Pagi pun dimulai. Bulan pergi ke sisi bumi yang lain dan matahari mulai menggantikan tugasnya. Awan mendung yang semalaman tinggal juga sudah pergi. Pagi ini menjadi pagi yang cerah.
Seungmin mengerjapkan matanya. Dia menguap, lalu duduk untuk meregangkan ototnya. Setelahnya dia hanya melamun sembari mengumpulkan kesadaran. Saat kesadarannya mulai terkumpul, dia menyadari ada sesuatu yang aneh.
"Aku dimana?" Gumam Seungmin.
Nuansa gelap begitu terasa. Tak ada satupun jendela disana. Bahkan sepertinya matahari pun tak bisa mengintip. Cahaya apapun tak akan sanggup masuk kesini saking tertutupnya. Ini bukan kamar Seungmin. Seungmin tak bisa tinggal di tempat seperti ini.
Seungmin berfikir. Dan bam! Dia mengingat semua kejadian semalam.
"Mati aku!"
Seungmin frustasi. Tentu saja. Dia menginap di rumah orang tanpa memberitahu orangtuanya. Orang itu orang asing; tolong garis bawahi bagian ini agar Seungmin tidak lupa. Bukan hanya menginap, tapi bahkan juga bergumul layaknya pasangan suami istri. Dan parahnya dia sudah punya kekasih. Selesai. Hidupnya selesai.
"Good morning." Chan muncul dengan senyum manisnya. Tidak. Itu tidak manis bagi Seungmin.
Seungmin hanya memasang wajah datar. Dia buru-buru memakai seragamnya dan keluar dari rumah itu. Begitu saja. Tanpa mengatakan sepatah kata pada Chan yang semalam telah memperkosanya. Seungmin berfikir bahwa tidak ada yang perlu dibicarakan. Dia hanya berharap tidak bertemu lagi dengan Chan.
Seorang pria tampan berdiri disamping mobil. Seungmin tertegun. Dia pernah melihat pria itu. Tapi dimana?
"Seungmin?"
Saat mendengar suara itu Seungmin baru sadar kalau pria itu adalah kekasih teman sebangkunya. Jisung memperkenalkan Minho padanya. Itu mungkin sudah dua tahun yang lalu. Seungmin ternyata pandai mengingat hal yang tidak penting.
"Mas Minho? Mas ngapain disini?"
"Yang punya rumah itu bosku. Aku sopir sekaligus pengawalnya. Terus kamu ngapain disini?" Minho balik bertanya.
"Seungmin juga gak tau kenapa bisa disini."
Minho terkekeh. "Ayo. Mas disuruh Pak Chan nganter kamu pulang."
Awalnya Seungmin ingin menolak. Tapi setelah melihat jam tangannya, dia langsung melompat masuk ke mobil dan diam seribu bahasa. Setengah jam lagi bel masuk berbunyi. Kalau dia terlambat, habislah dia.
"Udah udah mas berhenti disini aja. Makasih ya mas."
Seungmin langsung berlari menuju rumahnya. Ayahnya duduk di depan rumah. Seungmin bisa melihat kekhawatiran dari wajah ayahnya. Dua selimut ada di pangkuannya. Seungmin tak mau meyakini ini, tapi sepertinya ayahnya bermalam di luar rumah demi menunggunya pulang.
"Papa." Panggil Seungmin. Suaranya begitu pelan. Sejujurnya dia takut dimarahi.
"Astaga Seungmin! Syukurlah kamu sudah pulang."
Seungmin terharu. Dia kira ayahnya hanya peduli terhadap mesin, tapi ternyata tidak. "Papa gak marah?"
"Kamu pulang dengan selamat, kenapa papa harus marah? Masuk, minta maaf sama mama. Mama mungkin ngomel karena dia juga gak bisa tidur semalam. Sudah sana masuk."
Seungmin masuk. "Mama! Seungmin pulang!"
"Heh! Ngapain kamu pulang. Sana tidur aja di rumah temenmu. Gak usah pulang. Gak usah inget kalau punya orang tua yang khawatir sama kamu. Sana nginep lagi."
Manja. Satu cara agar ibunya bisa luluh. "Eungg mama jangan marah ya. Seungmin semalam ketiduran di rumah temen. Maaf ya ma. Janji deh gak bakal ngulangin lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
[4/4] MR. WET ✓
FanfictionSeungmin itu manusia pas-pasan. Tapi tiba-tiba dua pangeran datang dan memperebutkannya. Masalahnya dua-duanya itu duda menggoda, kaya, dan tampan. Sulit untuk memilih diantara mereka. Lalu Seungmin harus bagaimana? ©31097CB; 2020.