Kasus Pertama

4 0 0
                                    

Gelapnya malam terasa mengiringi langkah saat perjalanan pulang. Ditemani pancaran lampu neon samar, serta hawa dingin yang hampir membuat beku pembuluh darahku. Sepertinya tebalnya jaket yang kukenakan, tak cukup untuk melindungi tubuh lemahku. Lantas aku sesegera mungkin mempercepat langkah, agar bisa lari dari kondisi tersebut.

Aku memutuskan memilih untuk berjalan kaki, berhubung jalanan perkotaan yang masih agak ramai. Cukup aman untuk gadis muda sepertiku yang sendirian di bawah cahaya rembulan, tanpa adanya seorang teman. Mendadaknya seorang rekan kerja yang tiba-tiba mengambil cuti karena suatu alasan, membuatku terpaksa menggantikannya. Sehingga pekerjaanku menumpuk dan perlu tenaga ekstra untuk menyelesaikannya. Alhasil, terpaksa aku harus lembur dan harus pulang agak larut.

Ingin segera rasanya merebahkan diri di atas kasur empuk kesayanganku, lalu bermalas-malasan sambil memainkan ponselku. Namun, ternyata pikiranku bertolak belakang dengan keinginan perut mungilku. Baru teringat olehku, bahwa sembari waktu siang aku belum sempat makan apa pun, penyebabnya memang karena tak pernah adanya waktu longgar sedikitpun.

Aku lalu berhenti sejenak dan mencoba mencari cafe yang berada di sekitar lokasi tempatku berada. Ternyata ada sebuah cafe sederhana yang berada di seberang jalan, terletak tepat sebelum adannya perempatan lalu lintas. Sebuah pavement cafe bergaya perancis dengan desain dan arsitektur yang stylis. Di depannya terpampang daftar menu yang menurutku cukup murah untuk ukuran daerah perkotaan. Mungkin itu sebabnya cafe ini masih ramai meskipun jam sudah seperti ini.

"Cafe' de Vesta", ujarku dalam hati.

Sepertinya sang pemilik penggila kisah mitologi romawi kuno atau mungkin ia terinspirasi dengan cafe' de flore yang terletak di kota paris. Salah satu kedai kopi tertua dan paling bergengsi kota tersebut. Sering di gunakan sebagai tempat pertemuan para intelek, sastrawan, dan seniman elite perancis zaman dulu.

Sedangkan kata flora berasal dari nama dewi romawi untuk bunga dan musim semi. Lalu kata vesta sendiri juga berasal dari mitologi romawi, nama seorang dewi perempuan dan rumah tangga. Kebanyakan orang mengenalnya dengan dewi hestia, mungkin dia bertujuan agar kafe miliknya bisa membuat setiap orang di dalamnya merasa aman dan nyaman.

Aku berlahan masuk dan menempati meja kosong di sudut ruangan, yang bersebelahan dengan jendela luar. Sang pelayan pun dengan segera menghampiriku dan memberikan daftar menu cafe tersebut. Cukup lama aku melihat-lihat daftar makanan, hingga akhirnya memutuskan pilihanku.

"Spaghetti meatball"

"Lalu untuk minumnya tolong caffe' latte", kataku sambil tersenyum pelan. Aku merasa agak sungkan, karena telah membuatnya menunggu cukup lama.

Aku pun menunggu pesananku datang sembari melihat pemandangan luar jendela. Tampak olehku sebuah fenomena kehidupan malam perkotaan. Dimulai dari padatnya kendaraan di jalan raya, pedagang kaki lima yang berjajar di tepi trotoar, hingga pengamen dan anak jalanan yang berlalu-lalang dengan segala kegiatannya.

Beberapa menit kemudian hidangan pun telah di sajikan dengan baik di atas meja. Sebelum menikmatinya aku memutuskan untuk buang air kecil terlebih dahulu. Untungnya hanya beberapa orang saja yang sedang menggunakan toilet, sehingga tak perlu waktu lama untuk mengantri masuk ke dalam. Setelah mencuci tangan di wastafel, aku pun kembali ke mejaku untuk melanjutkan makan malamku.

Namun, terjadi sesuatu yang tidak terduga di dalam ruangan tersebut. Sehingga, menyebabkan kepanikan setiap orang di dalamnya. Seorang wanita terlihat kejang-kejang dan mulutnya mengeluarkan busa putih, dengan mata setengah tertutup. Kejadian itu sontak memecah keheningan, kemudian diikuti teriakan keras para wanita yang melihat pemandangan tersebut. Terlihat olehku dari kejauhan, kedua teman satu mejanya sedang kepanikan dan tak tahu harus berbuat apa. Yang satu terlihat bingung sambil mengguncang-guncangkan tubuh temannya, lalu yang lain tampak diam sambil memegang erat tas di depannya.

Kembalinya Sang DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang