Dia Daisy-13

57 19 59
                                    

Jalinlah hubungan dengan orang yang pernah patah hati. Dia lebih paham cara menghargai seseorang.
_________________________

Daisy adalah tipikal gadis pantang menyerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daisy adalah tipikal gadis pantang menyerah. Jadi, jangan berfikir jika Daisy akan berhenti begitu saja saat Aster tak peduli padanya.

"Kak, kakak kenapa sih nggak pernah mau bicara sama aku?"

Seperti dua hari yang lalu, Aster tetap mendiaminya.

"Kak Aster ...."

Suasana kelas Aster sedang sepi, karena bel istirahat yang berbunyi lima menit yang lalu. Daisy lalu mendekatkan tubuhnya pada Aster yang sibuk mengerjakan tugas.

Gadis berwajah lucu itu menggoyang-goyangkan lengan Aster membuat sang empu sedikit tergangu.

Aster perlahan menjauhkan tangan Daisy dari lengannya. Namun, memang Daisy spesies keras kepala, gadis itu malah menyandarkan kepalanya ke lengan Aster.

"Jangan ngejauh, aku nggak bisa."

Aku jauh lebih nggak bisa Chi.

Ingin Aster meneriakkan kata-kata itu. Tapi, keaadaan yang memaksanya. Memang benar kata Gara, ia hanya akan membuat Daisy terluka jika dekat-dekat dengannya. Namun lihatlah, Daisy terlihat lebih terluka.

"Kakak kenapa? Kakak keberatan ya kalau aku minta ice cream terus tiap hari?" Daisy semakin menukikkan bibirnya ke bawah seraya menatap Aster yang kembali menatapnya setelah dua hari yang lalu tak acuh padanya.

"Kalau gitu, aku janji nggak bakal minta lagi."

Aster kembali fokus pada soal-soal di depannya. Berusaha tak acuh pada gadis yang masih menempelkan kepala pada lengannya agar tak lagi dekat-dekat. Aster akan melakukan apa saja agar Daisy tak berada dalam bahaya.

Aster merasa kini lengan bajunya basah. Benar saja, saat ia menolehkan kepala, wajah Daisy sudah penuh bersimbah air mata.

Kelemahannya hanya sederhana, yaitu saat mamanya dan orang yang di cintainya menumpahkan cairan bening dari pelupuk matanya. Tak tahan dengan sandiwara yang ia buat, di bawanya Daisy dalam pelukannya.

"Jangan jauh-jauh," isak Daisy.

"Iya, enggak lagi. Jangan nangis."

Daisy seketika membalas pelukan Aster, saat akhirnya pria itu mau membalas perkataanya.

Aster melerai pelukannya, menghapus jejak sungai kecil yang dengan lancang berada di pipi gadisnya.

"Laper nggak? Ke kantin ya," tawar Aster.

Daisy menggeleng. "Kakak kenapa? Kenapa ngejauh dari aku?"

"Kita makan du–"

"Nggak mau! Jawab pertanyaan aku dulu," desak Daisy.

Dia DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang