Bagian 5

298 37 11
                                    

Chan terlentang di sofa rumahnya. Cuaca diluar masih sama seperti tadi, atau bisa dibilang menjadi semakin parah. Seharusnya ia kedinginan, tapi entah kenapa ia merasa gerah. Ia pun melepas jasnya dan menggulung kaosnya sampai ketiak. Dan tak lama kemudian sosok yang menghantuinya sejak pagi tadi muncul. Chan terkesiap. Ia mengembalikan lengan kaosnya dan duduk dengan angkuh.

Chan mengumpat dalam hati ketika miliknya jadi tak tau diri. Birahi yang lama tak muncul, kini kembali. Chan ingin mengatakan sesuatu, tapi gengsinya yang terlalu tinggi melarangnya melakukan hal itu. Jadi dia memilih untuk menunduk sambil berpura-pura membalas pesan seseorang.

"Kim Seungmin." Chan mendongak, lalu mengangkat salah satu alisnya. Mungkin ia ingin terlihat keren.

"Nama saya Kim Seungmin pak." Seungmin memperjelas. Chan mengangguk. Bibirnya tersenyum tipis setelah tau nama itu.

Tiba-tiba Chan menjauhi Seungmin. Matanya membulat sempurna. Seungmin yang tak tau apa yang sedang terjadi juga ikut menjauh. Otaknya berfikir keras; mungkin fantasi tentang manusia yang kesurupan ketika hujan benar adanya. Tak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

"Kenapa bapak menjauhi saya?"

"Kenapa kamu menjauhi saya?!" Chan mempertanyakan hal yang sama, namun dengan penuh penekanan.

"Saya pikir bapak kesurupan. Jadi saya menjauhi bapak."

Chan terkejut mendengar jawaban Seungmin. Bisa-bisanya dia dibilang kesurupan.

Tapi ketika Chan sadar bahwa dia sedang jongkok di punggung sofa, ia menghembuskan nafasnya dan kembali duduk dengan angkuh. Padahal sudah terlambat jika ingin mengembalikan imagenya. "Duduklah."

"Bapak kenapa menjauhi saya?" Seungmin masih kepo. Dia akan menunggu jawaban Chan terlebih dahulu.

Chan menatap Seungmin sambil memegangi kepalanya. "Saya cuma kaget kenapa saya bisa senyum waktu tau nama kamu. Padahal itu cuma nama. Gak ada yang spesial."

Seungmin terkejut. Eh. Kenapa dia terkejut? "Bapak bisa aja. Saya kan manusia, bukan martabak."

"Nah itu. Saya juga heran."

Tunggu. Seungmin yang salah bercanda, atau Chan yang terlalu bodoh?

"CHAAAANNNN!!!" Tiba-tiba suara ini membuat Seungmin kalang kabut. Dia pun langsung berlari.

Namun siapa sangka, handuk yang ia pakai untuk menutupi bagian bawahnya malah melorot. Changbin yang baru saja masuk, disuguhi pantat sintal, hanya melalui Seungmin seperti tak ada yang salah. Ini memalukan! Batin Seungmin berteriak dalam hati.

"Eih! Kenapa kau memalingkan wajahmu?" tanya Changbin ketika melihat Chan yang sedang bertingkah aneh.

"Suruh dia menutupi itu dulu."

"Itu hanya burung. Kau juga punya. Kenapa memalingkan wajahmu?" sial! Changbin benar-benar sialan. Chan merasa terjebak sekarang.

Chan menoleh dengan cepat. Matanya langsung menatap sebuah spot; burungnya Seungmin. Chan menelan ludahnya dengan susah payah. Bayangan ekpresi penuh kenikmatan Seungmin pagi tadi membuat otaknya tak bisa bekerja dengan baik. Kepalanya jadi cenat-cenut, apalagi miliknya. Dia merasa sesak. Kenapa harus Seungmin? Kenapa??? Arghh menyebalkan.

Changbin melempar sebuah bantal sofa kepada Sungmin. "Pilih pakaian apapun dari lemari Chan. Yang penting kembalilah dengan sopan."

Seungmin lari terbirit-birit. Changbin lebih menakutkan daripada kemarahan ibunya.

Tersisa Chan dan Changbin saja disana. Chan masih terdiam. Changbin pun sibuk mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Pikiran mereka sama-sama berkecamuk.

"Kenapa kau kesini?" tanya Chan sarkas. Wajahnya menatap tajam Changbin. Pasalnya tadi siang Changbin memarahinya dan bertingkah seakan tak mau bertemu dengannya lagi. Tapi kini, tanpa undangan dan disaat yang tidak tepat, Changbin kembali dan membuatnya terus mengumpat dalam hati.

Changbin hanya cengengesan. "Ada seorang pemuda di mobilku. Dia mabuk. Aku sudah berusaha mencari kartu namanya, tapi nihil. Rumahmu yang paling dekat, jadi aku memilih kemari. Lagipula kekasihku sedang ada di apartemenku. Akan memalukan jika aku membawa orang lain di tengah kencan. Biarkan dia disini. Aku harus pulang."

"Kau pikir ini sauna. Tidak!! Terserah kalau kau menyuruhnya tidur disini, tapi temanilah. Jangan membuatku kerepotan. Apa kau tidak melihat kalau aku sedang ada tamu?" Changbin merengut mendengar jawaban ini. "Kau tidak kumat kan? Kau sudah memendam itu berapa tahun?" Changbin tiba-tiba khawatir.

"Delapan tahun." Jawab Chan cepat

"Ya delapan tahun. Lalu bagaimana keadaanmu?"

"Buruk, sangat buruk. Aku ingin menidurinya." Changbin menatap horror Chan. Pasti otaknya sedang geser. Begitu yang dia pikirkan.

"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Chan yang terlihat begitu kebingungan. "Lihatlah ini, bodoh. Dia bahkan sudah berdiri sejak tadi." Chan menunjukkan gundukan di balik celana bahannya.

"Kalau kau sudah hilang akal begini aku tak bisa melakukan apa-apa. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Jangan membuatku dalam masalah. Kabari aku jika kau butuh sesuatu. Aku akan pergi." Changbin memang sahabat yang penuh pengertian.

Setelah melihat Changbin keluar dari rumahnya, Chan berdiri dan pergi mencari Seungmin. Dasi yang ia taruh di saku belakang ia keluarkan dan ia genggam dengan kuat. Kalau dipikir-pikir, akan ada sesuatu berbau kinky setelah ini.

Langkah kaki Chan berhenti ketika menemukan Seungmin berdiri di kamarnya. Seungmin terlihat sedang menatap beberapa baju yang ada di ranjang; sambil menekuk dua lengannya dan berfikir keras. Chan terkejut. Hell! Memilih dan memakai salah satu sesulit itu kah?

"Apa yang kau lakukan?" tanya Chan tiba-tiba.

"Pria tadi menyuruhku memilih satu. Kalau dia menggunakan bahasa 'pilih', berarti aku bisa memilikinya. Aku harus memilih yang paling bagus. Sayangnya semua yang bapak miliki bagus. Saya tidak bisa memilih satu."

"Kamu bisa mengambil semua yang kamu mau."

Seungmin menatap Chan. Matanya berbinar. "Benarkah?"

"Hmm. Cari tas di bawah sana. Ambil semua yang kamu inginkan. Aku tidak akan mempermasalahkannya." Chan bahkan memberikan tas travel kepada Seungmin.

"Asikk!!! Orang kaya memang berbeda." Tanpa pikir panjang, Seungmin melipat semua pakaian tadi.

Chan tak mau mengalihkan pandangannya. Matanya menatap lurus ke arah Seungmin. Dingin-dingin begini bercinta memang pilihan yang tepat.

"Apa ada hal lain yang bisa kubawa pulang?" tanya Seungmin tak tau malu/tak tau situasi.

"Bawa saja semuanya. Yang penting kau tidak lari."

Ketika Seungmin tersadar, dia menatap Chan dengan pandangan aneh, seperti hendak kabur dari tempat itu, seperti tau kalau dia akan diperkosa disana. Tapi Chan sudah melangkah menghampirinya. Ditambah lagi Chan mulai melepas kaosnya. Ditambah lagi Seungmin masih memakai handuk. Ini akan mudah.

Seungmin tiba-tiba tertawa. "Mana mungkin bapak mau melakukan itu dengan saya. Bapak kan pernah menikah dengan perempuan."

"Mungkin dia selingkuh karena tau bahwa saya belok sejak remaja."

Seungmin menganga. Tangannya yang kecil berusaha menutupi seluruh tubuhnya. Dia terpojok dan tiba-tiba saja sudah terlentang di ranjang. Seungmin pun hanya bisa terdiam.

"B-bapak tidak bercanda kan?"

"Tidak mungkin kalau bercanda di situasi seperti ini. Setelah ini kamu harus memilih. Aku atau kekasihmu."

•••

[4/4] MR. WET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang