Re: Letter (3)

511 72 4
                                    

1 Januari 2021
Tokyo, Jepang

Chaeng-ah...
Surat ketigamu berhasil membuatku menangis sepanjang malam. Sejak kapan kau jadi puitis seperti itu?

Kebohongan ya? Sepertinya kita berdua tenggelam dalam kebohongan yang sama dan tidak mau mengakui bahwa kita sebenarnya berbohong.

"Saat kita menikah nanti, kau harus membelikan gaun ini untukku,"

Aku masih ingat dengan jelas kalimat itu. Aku mengatakannya sambil memandang pantulan wajahmu dari kaca, aku tau bahwa saat itu kau sedang membayangkan hari bahagia kita yang seharusnya terjadi di masa depan.

Saat itu, aku tidak bisa membayangkan diriku di altar bersama siapapun kecuali kau, Park Chaeyoung. Aku membayangkan saat aku akan berjalan menuju altar sambil membawa satu buket bunga lili putih di tanganku. Berjalan perlahan sambil bertukar pandang dengan mu yang sudah berdiri di sana sambil meremas tanganmu karna gugup.

Aku sudah memikirkan kata-kata penuh haru yang akan kuucapkan di hadapan mu, aku yakin bahwa kau akan menangis dengan keras saat aku mengatakan nya dan berakhir dengan terisak dalam pelukan ku. Hahaha...

Aku sudah membayangkan kita bertengkar saat memilih tema warna pernikahan kita. Aku akan bersikeras untuk memilih warna ungu, sedangkan kau akan memilih warna biru. Tapi aku yakin, meskipun itu belum terjadi, kau akan mengalah untukku. Kau mencintaiku, sangat mencintai ku.

Percayalah Chaeng, saat ayahku memaksaku untuk menikah dengan pria itu, harapan dan bayangan ku hancur berkeping-keping bahkan aku bisa mendengar suara pecahan nya jatuh dan menabrak lantai keramik di bawah.

Aku tidak ingin melawan ayahku yang sudah membesar ku sendirian dari kecil. Aku tau betapa dia berusaha untuk membahagiakan ku selama ini, betapa besar cintanya padaku. Dia tidak pernah meminta apapun dariku, hanya itu saja. Aku tidak ingin mengecewakan nya, aku tidak sanggup.

Aku dihadapkan pada dua pilihan yang sangat berat, apakah aku harus kehilangan jiwaku atau kehilangan kasih ayahku.

Aku tau, aku tau betul jika aku memilih mu maka aku tidak akan pernah kehilangan kasih barang sedetikpun. Kau akan melimpahkan kasih mu padaku, setiap waktu setiap saat.

Aku memikirkan hal itu sepanjang malam sambil memandang wajah mu yang sedang terlelap tidur. Kau begitu tenang, membuat hati ku terasa hangat meskipun saat itu ada badai yang bergejolak di dalamnya.

"Kim Jisoo... Tersenyumlah..."

Bahkan dalam mimpi pun, kau hanya menginginkan kebahagiaan ku Chae, aku tau itu. Bagaimana mungkin aku berpaling darimu yang selalu menyayangi ku dengan tulus? Aku terus berkata kepada Tuhan, aku tidak ingin melukai gadis polos yang hanya tau bahwa dia mencintai ku ini.

Malam itu juga, aku menetapkan hati. Aku akan menikah dengan pria itu sesuai dengan keinginan ayahku. Aku akan berpura-pura bahagia di depanmu, karna kebahagiaan ku adalah satu-satunya hal terpenting dalam hidup mu.

Aku egois, aku tau itu. Tapi aku yakin, seberapa jauh pun aku melangkah, aku hanya akan kembali kepadamu. Aku yakin bahwa aku bisa kembali kapan saja karna kau pasti akan menungguku di sana, di tempat yang sama saat aku melangkah pergi.

Benang merah yang melilit jari manisku dan jari manismu, akan menuntun jalanku kembali. Meskipun jalan yang akan kutempuh itu gelap dan sunyi, aku akan tetap bisa merasakan kehadiran mu di ujung jalan sana.

Aku akan datang untuk menghancurkan bola kebohongan yang telah kau mulai. Aku akan mengulurkan tanganku dari puncak bola itu, dan menuntunmu untuk naik ke atas. Karna sekarang, kebohongan bahwa kau baik-baik saja sudah berubah menjadi kita baik-baik saja.

Aku tidak akan membiarkan kau mempercayai kebohongan, tidak saat aku tau bahwa hati kecilmu masih sama polosnya dengan Park Chaeyoung yang kukenal dulu.

Mulai saat ini biarkan aku berjuang untukmu Chaeng. Beristirahat dan tunggu aku tiba di sisimu sebentar lagi.

Sincerely

Kim Jisoo

ChaeSoo ONESHOT/SHORT STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang