Dia Daisy-15

65 28 149
                                    

Kita adalah utuh yang patah. Selalu dekat namun tak pernah mengikat
__________________________

Daisy mengusap lengannya yang terasa di tusuk-tusuk angin malam akibat duduk di teras dengan kaos lengan pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daisy mengusap lengannya yang terasa di tusuk-tusuk angin malam akibat duduk di teras dengan kaos lengan pendek.

Ini adalah hari kepulangan Aster dari camping. Ia sedari tadi menunggu Aster untuk menepati janjinya. Sudah berkali-kali gadis itu mencoba menghubungi Aster. Namun, berkali-kali juga panggilannya di recject.

Jika saja Dara berada di rumah, sudah di pastikan ia sudah di rumah Aster malam ini.

"Chi." panggilan itu membuat dirinya tersentak. Senyum yang tadi terbit, perlahan musnah kembali. Daisy kira yang memanggilnya tadi Aster, tapi ternyata Gara.

"Kenapa di luar? Dingin, ayo masuk!"

Daisy menggeleng, ia masih ingin menunggu Aster. Dirinya yakin pria itu tak akan mengingkari janjinya.

"Nungguin siapa sih? Dara bentar lagi juga pulang."

Daisy menggeleng lagi, dan tetap tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Gara menghela nafas pelan. "Yaudah abang temenin." Gara kemudian memberikan jaketnya untuk menutupi lengan Daisy yang terbuka.

Dua jam sudah Daisy lewati. Sama sekali tak ada tanda-tanda bahwa Aster akan bertandang.

Tak lama, deru motor memenuhi indra pendengarannya. Motor hitam itu memasuki pekarangan rumah.

Daisy tersenyum, berlari, kemudian memeluk orang itu. Dorongan pelan mengejutkan Daisy. Kenapa Aster tak mau di peluknya?

Orang itu melepaskan helm yang tadi masih berada di kepalanya.

"Apaan dah? Tumben lo peluk-peluk gua?" tanya Dara bingung.

Daisy berkedip bingung, ia salah sasaran ternyata.

"Kirain kak Aster tadi," ucap Daisy lirih, namun Dara masih bisa mendengarnya.

"Bucin," ledek Dara membuat Daisy memanyunkan bibirnya.

Dara menyerahkan kantong plastik minimarket yang berisi ice cream blueberry pada Daisy.

Daisy bersorak senang saat melihat isi dari apa yang di berikan Dara.

"Terima kasih Dara."

Dara menepuk pelan kepala Daisy. Daisy sudah ia anggap seperti saudari kandungnya sendiri.

•••

Daisy hendak mengejar Aster yang baru turun dari motornya.

"Kak Aster!"

Pria yang di panggil hanya melirik Daisy tanpa minat, lalu melengos tak peduli.

Dia DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang