Jabal al Jannah

0 0 0
                                    

Malam itu keadaan batin jiwaku sungguh tenang. Sukmaku melayang jauh bak jelaga yang terbang. Mengapung, meninggalkan raga lemahku sendirian tak berdaya. Dalam lautan kesepian dan kesendirian. Perjalanan panjang seperti rindu tanpa batas, menguak lembaran memori usang. Sisa catatan kehidupan yang semakin lapuk oleh sang waktu. Aku hanyalah selembar daun yang terbawa arus, lalu mendarat dibibir rerumputan, dan entah sampai kapan akhirnya. Gumpalan massa tersebut kemudian berbisik:

"Susan, bangunlah!" kalimat tersebut berulang kali bergema, memenuhi kesadaran pikiranku.

Aku kemudian terjaga dari pusaran mimpi panjang yang meliputiku. Sebenarnya, enggan diriku untuk meninggalkan semu maya khayalnya. Mengacuhkan realita kehidupan yang tengah kujalani. Namun bagaimanapun juga, inilah hidupku. Sebuah kisah dimana aku, yang akan terus menjadi tokoh utama didalamnya.

Aku lantas melirik jam analog di samping ranjangku.

"Hmm, masih jam 4 pagi. Kupikir aku telah bangun kesiangan," ucapku.

Terdengar suara yang tidak asing, cukup jelas dalam indera pendengaranku. Siapa lagi kalau bukan induk semang tempat tinggal yang kutempati sekarang. Aku sangat heran terkait kedatangannya saat fajar buta begini. Urusan penting apakah yang membuatnya sampai repot-repot datang menemuiku.

Dengan malas bercampur penasaran. Aku pun segera bergegas melangkah, lalu menarik knop pintu depan. Tampak olehku wanita paruh baya yang kukenali bersama seorang gadis kecil di sampingnya.

"Maaf, apakah ini keponakan anda Nyonya Ana?" tanyaku.

"Tidak, ini adalah keponakan teman dekatku. Apakah hari ini kau sedang ada waktu luang? Aku ingin sedikit meminta bantuanmu, untuk mengantarkan anak ini pulang ke daerah Bandung. Sebagai imbalannya temanku akan memberikan paket liburan gratis di tempatnya. Kudengar dia memiliki penginapan yang cukup bagus," ujarnya.

"Bagaimana mungkin dia bisa sampai kesini? Apakah sahabatmu tidak sedang bersamanya saat itu?"

"Beberapa hari yang lalu, aku sedang berada di kota Bogor untuk urusan pekerjaan. Kemudian sempat singgah sebentar di kediamannya. Namun saat ingin berpulang, anak ini seolah bersikeras untuk ikut kembali bersamaku ke Jakarta. Dia beralasan ingin menghabiskan liburan semesternya bersamaku. Temanku saat itu sedang ada pekerjaan mendadak, sehingga tidak bisa ikut serta bersama kami. Kemudian kami pun menjalani perjalanan yang menyenangkan bersama. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga tiba waktunya untuk mengantarkannya kembali. Aku sebenarnya ingin mengantar kepulangannya, sayangnya hari ini aku ada keperluan penting yang harus diselesaikan hari ini. Maafkan aku untuk sebuah permintaan yang mendadak ini!" katanya sambil menundukkan kepala.

"Baiklah! tak apa, kebetulan karena pekan lalu aku cukup sibuk dengan pekerjaanku. Atasanku kemudian menyarankanku mengambil cuti untuk kegiatan liburan, menurutnya itu bisa menyegarkan pikiran dan memulihkan kondisi tubuhku. Kurasa, bukan ide buruk untuk untuk menerima permintaan anda," jawabku.

"Hai, adik manis. Apakah kakak boleh tahu namamu sayang?" kataku pelan.

"Elva," katanya malu-malu, sambil bersembunyi di balik Nyonya Ana.

"Sayang, kakak manis ini namanya susan. Nanti dialah yang akan mengantarmu pulang ke rumah pamanmu. Akrablah dengannya dan jangan nakal! Dia orangnya ramah dan penyayang anak kecil lho!" kata Nyonya Ana menenangkannya.

"Oh ya, temanku juga berpesan. Bahwa kau bisa mengajak salah satu temanmu untuk ikut menemanimu, bagaima?" tawarnya.

Entah kenapa saat itu pikiranku langsung terlintas sosok kazuki.

"Tentu, terima kasih banyak"

Dia pun mencoba mengakrabkan kami berdua, agar tercipta sebuah hubungan kedekatan diantara kami. Beberapa saat setelah menyerahkan Elva, Nyonya Ana kemudian memohon diri untuk berpamitan pulang.

Kembalinya Sang DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang