Bagian 1

834 60 5
                                    

HIDUP ITU MENYEDIHKAN.

Tulisan dengan huruf besar itu ada di tembok kamar Seungmin. Si pemilik kamar terus menatap tulisan itu sambil berbaring di atas ranjang. Disamping kepalanya terdapat sebuah kota tisu. Dibalik selimut bunga-bunga miliknya terdapat sesuatu yang sudah menegang. Tangan kirinya memegang handphone murahan yang isinya sama sekali tidak murahan. Puluhan video porno ada didalam sana dan tersimpan dengan sangat rahasia.

"Oke apa yang harus aku tonton terlebih dahulu?"

Begitulah Kim Seungmin. Dia akan berbicara pada dirinya sendiri ketika akan melakukan olahraga panas.

Setelah beberapa saat mencari video yang pas, akhirnya dia siap. Tangan kanannya mulai memegang benda di bawah sana. Tangannya baru saja bergerak, tapi tiba-tiba suara cempreng adiknya membuat Seungmin berhenti dan menatap pintu kamarnya dengan tajam. Pintu itu bergetar hebat. Cat semprot yang ditempatkan di ventilasi di atas pintu mulai berjatuhan. Hal ini selalu terjadi ketika Seungmin tak kunjung keluar kamar.

Seungmin melepas semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi (di kamarnya terdapat kamar mandi). Dia mulai mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berusaha menghilangkan gairah sialan yang entah kenapa selalu datang di pagi hari. Setelah mandi, dia segera memakai seragam sekolahnya dan keluar dari kamar.

"Sarapan apa ma?"

Mamanya tak bergeming. Beliau malah asyik menonton video masak di youtube sambil menyusui adiknya yang paling kecil. Seungmin memutar bola matanya malas. Dia akan segera lulus. Di akhir perjalanan masa SMA-nya nanti dia akan dihadapkan dengan dunia baru. Siap atau tidak Seungmin akan melaluinya. Tapi saat ini saja Seungmin hidup seperti ini. Membayangkan masa depan yang cerah saja dia tidak sanggup.

"Uang saku kamu mama tambahin ya. Kamu sarapan sama makan siangnya di kantin aja."

"Oke ma. Kalau gitu Seungmin berangkat sekolah dulu ya. Dadaah adek!!" Seungmin langsung berjalan keluar.

"Pa! Seungmin berangkat dulu ya!!!"

Papanya yang sedang fokus dengan mesin mobil tersenyum padanya dan mengangguk pelan.

Seungmin berjalan menuju gang kecil di samping rumahnya. Setelah dua kali belok kanan dan satu kali belok kiri, dia sampai di rumah temannya. Namanya Yang Jeongin. Dia adalah pemuda yang baik. Tapi entahlah, mamanya selalu berkata bahwa Jeongin hanya memanfaatkannya. Seungmin selalu memikirkan hal itu.

"Sebentar ya Min. Jeongin masih sarapan."

Seungmin mengangguk namun resah. Dia baik hati. Tentu saja. Jam sudah menunjuk pukul 06:40, 5 menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. Kalau dia tidak baik, dia tidak akan mau menunggu Jeongin sarapan. Tapi dia juga anak yang buruk. Dia tak bisa mengatakan hal yang ingin ia katakan; JEONGIN CEPATLAH, dia hanya akan menimbunnya di dalam hati, lalu mengumpati diri sendiri karena sejak awal berteman dengan Jeongin. Dia seperti akan menghancurkan dirinya sendiri ketika salah mengatakan sesuatu, padahal belum tentu orang lain menganggap itu kesalahan.

"Sudah Je?"

"Sudah. Ayo cepet! Jam pertama waktunya Geografi. Bisa diusir dari kelas kalau aku ketahuan terlambat."

Seungmin mengerutkan alisnya saat Jeongin berlari mendahuluinya. Jeongin tidak bercanda kan?

Ah sudahlah. Pada akhirnya Seungmin yang akan menurut.

Saat sudah masuk ke sekolahnya, bel masuk berbunyi. Waktunya sangat mepet. Tapi untung saja.

"Seungmin, aku duluan ya!!"

Seungmin hanya mengangguk ketika lagi-lagi Jeongin mendahuluinya.

Melihat punggung Jeongin semakin menjauh, Seungmin memasang headset-nya dan memutar musik dengan volume keras. Jujur, dia ingin menghindari orang lain.

Tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya. Saat Seungmin menoleh, ternyata dia adalah Jaehyun. Pemuda itu adalah salah satu teman sekelasnya, lebih tepatnya teman sejak dia masih ada di dalam rahim. Keluarga mereka dekat, jadi tidak salah lagi kalau mereka akan berteman. Tapi Seungmin tak menyukai Jaehyun. Latar belakang keluarga mereka sangatlah berbeda, itu seperti jurang yang membuat keduanya tak bisa menemukan titik temu. Seungmin tak suka ketika semua orang memperhatikan Jaehyun hanya karena Jaehyun anak dari seorang guru Matematika. Semua yang didapatkan Jaehyun di sekolah selalu membuatnya curiga. Ketidakmungkinan selalu menjadi mungkin jika itu Jaehyun.

Seungmin tersenyum tipis kepada Jaehyun.

"Selamat pagii!!!"

Ini adalah perbedaan yang akan sangat terlihat jika Jaehyun dan Seungmin masuk ke kelas secara bersamaan. Jaehyun masuk dengan wajah ceria, tapi Seungmin selalu masuk dengan wajah datar.

"Wahh aku selalu merinding saat melihat wajah Seungmin."

Seungmin bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Musik yang ia dengarkan sudah ia matikan sejak Jaehyun menyentuh pundaknya. Dia cemas jika suatu saat Jaehyun mengajaknya bicara dan dia tak menanggapi hal itu. Dia hanya berpura-pura bersenandung seakan mendengarkan musik, padahal headset-nya sudah berhenti.

"Ada tugas nih."

Teman sebangkunya menaruh sebuah buku di depan Seungmin, namanya Han Jisung. Dia orang baik. SUPER BAIK. Tanpa meminta pun dia akan selalu menyuruh Seungmin menyalin tugasnya. Seungmin tidak akan bisa menemukan orang sebaik Jisung. Tapi entah kenapa, meski Seungmin menganggap Jisung orang baik, tapi dia tak suka berbicara dengan Jisung.

Semuanya berjalan lancar. Pelajaran pertama dan kedua berjalan dengan sangat lancar meski Seungmin sama sekali tak mendengar penjelasan gurunya. Saat makan di kantin sendirian pun dia masih tak apa. Namun ketika pelajaran olahraga akan dimulai, Seungmin jadi tak fokus. Hal ini karena pagi tadi Seungmin mimpi bersetubuh dengan guru olahraganya. Dia tak bisa melanjutkan tidurnya karena terbayang-bayang mimpi itu.

Oh ada yang ketinggalan. Seungmin sekolah di sekolah khusus laki-laki. Di sekolahnya hanya ada beberapa perempuan saja. Itupun guru. Itupun sudah sepuh.

Jadi jangan heran kalau banyak di antara mereka yang gay/akan menjadi gay.

"Ah sial. Kenapa aku jadi horny begini."

Saat melihat guru olahraganya berlari sambil membawa absensi, tubuh Seungmin jadi panas dingin. Guru itu selalu memakai celana ketat. Pantat sexy-nya selalu tercetak jelas hingga membuat mata Seungmin tak bisa lepas dari sana. Tubuh kekarnya juga selalu diimpi-impikan Seungmin, ingin sekali merasakan tubuhnya dipeluk oleh tubuh itu.

"Anjir. Kebayang mimpi pagi tadi deh."

Seungmin buru-buru menghapus apa yang ia pikirkan. Namun saat mata mereka bertemu, Seungmin berubah menjadi batu.

"Eh kamu kenapa Min?" Untung saja Jisung menepuk punggungnya. Kalau tidak, Seungmin bisa kehilangan kewarasannya.

Tapi entah kenapa guru itu tersenyum ke arahnya. Sialnya lagi dia mengedipkan salah satu matanya. Sial. Sial.

Tak mau semakin dijerat oleh pandangan guru sexy itu, Seungmin berbaris menunggu giliran praktek lari. Setelah bunyi peluit dibunyikan, Seungmin langsung berlari. Tubuhnya langsung berkeringat. Saat sudah kembali ke garis start, nafasnya terengah-engah. Dia duduk bersandar pada sebuah pohon sambil memijat kedua kakinya. Namun tiba-tiba sesuatu menggesek kepalanya. Saat dia menoleh, sebuah gundukan tertutup celana berada tepat di depan matanya.

"Setelah ini temui saya di gudang olahraga."

•••

Lanjut? Atau hapus?

Started on 5 August 2020

[4/4] MR. WET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang