Mari berdamai dengan waktu. Relakan yang dulu, tatap masa depanmu. Jadikan yang lalu sebagai pembelajaranmu.
_________________________________Yura memungut buku bersampul hitam yang jatuh dari bangku yang berada di sebelahnya. Di sana tertera nama 'Geovan Athalandia' dengan font besar.
Gadis dengan rambut sedikit berwarna merah itu berdecak. "Milik si brengsek ternyata," ucapnya pelan.
"Geompong!" panggil Yura keras. Geo yang sedang asyik bermain game di pojok kelas bersama Banu dan lainnya hanya melirik tak minat.
"Ngomong Geompong sekali lagi, gua colok itu mulut pake sepuluh tusuk gigi ya?!"
Yura berdecak. "Buku lo jatuh ini?! Di baikin lo malah minta dihajar ya!"
"Yaudah si, tinggal taruh di meja gua aja, nggak penting juga," sahutnya santai.
Yura yang malas gerak, berniat melemparkan buku itu ke meja di sampingnya. Tapi, netranya tak sengaja melirik tulisan kecil yang berada di ujung bawah buku.
'Untuk Itsana'
Tulisan dengan tinta berwarna silver yang menarik Yura membaca isinya dengan lancang. Matanya seketika membulat membaca isi dari buku itu. Tertera cerita, atau yang lebih tepatnya keluh kesah seorang Geovan.
Yura sempat kagum karena kata-kata penuh diksi yang di tulis Geo. Dan yang paling mengejutkan adalah, di sana banyak kata yang di lemparkan kepada gadis bernama Itsana.
Geo tak sengaja melirik Yura yang sedang membaca isi buku miliknya. Awalnya hanya biasa-biasa saja, namun ia tersadar saat melihat sampul bukunya.
Pria itu menjatuhkan ponselnya. Ia berlari cepat ke arah Yura dan merebut buku miliknya.
"Siapa yang suruh lo baca?!" tanya Geo kesal.
"Nggak ada sih. Ya, karna tadi lo ngomong gak penting jadi gua baca aja dari pada gabut ya kan?" balas Yura santai. Ia sama sekali tak takut jika Geo akan marah. Ia akan senang seandainya itu terjadi.
Sinting memang.
Yura tertawa mengejek. "Bucinnya Itsana ya?"
Geo mendelik. "Apaan?! Kagak!"
Yura semakin tertawa keras. "Jago marah-marah sama orang tapi ternyata bucin. Hahaha–" ucapan Yura terpotong ketika ia terbatuk-batuk.
Reana menyodorkan sebotol air putih untuknya. Memang kawan yang baik. Tak seperti Geo yang malah tertawa meledek.
"Karma is real."
Daisy yang menyaksikan itu hanya geleng-geleng kepala. Ia yakin hubungan Geo dan Yura akan berakhir sama dengan kisah Dara dan Artha. Berakhir dengan si perempuan yang menjadi pacar si pria. Bedanya, dalam kisah Dara dan Artha, hanya Dara yang tampak tak suka dengan Artha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Daisy
Teen Fiction-Aku yang mengajakmu berdiri dan dia yang kau ajak berlari.- Mengisahkan tentang gadis manis. Dia, Daisy. Si gadis maniak blueberry. Ia sangat mencintai Aster lebih dari dirinya sendiri. Namun, suatu hari, kenyataan pahit menamparnya. Menghempaskan...