Kita hanya berjarak. Bukan berarti saling mencampak apalagi harus beranjak.
__________Daisy dengan muka kecutnya berjalan menapaki koridor menuju kelasnya. Tadi, saat ia turun dari mobil Gara, ia tak sengaja bertemu Aster di gerbang. Tak seperti biasanya, Daisy sama sekali tak menyapa Aster. Bahkan melirik pun enggan.
Aster kelabakan, ia tak mengerti Daisy kenapa. Biasanya gadis itu akan menyambut dengan senyum indahnya saat bertemu Aster di mana pun.
Pria dengan rambut hitam legamnya itu berusaha menggapai tangan Daisy. Aster lalu membalikkan tubuh Daisy paksa, ia memegang tangan Daisy tapi gadis itu malah memberontak.
"Kamu kenapa? Aku ada salah?" tanya Aster to the point.
Aster semakin di buat bingung saat Daisy hanya diam menunduk sambil memainkan tali ranselnya.
"Chi, kalau aku ada kesalahan, bilang. Jangan diem aja gini dong, aku bingung." Aster tak peduli puluhan pasang mata yang menatapnya dengan berbagai arti. Lalu Aster memutuskan untuk mengajak Daisy duduk di halaman belakang sekolah.
"Kenapa? Kamu mau minta apa? Hm?"
Aster semakin di buat frustasi saat Daisy menukikkan bibirnya ke bawah. Tolong, Aster ini bukan cenayang.
Kedua mata Aster membelalak. "Kok malah nangis? Aku ada salah apa? Jangan gitu, aku bingung." Aster menghapus air mata Daisy yang turun sesukanya.
"Ada apa?" lagi-lagi Daisy hanya diam. "Chi ... Jangan kayak gini, aku nggak tahu aku ada salah apa."
"Ada chat dari kamu yang nggak aku bales?" Daisy menggeleng pertanda tidak.
Aster berpikir kembali. "Aku ada janji yang nggak aku tepatin?" Daisy menggeleng lagi.
"Emmm ... Aku ada bohong sama kamu atau–"
"IYA!" jeritan Daisy membuat Aster tercengang sebentar. Tentu kaget.
"Bohong?" tanya Aster memastikan.
"Iya ih," seru Daisy kesal.
"Apa? Aku bohong apa?" Aster benar-benar tak tahu kebohongan apa yang di lakukannya.
Daisy mengerucutkan bibir kesal, ia mengayunkan-ayunkan kaki dengan alas sepatu putih itu.
"Katanya kemarin kalau aku makan banyak bakalan tinggi kayak kakak." Daisy menarik nafasnya sebentar. "MANA?! KATA DARA PIPI AKU JADI MAKIN CHUBBY! HARI INI JUGA MASIH TINGGIAN KAMU!" pekik Daisy tiba-tiba.
Tubuh Aster kaku, tak tahu harus merespon apa. Sedetik setelah itu tawanya meledak-ledak. Hingga air ludahnya ikut terbang menuju pipi Daisy. Daisy dengan sabar mengusap setitik liur Aster dengan lengan baju Aster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Daisy
Teen Fiction-Aku yang mengajakmu berdiri dan dia yang kau ajak berlari.- Mengisahkan tentang gadis manis. Dia, Daisy. Si gadis maniak blueberry. Ia sangat mencintai Aster lebih dari dirinya sendiri. Namun, suatu hari, kenyataan pahit menamparnya. Menghempaskan...