Dia Daisy-20

72 22 102
                                    

Karena kamu adalah luka yang kusembunyikan dari semesta.
_________________________

Daisy melihat Dalisya tetap tersenyum walaupun tahu Aster tak dapat memenangkan pertandingan kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daisy melihat Dalisya tetap tersenyum walaupun tahu Aster tak dapat memenangkan pertandingan kali ini.

Saat ia tanya apa alasan Dalisya tersenyum. Jawaban sederhana pun keluar dari bibir tipis itu, pun membuat Daisy sadar bahwa Dalisya adalah orang yang terbaik untuk Aster.

"Karena jika aku ikut kecewa, nanti Aster nggak akan semangat lagi. Kan aku sudah bilang, apapun yang terjadi, aku harus tetap tersenyum untuk Aster."

Daisy menahan isakannya yang siap meledak-ledak. Sejauh ini berhubungan dengan Aster, pria itu tak pernah memberikannya kedudukan seistimewa itu.

"Maaf."

Kedua gadis dengan wajah mirip itu sama-sama mencari sumber suara.

Aster memeluk Dalisya dari samping. "Maafin aku yang bikin kamu kecewa."

Dalisya mengusap rambut Aster. "Enggak, jangan gitu. Aku udah cukup bangga sama usaha kamu."

Tangan Daisy ingin sekali menggapai tubuh Aster. Mendekapnya sama seperti dulu jika pria itu sedang sedih. Tapi itu sangat mustahil baginya. Saat Aster tetap memberikannya status pacar saja itu sudah lebih dari cukup.

Lamunan Daisy buyar saat mendengar pukulan yang cukup keras. Aster, ujung bibir pria itu sampai sobek akibat satu pukulan dari Dara.

"Ada apa ini?" Dalisya nampak bingung, ia tak mengerti apa yang terjadi di sekitarnya.

Daisy mendelik kaget. "Dara! Kamu kenapa, sih!"

Dara seakan menulikan pendengarannya, gadis itu melayangkan satu pukulan lagi pada wajah Aster.

"Lo apa-apaan, sih!" maki Aster kesal.

"Jadi ini ketua basket brengsek itu? Iya?! Yang macarin dua perempuan sekaligus?! Hebat, ya, lo?" Dara menatap Aster tajam. "Ichi bukan mainan kalau lo bodoh nggak bisa tahu. Ichi itu punya perasaan b*ji**an!"

Aster hendak melayangkan pukulan, namun terhenti saat ia ingat bahwa di depannya ini perempuan.

"Apa?! Lo mau pukul gua? Pukul aja, pukul! Kalau lo berani nyakitin perempuan secara tak kasat mata, gua yakin lo lebih berani nyakitin perempuan secara fisik!"

Artha yang tiba-tiba datang langsung menarik bahu Dara untuk menjauh, namun Dara dengan cepat memberontak.

"Please, kali ini aja lo nurut sama gua, Ra."

"Laki-laki nggak bener kayak dia itu harus dikasih pelajaran, Tha!"

Daisy melihat semua murid yang tadi menonton pertandingan mulai berkerumun menyaksikan perdebatan sengit di hadapan mereka.

"Ada apa, sih, ini?" tanya Dalisya bingung. Ia sama sekali tak mengerti apapun ucapan gadis yang tak berhenti memaki Aster.

"Laki lo itu–"

Dia DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang