Kau mengadu apa tentangku pada Tuhan mu. Bisa-bisanya kini kepala ku di penuhi kamu padahal aku tak mau.
______________________________Aster mendudukkan Daisy di sofa. Ia berjalan mengambil kotak obat di laci kamarnya.
Pria itu menyingkap poni yang menutupi luka tadi. Aster meringis saat melihat luka yang terpampang jelas di depannya. Entah kenapa melihat itu raganya ikut sesak. Padahal ia sudah berkali-kali menerima luka yang sama.
"Makasih kak," ucap Daisy dengan senyum mengembang saat Aster selesai mengobati lukanya.
Aster menarik nafas. "Jangan coba-coba kayak gitu lagi, ya? Aku ikut sakit ngeliat kamu kayak gini," pinta Aster.
Daisy menunduk. "Maaf kak."
Aster tersenyum, kemudian menarik Daisy dalam dekapannya. Beruntung sekali ia mendapatkan gadis sebaik Daisy.
Aster sedikit mengurai pelukannya. "Mau makan nggak? Kamu tadi kan cuma makan ice cream doang?"
Daisy menganggukkan kepalanya ragu-ragu. "Tapi di bawah kan–"
"Papa sama mama?" Daisy mengangguk membenarkan.
"Papa sama mama pasti keluar lagi. Gila materi mana betah di rumah," ujar Aster dengan wajah jengkel.
kini Daisy mengangguk yakin. Tangannya lalu di gandeng Aster untuk ke dapur. Memasak bersama memang menyenangkan. Cobalah sesekali bersama orang yang kau cintai.
Aster sengaja menjahili Daisy dengan brokoli yang ia usapkan di daun telinga gadis itu. Sehingga Daisy menggeliat geli.
"Kak! Jangan jahil!"
Melihat Daisy kesal membuat Aster tertawa puas. Raut muka itu begitu menggemaskan.
Daisy bersorak senang tatkala capcai yang ia buat bersama Aster terasa pas di lidahnya.
Mereka berdua duduk di meja makan setelah membersihkan dapur yang kotor akibat ulah Aster yang mengobrak-abrik isi kulkas.
"Enak," komentar Aster.
Daisy tersenyum manis. "Lain kali masak bareng lagi ya kak, seru banget."
"Boleh, kalau bisa setiap hari."
Setelah makan, Daisy mencuci piring bekasnya dan Aster. Ia tak tahu kemana perginya Aster, yang pasti pria itu berjalan ke arah kamar mandi di samping dapur.
Karena rasa penasarannya tinggi, Daisy mengikuti kemana perginya Aster tadi. Namun, ia tak menemukan seorang pun di kamar mandi. Daisy mencoba mencari di kamar pria itu, namun hasilnya masih tetap sama.
"Kak! Kakak dimana?!"
Tak ada sahutan apapun, membuat kakinya gemetar.
Daisy mencoba ke halaman belakang, dan bernafas lega saat menemukan Aster di sana. Terlihat pria itu sedang menjemur beberapa baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Daisy
Teen Fiction-Aku yang mengajakmu berdiri dan dia yang kau ajak berlari.- Mengisahkan tentang gadis manis. Dia, Daisy. Si gadis maniak blueberry. Ia sangat mencintai Aster lebih dari dirinya sendiri. Namun, suatu hari, kenyataan pahit menamparnya. Menghempaskan...