Love Mountain : 11

5.6K 803 55
                                    

CHAPTER 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 11

Pencarian sudah dilakukan oleh petugas setempat ditambah bantuan tim penyelamat, mereka menyusuri segala sisi gunung.

Lewat darat, sungai, maupun udara.

Orang tua Jennie datang langsung dari New Zeland saat dihubungi Chaeyoung. Begitu pun orang tua Lisa yg sudah lama bercerai, akhirnya bertemu kembali untuk mencari Lisa setelah dihubungi Wendy yg memang sahabat dekat Lisa sejak SMP.

Semua orang cemas dan bersedih.

Kepala tim penyelamat bahkan sempat menyerah. Sebab tidak ada tanda² keberadaan dua gadis itu. Kalaupun Lisa dan Jennie ditemukan, mungkin mereka sudah tak bernyawa lagi. Bagitu katanya.

Seminggu sudah pencarian dilakukan namun tidak ada hasil.

Chaeyoung, Jisoo, Wendy, Irene, Seulgi beserta orang tua Jennie dan Lisa, pada akhirnya diantarkan oleh seorang petugas penjaga gunung ke rumah seorang nenek yg cukup dikenal didaerah setempat.

Nenek itu begitu sulit ditemui, bahkan terkadang rumahnya menghilang berubah menjadi lahan kosong semata. Tapi untunglah saat mereka datang si nenek ada.

Nenek itu menyambut diteras pintu rumah gubuknya seakan sudah tau maksud dan tujuan kedatangan rombongan, si nenek mengajak masuk mereka semua.

Semua orang duduk melingkar. Tidak ada yg memulai pembicaraan, si nenek hanya diam menatap raut wajah setiap orang secara bergantian.

Cukup lama, lalu beliau menunduk. Mengetuk lantai rumahnya sebanyak tujuh kali. Kemudian beliau berucap..

"mereka datang dengan hati benci" ujarnya, suaranya gemetar khas wanita tua renta.

Kalimat yg diucapkan si nenek sontak saja membuat Chaeng, Jisoo, Wendy, Irene dan Seulgi saling melirik.

Mereka ingat bagaimana Lisa dan Jennie bertengkar hebat sebelum mereka pergi mendaki. Itu adalah pantangan paling fatal jika ingin mendaki Love Mountain.

Setiap pendaki harus datang dengan hati bersih, tanpa dendam tanpa benci, jika mereka ingin selamat dalam pendakian.

Si nenek langsung menatap marah pada Chaeng dan teman² yg lain termasuk pada petugas yg membiarkan keduanya mencapai puncang gunung.

Tiba² si nenek membentak.

"mereka sudah mati!" geramnya, meluapkan emosi pada orang² yg ditatapnya tadi.

Detik itu juga semua orang syok. Ibu Jennie bahkan hampir pingsan menangis sambil memanggil² nama Jennie.

"jaga mulut anda! jangan berbicara sembarangan!" bentak ayah Jennie tak terima.

"om tenang, om. tenang" ucap chaeng menahan ayah Jennie yg tersulut emosi setelah mendengar perkataan nenek tua itu.

Sementara Irene dibantu seulgi berusaha menenangkan ibu Jennie yg hampir jatuh pingsan tadi.

"kalau anda tidak terima silahkan keluar, tapi berita ini belum selesai" Kali ini si nenek berbicara lebih tenang.

Setiap orang yg panik perlahan² kembali tenang. Termasuk ayah Jennie yg dadanya kembang kempis menahan emosi.

"mereka jatuh ke dalam jurang setinggi 15 meter"

"menghantam batu sungai dan tergulung arus deras"

"harus mereka mati saat itu"

"bukan, harusnya anakmu yg mati"

Ayah Jennie mengeratkan rahangnya saat ditatap tajam nenek itu. Tentu saja dia tidak terima dengan kabar bahwa putri tunggalnya mati dengan kejadian semengerikan itu.

Lagi pula, orang tua mana yg bisa terima mendengar kabar anaknya celaka?

"dan harusnya anak mu mati dengan tragedi lain jika saja dia benar² pergi"

Kali ini si nenek menatap tajam ayah Lisa. Orang tua Lisa tidak sepanik orang tua Jennie. Sebab selama ini mereka telah jauh dari Lisa setelah masing² dari mereka membangun keluarga baru.

Tapi biar bagaimanapun juga, Lisa tetap lah anak kandung mereka. Saat mendapat kabar Lisa hilang di gunung, mereka pun merasa cemas.

"Tapi beruntung"

"dia melompat untuk menyelamatkan gadis angkuh itu"

Sekuat mungkin ayah Jennie menahan emosinya. Dia paham maksud ucapan nenek itu. Tapi dia juga perlu petunjuk keberadaan anaknya sekarang. Alhasil, ayah Jennie memilih diam.

Nenek itu tiba² menatap lurus keluar rumahnya yg langsung menghadap puncak gunung tempat hilangnya Lisa dan Jennie.

"Mereka telah menanggalkan sifat buruk mereka"

"Mereka telah melenyapkan kebencian di hati mereka"

"Mereka telah selamat dari kematian mereka"

Kata si nenek membuat semua orang kembali berharap akan menemukan Lisa dan jennie lagi. Chaeng bahkan menangis mendengar kabar mengharukan itu. Jisoo dan Wendy langsung memeluknya.

"mereka ada disebelah barat"

"1 km dari tepi sungai"

"akan akan rusa jantan bermata biru yg mengantarkan kalian pada mereka"

Petugas penjaga gunung mengangguk paham dengan arahan tak jelas itu. Entahlah.

"kalau begitu kita kesana sekarang" kata ayah Jennie penuh ambisi.

"tidak bisa!" bentak si nenek.

"kenapa tidak bisa?" tanya ayah Jennie.

"Kalian baru bisa menemukan mereka di hari ke 23 sejak hari pertama mereka menghilang"

"tapi bukankah kalau lebih cepat mereka ditemukan-"

"Kenapa kau selalu membantahku!" geram si nenek dengan mata mendelik dan tubuh gemetar.

"om, tenang" kata Jisoo menasehati ayah Jennie yg sedari awal tak sabaran.

"kau menurunkan sifat burukmu pada anakmu" gerutu si nenek yg masih bisa didengar oleh ayah Jennie.

"i-ini sudah hari ke 7 sejak mereka menghilang, berarti kami harus menunggu 16 hari lagi? tapi apa mereka akan baik² saja nek?" tanya Wendy sopan.

Nenek itu hanya menganggukkan kepala.

"Mereka masih bersandar pada pohon yg sama"

"Mereka baik² saja"

Wendy dan yg lain bernafas lega. Sama seperti Chaeyoung, wendy pun merasa bersalah atas hilangnya Lisa dan Jennie. Sungguh hidupnya tak akan tenang jika dua temannya itu belum ditemukan.

"Tapi ada satu hal penting yg tidak boleh diabaikan jika kalian sudah membawa mereka keluar dari hutan itu"

Nenek itu menatap orang tua Jennie dan Lisa begitu serius. Seakan² jika hal penting itu diabaikan, Lisa dan Jennie akan mati.

Semua orang pun ikut serius menunggu hal apa yg dimaksud si nenek.

"hal apa itu nek?" tanya ibu Jennie dengan bekas tangis dikedua matanya.

Namun nenek itu malah tersenyum.





JENLISA : LOVE MOUNTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang