BIASAKAN VOTE ⭐ SEBELUM MEMBACA..
BUKAN APA-APA..
TAPI NULIS ITU BIKIN OTAK NGEBUL..
JADI TOLONG HARGAI DENGAN VOTE ⭐
KALIAN SENANG AUTHOR PUN HAPPY 😌
Bagaimana bisa?
Bagaimana mungkin?
Sepuluh tahun berlalu dan hati ini masih tetap utuh untukmu, Lisa..
Aku tidak berniat sedikit pun melupakanmu, melupakan kenangan kecil kita yang sangat berharga untukku..
Dan malam ini..
Wajah itu..
Wajah yang selalu aku kagumi, selalu aku puja, selalu membuatku jatuh cinta..
Hadir kembali..
Tapi dia bukanlah Lisa.🔥
"Lili? Lisa? Who the hell? Kau membuat rasa laparku hilang. Bereskan kekacauan yang kau buat itu! Dan by the way.. Aku Lalice. Bukan Lisa atau Lili. Understood?!"
Jennie terus menangis dalam gelap malam di balkon apartment Lisa yang kini menjadi tempat tinggalnya setelah Tzuyu dan Chaeyoung kembali ke Thailand. Tangannya mendekap erat foto Lisa di dadanya. Sesak. Sakit. Rindu. Cinta.. Semua tengah Jennie rasakan. Wajah Lisa.. Tatapan mata Lisa.. Ada pada Lalice. Bagaimana bisa itu terjadi? Apa Tuhan sedang kembali mempermainkan hatinya? Mempermainkan hidupnya? Mempermainkan persahabatannya dengan Tzuyu?!
Mengingat bagaimana Lalice bersikap dan berkata padanya, membuat Jennie tersadar bahwa dia bukanlah Lisa. Dia bukanlah Lili-nya. Dia bukanlah Lalisa Manoban yang tersimpan rapi dihatinya. Jennie menghela nafas dalam-dalam agar dirinya tenang. Terus meyakinkan dirinya kalau Lalice bukanlah Lisa - sambil berjalan masuk kedalam hingga Jennie berhenti di depan sofa. Sofa yang menyimpan kenangan kecil yang indah dengan Lisa. Pertama kalinya Lisa menyentuhnya dengan cinta - yang pada akhirnya dia ketahui sesaat sebelum Lisa meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Air matanya kembali menetes. Dadanya kembali terasa sakit. Jennie membaringkan tubuhnya disofa. Memeluk erat foto Lisa yang tidak sedikit pun terlepas darinya. Jennie menangis. Pilu. Seakan melepas semua rasa sakitnya. Semua rasa rindunya pada Lisa.
🔥
"Pecat karyawanmu yang bernama Jennie itu." Perintah Lalice pada Harry.
Harry menatap Lalice dengan tatapan terkejut. "Why?! Dia tidak bermasalah selama 5 bulan bekerja disini." Tanyanya.
"Semalam dia menumpahkan ramen yang aku minta. Apa itu bukan masalah?!" Tanya Lalice.
"Come on.. Kau selalu melibatkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan." Ujar Harry.
"Yaaa!! Dia membuatku kelaparan! Aku tahu wajahku ini sangat menawan sampai dia menjatuhkan ramen saat melihatku. Tapi itu berlebihan!" Lalice menahan geram.
Harry menghela nafas sabar menghadapi keras kepala Lalice. "Dia pekerja yang rajin. Dia bekerja disini demi anaknya. Apa kau tidak merasa kasihan pada anaknya kalau aku memecatnya?!" Tanya Harry yang mencoba meredam kemarahan Lalice.
"Apa itu urusanku? Apa aku harus menelpon Eonnie-ku untuk meminta persetujuannya?!" Tanya Lalice.
"Eonnie-mu menyerahkan semua keputusan apa pun yang bersangkutan dengan cafe ini padaku. Remember?!" Harry menatap Lalice dengan penuh kemenangan.