenandungkan sebuah bait lagu yang dapat di dengar oleh Louis.

"Eh itu bagianku" koreksi Louis. "Iya,lalu kenapa?" tanya Liam.

"Nope. Kenapa kau menyanyikan itu?" tanya Louis balik pada Liam.

"Kau sedang menunggu kan?" ucap Liam balik bertanya dan dijawab anggukan oleh Louis.

"Ya kalau begitu part itu pas untukmu" ucap Liam yang langsung pergi meninggalkan Louis di ruang tengah.

Louis beranjak menuju sofa sembari memikirkan perkataan Liam barusan.

"Apa maksudnya sih?" gumam Louis bingung seraya mematikan rokoknya dan membuang ke asbak yang berada tepat di atas meja.

Cukup lama Louis memikirkan tentang hal itu sampai akhirnya ia tersadar. "Ah!" ucapnya menepuk dahi.

"He's waiting,hides behind a cigaratte. Itukan maksudnya aku yang sedang menunggu Eleanor di balik rokok ku. Iya,tadikan aku sedang merokok" ucapnya pada diri sendiri.

"Well,Tomlinson. Kau cukup pintar juga ya untuk menebak teka-teki dari Liam" ucapnya membanggakan diri.

Louis merasakan ponsel di dalam sakunya bergetar beberapa kali,menandakan kalau ada panggilan masuk.

Benar saja,begitu Louis merogoh saku celana dan mengambil ponselnya,di layar sudah tertera nama Eleanor yang menghubinginya. Louis pun segera menjawab panggilan dari kekasihnys itu.

"Iya,El. Ada apa?" ucap Louis di telpon.

"Apa? kau tidak jadi kesini?"

"Baiklah-baiklah,aku mengerti" ucap Louis sambil menganggukan kepalanya.

"Yasudah kalau begitu. Sampaikan salam ku pada mereka ya. Bye,love you" ucap Louis sebelum memutuskan panggilan telpon.

"Huuu" Louis menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dan merentangan tangannya.

"Tidak jadi lagi deh ketemu Eleanor" ucapnya dengan nada sedih pada diri sendiri. "Aku kan kangen padanya" rengek Louis.

"Lebay" ledek Niall yang tiba-tiba muncul dari arah dapur setelah menghabiskan makanannya tadi.

"Sirik saja kau" cibir Louis begitu Niall duduk di sampingnya.

"Tidak,aku tidak sirik" bantah Niall.

"Akui saja,Horan." cibir Louis.

"Untuk apa aku sirik? tidak ada untungnya juga bukan?" ucap Niall santai.

Rupanya lelaki berdarah Irlandia ini cukup tenang ya apabila perutnya sudah terisi.

"Ya ya,whatevs~" ucap Louis mengibaskan tangannya di udara.

"Kau tidak pergi dengan Eleanor?" tanya Niall.

"Tadinya ia mau kesini,tapi tidak jadi" ucap Louis mengedikan bahunya.

"Kenapa?" (bayangin Niall ngomong "kenapa" nya kayak anak yg ada di iklasn biskuat).

"Ada urusan mendadak dengan keluarganya" ujar Louis.

Niall mengangguk-anggukan kepalanya mengerti dan kembali fokus menatap layar televisi.

This Is UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang