Bagian 9

236 25 2
                                        

Seungmin duduk sendirian di kamarnya. Kepalanya benar-benar pusing. Hari ini hari terakhir ujian kelulusan. Dia resmi lulus SMA sekarang. Kini yang harus ia lakukan adalah memilih; kuliah atau bekerja.

Kuliah. Jika Seungmin memilih kuliah, perekonomian keluarganya akan semakin menurun. Ayahnya yang punya penyakit jantung akan kesusahan mencari uang. Dua adik kecilnya juga butuh pendidikan. Biaya kuliah kakaknya juga tidak murah. Jika dia memilih kuliah, artinya dia egois, dia menambah beban orangtuanya. Dia tidak mau melakukan itu. Dia juga takut tidak mendapatkan nilai bagus saat kuliah nanti. Sudah menghabiskan banyak uang tapi tak jadi apa-apa. Itu yang Seungmin takutkan

Bekerja. Jika Seungmin memilih bekerja, dia harus kesusahan. Dia harus banting tulang. Pergi pagi pulang pagi sepertinya akan terjadi padanya. Tapi itu bagus untuk keluarganya. Ayahnya bisa berhenti bekerja dan fokus pada pengobatan. Ibunya juga tak perlu pusing mengatur perekonomian keluarga yang selalu menipis. Dua adiknya bisa ia bahagiakan dengan mudah. Dia juga bisa membantu menyelesaikan kuliah kakaknya. Banyak hal bagus yang akan terjadi jika dia bekerja.

"Oke. Bekerja saja."

Keputusannya sudah bulat. Sepertinya dia memang ditakdirkan untuk bekerja.

Tiba-tiba teleponnya berbunyi. Saat melihat nomor yang tertera disana, Seungmin membuang teleponnya ke ranjang. Nomor itu belum dia simpan. Tapi karena sering menghubunginya, dia tau siapa pemilik nomor itu. Siapa lagi kalau bukan Chan.

Seungmin pura-pura tidak tau. Dia malah pergi meninggalkan teleponnya untuk mencari camilan di dapur.

"SEUNGMIN! ANGKAT TELEPONMU!!" Ibunya muncul dari kamarnya. Seungmin terkejut. Sejak kapan ibunya masuk ke kamarnya?

"Matikan saja ma. Itu orang aneh."

Ibunya menghampiri Seungmin dan memberikan telepon itu. "Nomor ini sudah menghubungimu lebih dari tiga puluh kali. Berhenti makan dan angkat ini. Membuat orang menunggu itu tidak sopan."

"Apa mama mau aku berurusan dengan orang aneh?"

"ANGKAT ATAU MAMA YANG ANGKAT!!"

Mendengar teriakan ibunya, Seungmin langsung mengangkat panggilan Chan. "Jangan. Aku yang akan kesana. Tunggu disana!!"

Seungmin berlari masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajah. "Seungmin mau main dulu ma!" Teriak Seungmin saat keluar dari kamar mandi.

Dia berjalan malas menuju perempatan kompleknya. Ia hanya memakai sweater kebesaran dan celana joger. Itu pakaian sehari-hari yang ia pakai saat di rumah.

"Yoho! Wassup!!" Sapa Seungmin kepada Chan.

Chan yang menunggu di luar mobil terkejut saat melihat Seungmin. Bukan karena pakaiannya. Chan bukan tipe orang yang tidak suka dengan cara berpakaian orang lain. Yang membuat Chan terkejut adalah Seungmin menggigit ikan kering di mulutnya. Kenapa tiba-tiba berubah jadi orang tua? Ini kali pertama Chan melihat Seungmin seperti itu.

"Sini." Chan mendekati Seungmin. Tapi tak disangka kedua pipinya malah mendapat tamparan keras. Chan merintih kesakitan.

"Kenapa menamparku? Kau mabuk?"

"Aku tidak mabuk. Aku hanya lelah."

Chan menjauhi Seungmin. "Ada apa? Ada masalah? Ceritakan."

"Kau bukan siapa-siapa. Untuk apa aku menceritakan masalahku. Kenapa kau memintaku kemari? Ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu mencari udara segar. Ujianmu sudah selesai kan? Ayo pergi."

"Oke. Karena moodku sedang bagus, ayo."

"Sekali lagi kamu panggil aku pak tua, aku buat kamu gak bisa jalan." Mendengar ancaman ini Seungmin merinding. Oke, jangan cari gara-gara dengan Chan.

Chan hanya asal membawa mobilnya. Seungmin merasa Chan tidak punya tujuan. Dia jadi meragukan ajakan Chan. "Sebenarnya mau kemana?"

"Aku juga gak tau hehe." Kekeh Chan tak tau malu. "Kamu aja yang pilih. Mau kemana?"

"Ayo ke mall. Pengen main di game zone." Jawab Seungmin cepat. Sudah 6 tahun dia tidak pergi kesana.

"Ide bagus."

Tak perlu waktu lama Chan sudah sampai di mall yang diinginkan Seungmin. Kebetulan sekali mall itu milik temannya. Dia merupakan pengunjung VIP disana. Jadi tidak heran jika saat Chan datang beberapa pegawai akan mengikutinya untuk melayani Chan. Itu aturan dasar.

Pengusaha harus bisa memanfaatkan koneksinya bukan? Beginilah cara Chan.

"Kenapa diam saja? Kita sudah sampai di game zone."

Seungmin menekuk bibirnya. "Suruh mereka pergi dulu, baru bisa bersenang-senang. Tidak menyenangkan jika ditonton orang. Apalagi sekarang penampilanku seperti ini. Aku terlihat seperti pembantumu."

"Oke." Chan memanggil satu dari tiga pegawai yang mengikutinya. Dia membisikkan sesuatu. Tak lama kemudian ketiganya pergi.

Chan menyuruh Seungmin mendekatinya. Seungmin hanya menurut. Toh ini tempat umum. Tidak mungkin jika Chan melakukan hal aneh. "Yang bisa menilai penampilanmu itu orang lain. Menurutku kamu menggemaskan. Lain kali jangan menyebutmu pembantu di depanku. Atau aku akan--"

"Iya." Seungmin langsung memotong ucapan Chan dan lari menuju sebuah permainan.

Tadi menggigit ikan kering seperti orang tua. Sekarang lari-larian di game zone seperti balita. Menggemaskan sekali calon masa depanku. Batin Chan girang.

"Pak tua!! Sini!!!" Teriak Seungmin tiba-tiba. Chan hanya tersenyum miring, lalu menghampiri Seungmin.

SEUNGMIN, KAMU MEMANGGILNYA PAK TUA LAGI.

"Coba ini." Seungmin menyuruh Chan mencoba sebuah permainan.

Mereka berdua menikmati waktu mereka. Chan tak bisa berhenti tertawa lepas saat mencoba permainan-permainan yang sejak dulu ia anggap kampungan. Dia tak tau kalau semua itu menyenangkan. Seungmin juga terus menertawakan Chan yang sama sekali tidak mencetak angka di setiap permainan. Chan sangat payah.

Setelah mencoba semua permainan yang ada, mereka kelelahan. Mereka pun mengakhiri acara bersenang-senang mereka. Entah sudah menghabiskan uang berapa, Seungmin tak mau tau karena yang membayarnya sudah pasti Chan.

Saat ini Seungmin sedang duduk menunggu Chan membeli sebuah minuman. Dia benar-benar seperti tuan putri kalau bersama Chan. Dia senang dengan hal itu. Dia merasa spesial. Entah kenapa, sejak bertemu Chan semua yang dia impikan menjadi kenyataan.

Chan langsung mengajak Seungmin pulang. Seungmin hanya mengiyakan. Dia harus cepat pulang kalau tidak mau diamuk ibunya.

"Aish tidak bisa ditahan lagi." Gumam Chan.

Tiba-tiba Chan berbelok ke sebuah hotel. Seungmin sama sekali tidak curiga karena sebelumnya Chan berkata bahwa akan ada rapat setelah ini. Mungkin rapatnya di hotel. Mungkin waktunya dipercepat. Begitulah pikir Seungmin.

"Kenapa pesan kamar?" Tanya Seungmin pada Chan, namun tidak ada jawaban.

Seungmin hanya mengikuti Chan dari belakang. Tapi tiba-tiba Chan menariknya dan membawanya masuk ke sebuah kamar. Saat hendak mengatakan sesuatu, bibirnya diblokir oleh bibir Chan.

"Ahh tunggu dulu. Kenapa tiba-tiba begini?" Tanya Seungmin sambil menutupi bibirnya.

"Aku sudah mengancammu untuk berhenti memanggilku pak tua, tapi kamu tidak mendengarkan."

Seungmin frustasi. "Kenapa tidak menahannya saja?"

"Kamu ada disini, bagaimana aku bisa menahannya. Kamu harus tau kalau aku melakukan ini dengan cinta, bukan dengan nafsu. Jadi ayo lakukan dengan baik." Mendengar perkataan ini, Seungmin seperti terhipnotis.

•••

[4/4] MR. WET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang