Chan menaruh kopernya begitu saja. Dia lelah berjam-jam duduk di pesawat.
Dia baru saja kembali dari Australia. Sudah satu tahun dia berada di negara kangguru itu. Bukan sepenuhnya liburan. Dia memiliki proyek besar disana. Lebih tepatnya dia sedang membangun sekolah untuk anak yatim-piatu disana. Dia membangunnya di Australia karena orangtuanya yang akan mengurusnya. Dia sengaja melakukan itu. Kalau membangunnya di Korea, dia tak tau siapa yang akan mengurusnya. Perusahaannya sudah cukup membuatnya pusing.
Chan melepas sepatunya dan menendangnya. Dia merebahkan tubuhnya sambil memejamkan mata. Kepalanya memikirkan hari dimana dia berkata pada keluarganya bahwa dia gay. Bagian yang lucu adalah keluarganya sama sekali tidak berekspresi. Chan bahkan harap-harap cemas dianggap sedang membuat lelucon.
"Lalu kenapa? Papa sudah mengetahuinya sejak kamu bersama pemuda Korea itu. Papa mama tidak pernah mempermasalahkannya. Tak apa. Kamu kan tidak bisa memilih mau jadi seperti apa."
Chan bertepuk tangan riuh ketika mengucapkan kalimat yang dikatakan ayahnya saat itu. Dia malu sendiri, sekaligus bahagia. Ayahnya memang panutannya.
"Siapa itu?" Gumamnya saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Chan duduk sebentar, lalu berdiri untuk membuka pintu.
Chan terkejut. Seungmin berdiri disana dengan wajah menyeramkan. Matanya yang tajam terus menatapnya. Chan ngeri sendiri. Dia merasa akan dimakan Seungmin.
"Ada apa Seungmin? Ayo masuk dulu." Bujuk Chan.
Seungmin berjalan masuk. Chan masih menerka-nerka kenapa wajah Seungmin bisa seperti itu. Tak mau membayangkan sendiri, Chan menutup pintu rumahnya dan menghampiri Seungmin. Pemuda itu duduk bersila di atas sofanya. Chan semakin ketakutan. Ada apa sih? Batin Chan berteriak.
"Kenapa? Kalau kamu memasang wajah seperti itu terus aku bisa mati ketakutan."
Seungmin menunjuk Chan. "Darimana saja kau, brengsek?"
"Dari kampung halamanku, Australia. Kenapa?" Santai Chan tak merasa ada yang salah.
"KENAPA TIDAK MEMBERITAHUKU?!!" Teriak Seungmin tiba-tiba. Telinga Chan langsung sakit.
Chan menutup telinganya. Melihat Seungmin tiba-tiba menitikkan air mata membuatnya kalang kabut. Apa dia membuat kesalahan?
"Ada apa? Maaf kalau aku membuat kesalahan." Lirih Chan yang saat ini duduk di samping Seungmin.
"Kau pergi dan tak memberiku kabar sama sekali selama satu tahun. Sejak malam itu aku terus memikirkanmu. Apakah kau sudah makan, apakah kau sedang bekerja, apakah kau sudah tidur, dan bla bla bla. Aku menunggumu menghubungiku. Aku bahkan menunggumu di perempatan komplek. Tapi kau tak menghubungiku, kau tak datang padaku. Aku gila memikirkannya. ARGH BRENGSEK KAU!!"
Chan ingin menghubungi Seungmin. Chan ingin datang ke perempatan biasa dimana dia menunggu Seungmin. Tapi pekerjaannya terlalu banyak. Dia bahkan hanya memegang handphone sekali seminggu. Dia jarang membawa benda itu. Semuanya sudah diurus oleh sekretarisnya. Teman-temannya saja tidak tau kalau dia pergi ke Australia. Terkesan diam-diam, tapi sebenarnya tidak. Chan sama sekali tidak diam-diam saat pergi ke Australia. Dia hanya terburu-buru dan tak sempat berpamitan. Lalu saking banyaknya pekerjaan, dia lupa memberi kabar orang-orang terkasihnya.
"Maaf. Aku tidak tau kalau kamu menungguku." Chan langsung memeluk Seungmin. Dia membayangkan betapa frustasinya Seungmin menunggunya selama satu tahun.
"Bagaimana bisa kau melakukan itu padaku setelah kita tidur bersama." Lirih Seungmin masih menangis. Dia bahkan memukul dada Chan untuk mencurahkan emosinya.
Tiba-tiba Seungmin mendongak dan menatap tajam Chan. Oke. Ini benar-benar membuat Chan ketakutan. Bisa-bisanya setelah menangis langsung memasang wajah menyeramkan. "Ambilkan tasku. Aku menaruhnya di luar." Ucap Seungmin datar.
Chan berdiri dan keluar untuk mengambil tas itu. Saat membawa benda itu, Chan heran karena tas itu lumayan berat. Pasti banyak isinya.
"Aku akan tinggal disini mulai hari ini." Tegas Seungmin. Chan yang mendengarkan itu begitu senang, tapi juga bertanya-tanya.
"Ada apa? Ada apa dengan rumahmu?"
Seungmin menatap tajam Chan. "Aku pengangguran. Orang-orang membuatku frustasi dengan terus menekanku untuk segera mendapat pekerjaan. Tapi nilaiku tak terlalu bagus untuk bekerja di perusahaan. Jadi tidak ada perusahaan yang mau menerimaku. Tapi ibuku terus meneriakiku, menyuruhku bekerja di perusahaan. Bagaimana aku tidak frustasi?"
"Kamu bisa bekerja di--"
"Jangan menyuruhku bekerja di perusahaanmu. Aku punya harga diri yang tinggi. Aku tidak mau memanfaatkanmu." Potong Seungmin.
Chan menghembuskan nafasnya. "Baiklah. Terserah kamu. Kamu bisa tinggal disini selama yang kamu mau." Chan memeluk Seungmin lagi.
Chan tidak habis pikir. Kepergiannya membuat orang lain menunggu. Dia tidak pernah membayangkan hal itu. Dia tidak pernah memiliki orang yang akan menunggunya selama itu. Ini yang pertama kalinya. Kalau semua yang dilakukan Seungmin selalu menjadi yang pertama kali untuknya, bagaimana Chan tidak semakin jatuh cinta?
Dia juga gila. Bagaimana bisa tidak memberi kabar orang yang dicintainya. Tidak akan ada yang memarahi Seungmin jika Seungmin memanggil Chan brengsek. Itu sepenuhnya benar.
"Kenapa tidak ke rumah kekasihmu?" Tanya Chan. Dia sudah memikirkan ini sejak tadi.
"Aku kan sudah bilang, harga diriku itu tinggi. Bagaimana bisa aku kabur dari rumah dan pergi ke rumahnya. Lebih baik disini. Menyenangkan. Semuanya ada disini."
"Kekasihmu juga orang kaya." Balas Chan cepat. Benar kan? Hyunjin juga kaya raya. Bahkan rumahnya lebih besar dari rumah Chan.
"Aku tau. Tapi semakin kau mencintai seseorang, semakin kau menjaga kelakuanmu di depan orang itu. Apa kamu tidak tau hal sederhana itu?"
"Tidak. Sudah lama aku tidak jatuh cinta. Baru terjadi kembali saat bertemu denganmu." Ucapan santai Chan ini membuat Seungmin blushing.
Chan terkekeh saat melihat rona merah di pipi Seungmin. Lalu tak lama kemudian bel rumahnya berbunyi lagi. Siapa yang mengganggunya?
"BAGUS! PERGI TIDAK MEMBERI KABAR, PULANG PUN TIDAK MEMBERI KABAR! BAGUS!! MATI KAU CHAN!!!!!" Teriak Changbin saat Chan baru saja membuka pintunya.
Changbin datang ke rumahnya memakai baju yang potongannya hanya sampai ketiak. Sepertinya dia pulang dari berolahraga. Tapi kalau Changbin sudah menunjukkan otot-ototnya, Chan harus lari.
Chan langsung lari, tentu saja Changbin mengejarnya. Memang ya. Orang yang kecil itu sangat gesit. Jadi dengan mudah Changbin menangkap Chan. Saat sudah menangkapnya, Changbin langsung mencekik leher Chan dengan lengan kekarnya. Chan memukul-mukul lengan Changbin. "Lihat dia lihat dia." Changbin langsung melihat Seungmin.
"Kenapa? Dia yang menyuruhku kemari, kenapa aku harus melihatnya?" Balas Changbin. Chan melotot. Seungmin yang melihat keduanya hanya tertawa.
"Kak! Udah! Jangan kayak anak kecil!" Teriak seseorang yang baru saja masuk.
Chan membulatkan matanya. "D-dia? Anak yang kau bicarakan kan? Pemuda yang cantik itu?"
"Kau pergi terlalu lama, brengsek!" Umpat Changbin.
"J-jadi kalian?" Tanya Chan tergagap-gagap.
"Sudah menikah." Jawab Felix cepat.
Chan melotot tidak percaya. Dia memegangi dadanya. "Apa saja yang aku lewatkan?"
Changbin langsung memukul leher Chan hingga Chan pingsan.
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
[4/4] MR. WET ✓
FanfictionSeungmin itu manusia pas-pasan. Tapi tiba-tiba dua pangeran datang dan memperebutkannya. Masalahnya dua-duanya itu duda menggoda, kaya, dan tampan. Sulit untuk memilih diantara mereka. Lalu Seungmin harus bagaimana? ©31097CB; 2020.