Fourteen || Team Niall

783 52 0
                                    

cuma mau ngasih tau aja kalo gua update ini cerita disaat rumah lg mati lampu. gatau knp gue keingetan wajah berseri niall yg terkena pantulan cahaya lampu waktu gua nonton otra wkwk

eh tp asli ya,disitu niall bersinar bgt kyk malaikat yg dtg dari surga. harry juga,jidatnya nongnong gitu. jd lighting mantul wkwk

yakan gua jd kangen otra:( yaudah lanjut baca cerita gua ajaya drpd dengerin curhatan gua tentang otra wkwk

×××

Setelah melakukan persiapan kilat selama sehari,akhirnya hari yang di tunggu pun tiba. Hari ini One Direction, minus Zayn akan melangsungkan laga persahabatan melawan Team Piers Morgan dalam pertandingan Charity di King Power Stadium.

"Zayn,kau serius gak ikut?" tanya Liam memastikan sekali lagi.

"Iya,Li. Aku gak bisa ikut,padahal aku mau banget,tapi aku gak bisa" ucap Zayn yang sedang merapikan beberapa barangnya untuk di masukan ke dalam tas ransel.

"Baiklah kalau begitu" dengus Liam menghela napas berat.

Dalam hatinya,Liam ingin sekali Zayn ikut serta dalam pertandingan ini. Meskipun hanya pertandingan persahabatan,tapi Liam ingin One Direction dalam formasi yang utuh mengikuti pertandingan tersebut.

Tapi mau bagaimana,Zayn pergi bukan tanpa alasan yang berarti. Katanya dia harus kembali ke Bradford karena permintaan orang tuanya. Liam tidak mungkin menahan Zayn untuk tidak pergi kesana,baginya urusan keluarga juga merupakan hal penting yang tidak bisa di nomer duakan.

"Aku doakan tim kalian menang ya" ucap Zayn begitu selesai mengepaki barang bawaannya ke dalam ransel.

"Thank you,mate" ujar Liam merangkul bahu Zayn seraya mengantarkannya sampai depan pintu.

"Kau berangkat sekarang?" tanya Louis memperhatikan penampilan Zayn dari atas sampai bawah dan balik lagi ke atas.

Zayn mengangguk, "Iya,aku berangkat sekarang" ujarnya.

"Kalau begitu hati-hati ya" ucap Louis. Liam melepaskan rangkulannya dan membiarkan Louis dan Zayn berpelukan sejenak.

"Kau juga ya. Aku percayakan Team Niall padamu kapten Louis" ucap Zayn setelah melepaskan pelukannya.

Louis dan Liam mengantar Zayn sampai depan pintu rumah. "Sampaikan salamku pada kedua orang tuamu" ucap Liam. "Pasti" kata Zayn sebelum berlalu menuju mobil yang akan membawanya ke bandara.

**

Louis,Liam,Harry,Niall dan beberapa crew One Direction telah berada di King Power Stadium. Pertandingan mereka baru akan dimulai satu jam lagi,tapi suara riuh para penonton yang terutama Directioner sudah menggema memenuhi stadion.

"Aku grogi banget nih" bisik Harry di telinga Liam.

"Santai aja,Haz. Ini cuma laga persahabatan kok" balas Liam.

"Aku udah gak sabar banget! kapten Louis siap beraksi nih" ucap Louis semangat.

"Kapten tsubatsa kali ah" cibir Harry yang membuat beberapa orang di dalam ruang ganti terkekeh.

Tak lama,Niall dan Ben Winston datang memasuki ruang ganti mereka.

"Oke,lads. Pertandingan akan dimulai 45 menit lagi,jadi persiapkan stamina kalian sebaik mungkin" jelas Niall layaknya coach profesional.

"Gaya banget si pirang" celetuk Louis mengomentari ucapan Niall.

"Hey,Tomlinson. Aku ini coach kalian,jadi jangan macam-macam denganku,heh" ucap Niall.

"Yaelah baru jadi coach sehari aja belagu bener,apa lagi kalo beneran jadi coach?" timpal Harry.

"Sabar Niall,jangan ladenin manusia keriting alay itu" batin Niall mengelus dada.

Teriakan histeris dari para penonton yang mayoritas adalah directioners terdengar memenuhi stadion begitu Niall cs memasuki lapangan.

Pertandingan babak pertama pun di mulai. Starting line up yang di mainkan Niall pada babak pertama ini menurunkan Liam dan Louis sebagai kapten tim.

Teriakan penonton makin histeris mana kala Louis berhasil membobol gawang lawang dengan sepakan lincahnya. Liam pun tak mau kalah,dengan menggocek beberapa pemain dari Team Piers Morgan,akhrinya pria kelahiran 29 Agustus 1993 mencetak gol perdananya.

Dari bangku pelatih,Niall terus memberikan arahan kepada timnya agar bermain bagus. Tak jarang ia pun harus berdiri di dekat lapangan untuk menginstruksikan para pemainnya.

"Iya bagus. Terus gocek terus!"

"Louis! oper bolamu! jangan serakah!"

"Jaga pemain bernomor 2 itu!"

"Oper ke tengah!"

Niall terus memberikan komando kepada para pemainnya.

"Tuh,Li. Gaya banget si pirang. Macem pelatih profesional aja" bisik Louis pada Liam di sela-sela pertandingan.

"Udahlah ikutin aja,biarin dia seneng deh" jawab Liam.

"Dulu waktu aku masih main bola,kayaknya pelatihku gak gitu-gitu banget deh" cibir Louis.

"Louuuuuisss!!! siapa suruh ngobrol!? main yang bener! jangan ngerumpi mulu kayak ibu-ibu kontrakan!" bentak Niall dari pinggir lapangan.

Louis rolled his eyes, "Tuh kan,bacot lagi" gumamnya. Liam pun memberikan kode pada Louis untuk kembali fokus ke pertandingan.

"Ngurusin mereka bikin capek" oceh Niall yang ingin kembali ke bangku pelatih.

"Sok banget kamu,pirang" kata Harry menslepet handuk ke arah Niall,untung aja Niall bisa menghindari slepetan Harry.

"Apaan sih? gak jelas banget" komentar Niall.

Harry rolled his eyes, "Eh,aku kapan main? yakali dari tadi duduk disini doang kayak kambing conge" ucap Harry.

"Nanti ya Harry sayang,kamu sabar aja dulu. Duduk manis aja ya dulu disini" ucap Niall sok imut.

"Yaelah,kurang kerjaan banget! aku juga mau main kali,Ni" protes Harry.

"Sabar dong sayang,nanti ada gilirannya kok" ucap Niall menepuk-nepuk pundak Harry.

Harry bertopang dagu dengan wajah bete karena Niall tak kunjung menurunkan dirinya sebagai pemain. Halasil,Harry hanya bisa melihat kedua kawannya beraksi dari bangku cadangan.

This Is UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang