12 Agustus 2020
Shizuoka, JepangJisoo...
Maaf, apakah suratku datang terlalu cepat? Hahaha... Ini baru dua hari sejak suratku yang terakhir, tapi aku ingin kembali menulis surat untukmu.
Aku membutuhkan teman untuk berbincang, dan satu-satunya orang yang muncul dalam benak ku adalah kau. Meskipun aku yakin bahwa kau tidak akan pernah membalas suratku, mungkin.
Kemarin malam aku memimpikan sesuatu yang aneh, Jisoo-ya. Dan aku ingin segera menceritakannya padamu. Hahaha... Aku rasa aku masih sama seperti Chae yang dulu, yang selalu merengek dalam pelukan mu saat aku mendapat mimpi buruk.
Chae yang selalu tertidur pulas dalam dekapan hangat mu. Chae yang beruntung karna bisa mendengar suara lembut mu menyapa di pagi hari dan membawaku ke dalam mimpi indah di malam hari. Chae yang menjadi alasanmu untuk tersenyum dan tertawa, tak jarang juga menjadi alasanmu menangis dan bersedih.
Jadi,
Tadi malam aku membuka mata dan menemukan diriku berada di dalam lautan yang gelap. Aku dilingkupi air dan tidak ada hal lain yang dapat kulihat, terlalu gelap.
Aku menjadi panik dan gusar, aku berenang ke atas dan berusaha untuk menemukan permukaan dari laut ini. Tapi sekeras apapun aku berenang aku hanya kembali ke tempat semula.
Anehnya selama aku berenang, aku tidak bisa bernapas dan merasa sesak tapi saat aku diam dan tenang aku bisa bernapas dengan lancar.
Setelah beberapa saat berusaha untuk keluar, aku memutuskan untuk menyerah. Tidak ada gunanya berjuang keluar, tidak ada.
Aku berdiam sambil memeluk lutut di depan dada. Rasa sunyi ini membuatku terbuai dalam ketenangan yang tidak asing. Aku tidak menyukai tempat ini tapi sepertinya jiwaku berkata lain.
Aku memikirkan banyak hal, mulai dari yang kecil hingga besar.
Aku, untuk pertama kalinya setelah pindah, memikirkan orang tuaku di Australia. Aku merindukan mereka tapi tidak ada perasaan ingin bertemu sedikit pun. Aku tau betul bahwa mereka baik-baik saja dan hidup dalam kebahagiaan di sana, dengan atau tanpa aku. Mereka mengasihi ku dan itu sudah cukup.
Aku juga memikirkan mu, Jisoo. Aku paling banyak memikirkan mu.
Mulai dari pertemuan kita yang didorong oleh keinginan ku untuk menolong mu, berlanjut ke pertemuan-pertemuan kecil kita yang penuh makna untukku, momen persatuan kita di sore sendu, hingga hari dimana aku kehilangan jiwaku saat mendengar berita luar biasa darimu.
Aku,
Aku sangat tidak ingin mengingat hari itu. Setiap kali memori itu berputar dalam pikir ku, rasanya seperti ada hewan buas yang mencabik-cabik tubuhku dari dalam.Tapi kemarin, aku dipaksa untuk mengingat hari itu. Sekali lagi, hewan buas itu mengamuk dan menancapkan kukunya yang tajam di relung hatiku.
Aku selalu mengatakan kepadamu bahwa aku baik-baik saja, sebenarnya kata-kata itu bukan untuk mu tapi untukku.
"Ayahku menjodohkan aku dengan anak dari Presdir Ahn,"