Berjarak bukan berarti menjauh.
Memberi ruang pada ego yang memakan amarah.
Sampai akhirnya kita akan searah.
_________________________________Daisy berdecak sebal saat ia merasa kesusahan membawa beberapa tumpukan buku di tangannya untuk naik ke lantai dua. Dan dengan tidak etisnya buku-buku tebal itu malah semakin menyusahkannya, dengan jatuh satu persatu di anak tangga karena tak sengaja menabrak seseorang.
"Maaf," ucap Daisy pada pria yang tak sengaja ia tabrak bahunya tadi. Daisy berbalik untuk memunguti buku yang kini berada di beberapa anak tangga yang tadi dilewatinya.
Pria itu juga ikut membantu Daisy. Dia, Kafka. Teman sekelas Aster yang tadi ke toilet sebentar untuk menuntaskan panggilan alam.
Kafka dengan baik hati menawarkan agar ia saja yang membawa seluruh bukunya. Daisy sempat menolak, namun Kafka tetap memaksa.
"Nggak apa-apa, ayo. Mau ke kelas berapa?" tanya Kafka sambil melangkah lebih dulu. Daisy pun segera mengikuti.
"Ke kelas dua belas Bahasa tiga, Kak," balas Daisy. Kafka mengangguk, lalu tanpa susah-susah mencari kelas yang di sebutkan Daisy, ia sudah mengerti. Karena itu akan melewati kelasnya sendiri, lalu kelas Bahasa II, baru kemudian kelas Bahasa III.
Aster yang duduk di bangku sebelah jendela pun, bisa melihat Daisy berjalan melewati kelasnya melalui jendela di sebelahnya yang terbuka, bersama Kafka. Aster hanya menatap sekilas dengan wajah datarnya.
Daisy di buat bingung dengan pancaran dingin dari retina mata Aster. Tak terselip lagi rasa hangat setiap kali Daisy menatap. Senyumannya pun tak di balas Aster.
Ada apa? Apa ia membuat kesalahan?
"Makasih ya, Kak," ujarnya pada Kafka setelah keluar dari kelas Bahasa III.
"Sama-sama. Nggak mau ketemu pacar lo dulu? Di kelas gua lagi nggak ada guru."
"Nggak usah kak, takut kak Aster ke ganggu," tolak Daisy halus.
Kafka tertawa. "Ada-ada aja lo, masa ke ganggu sama pacar sendiri."
Daisy tersenyum tipis. "Nggak usah. Tolong bilangin aja sama kak Aster, nanti suruh nungguin aku di kelasnya dulu."
"Oke. Hati-hati yah." Daisy mengangguk menanggapi. Ia berjalan menuju kelasnya sambil berpikir, dia punya salah apa? Sampai-sampai Aster seperti tak menganggapnya ada.
•••
Bel istirahat berbunyi beberapa detik yang lalu. Daisy kini melangkah di koridor kelas dua belas sambil sedikit menunduk.
Semua orang disana memandang sedikit asing. Karena memang ini baru kedua kalinya Daisy memijakkan kaki disini setelah bersama Kafka tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Daisy
Teen Fiction-Aku yang mengajakmu berdiri dan dia yang kau ajak berlari.- Mengisahkan tentang gadis manis. Dia, Daisy. Si gadis maniak blueberry. Ia sangat mencintai Aster lebih dari dirinya sendiri. Namun, suatu hari, kenyataan pahit menamparnya. Menghempaskan...