12 Juli 2020
Shizuoka, JepangJisoo-yaa...
Sejak kemarin aku sangat sibuk menata kehidupan ku. Aku mulai bekerja di cafe yang kusampaikan di suratku sebelumnya. Meskipun lelah, aku bisa mempelajari banyak hal. Pemilik cafe itu sangat baik padaku, dia bahkan mengajariku teknik me-roasting kopi dan jenis-jenis kopi yang ada di dunia. Aku merasa seperti sedang belajar sambil bekerja.
Aku juga sudah mulai mendekorasi apartemenku, belum selesai sepenuhnya tapi suasana di sini menjadi lebih cerah dari sebelumnya.
Saat membereskan barang-barang bawaan ku yang masih tersisa, aku menemukan foto pertama kita.
Apa kau masih ingat? Kita mengambil foto itu di hari kelulusan SMA, hari yang sama dimana aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaan ku padamu. Ahh... Aku masih bisa merasakan kegugupan yang menguasai hati ku saat itu.
Kau memiliki sangat banyak teman, tidak ada satupun siswa di sekolah yang tidak mengenalmu. Sedangkan aku, seorang siswa pinggiran, melalui 3 tahun masa sekolah tanpa satupun teman.
Aku mulai menyukaimu di kelas 2. Saat itu kau tidak mampu menggapai sebuah buku di perpustakaan, jadi aku memutuskan untuk mengambilkan nya untukmu. Senyummu saat itu, berhasil mewarnai hari-hari ku yang buram. Satu senyum itu berhasil membuatku menyukai mu hahaha...
Aku menunggui mu seharian di depan gerbang sekolah, aku tidak ikut pesta perpisahan karena aku tidak menyukai keramaian, jadi aku memutuskan untuk menghabiskan waktu memandangi mobil yang lewat di depan sekolah sambil menunggu kepulangan mu.
Aku ingat bertapa terkejutnya kau saat melihatku masih ada di sana. Aku juga ingat bagaimana kau menarikku ke taman belakang, kau mengatakan bahwa ingin melakukan pesta perpisahan berdua saja denganku. Tapi nyatanya, kita tidak pernah berpisah setelahnya.
Aku sangat senang hari itu, bahkan jika membayangkannya sekarang, aku masih tetap tersenyum.
Saat langit mulai kemerahan menandakan bahwa mentari akan segera pergi, aku menatap kedua mata mu berharap kalau kau bisa melihat isi hatiku melalui pancaran mataku yang redup.
Namun justru, aku lah yang melihat isi hatimu yang terpantul jelas dari pernik indah itu. Aku terenyuh, tenggelam dalam lautan perasaan saat kau menarikku mendekat, mendekap ku dengan erat.
E-eh... Hahaha... Ketahuilah, saat aku menulis surat ini, entah kenapa air mataku berjatuhan. Tapi jangan khawatir, aku hanya merasa sedikit tersentuh karena mengingat awal dari hubungan manis kita.
Aku memajang foto kita itu di ruang tamu, aku ingin wajahmu yang terlihat pertama kali saat aku pulang ke rumah.
Aku merindukan sapaan hangat mu saat aku pulang, aku juga merindukan senyum indahmu yang selalu muncul setiap kali aku kembali dari hari ku yang melelahkan. Tapi tak apa, aku masih bisa melihat senyum lebarmu terpancar dari foto itu.
Aku mencintaimu...
Dan akan selalu mencintaimu...Apakah aku egois jika mengatakan itu?
Sincerely,
Park Chaeyoung