Dia Daisy-7

86 29 120
                                    

Andai kamu tahu ...,


Kamu adalah salah satu faktor yang membuatku nyaris gila.
______________________

Hari ini Daisy memutuskan untuk lari pagi bersama Dara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Daisy memutuskan untuk lari pagi bersama Dara. Tadinya Daisy juga sempat mengajak Gara untuk lari pagi bersama, namun pria itu malah semakin menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Daisy hanya membiarkan saja, mungkin Gara lelah karena harus menyelesaikan sisa-sisa tugas tadi malam hingga larut.

Dua gadis dengan kadar kecantikan yang sama itu memulai pemanasan di halaman rumah terlebih dahulu. Daisy dengan kaos lengan pendek dan celana training, sedangkan Dara lebih memilih memakai hoodie abu-abu di padu dengan celana jeans hitam.

Selang beberapa menit melakukan pemanasan, keduanya mulai berlari-lari kecil di sepanjang jalan. Banyak orang berlalu lalang yang juga melakukan hal sama dengan Daisy dan Dara.

Di sepanjang perjalan Daisy mengoceh tanpa henti, sedang Dara hanya mengangguk atau sesekali berbicara menanggapi.

"Dara, mau tanya dong," ujar Daisy pada Dara.

"Lo dari tadi juga tanya mulu," gerutu Dara membuat Daisy menyengir bodoh.

"Masih cantik kan aku atau Dara?" pertanyaan tak berfaedah itu keluar begitu saja dari bibir Daisy.

"Cantikan gua," tukas Dara penuh percaya diri.

"Kok Dara mulai narsis sih?!"

"Serah gua." keduanya mulai nyolot. Adu mulut pun tak ter-elak-kan. Hingga suara pria asing di telinga Daisy pun menghentikan. Tapi seperti nya Dara tak begitu asing dengan suara pria ini.

Artha. Pria dengan segala ke-bobrokannya itu mendekat ke arah Dara dengan muka tengil.

"Udah aku bilang kan, Dar. jodoh–"

"Jangan panggil Dar, Gua bukan Jedar," Sela Dara cepat.

"Yaudah panggil ayang boleh?" tangan Dara yang gatal tak bisa untuk tak menampol Artha.

"Lah kok?–" Artha menjeda ucapan nya saat retina matanya tak sengaja melirik Daisy yang bengong di antaranya dan Dara, "wah ... Ada adek lucu. Gemes banget. " Artha mendekat pada Daisy, mencubit gemas pipinya. Daisy pun hanya bisa diam seperti orang bodoh.

Dara mendengkus, memang otak Artha tak jauh-jauh dari yang namanya perempuan. Maklumi saja, pria itu bahkan sudah mendapat sertifikat penghargaan pakboi ter-segalanya.

Artha tersenyum jahil melihat raut muka Dara yang berubah jengkel. "Cemburu ya?"

Dara mendecih. "Cemburu? Gak guna!" setelah itu Dara melenggang pergi. Namun, baru dua langkah menyeret kakinya menjauh, terdengar satu pukulan yang cukup keras.

Dia DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang