Laju detik memacu berlalu tiada henti, menghabiskan jalannya massa roda kehidupan. Sebuah kebosanan tiada arti menyelimuti hari liburku di puncak bulan kemarau ini. Sebuah musim yang identik dengan suhu dingin,disertai udaranya yang kering. Namun, terasa sangat terik pada saat tengah hari.
Hembusan angin panas dari luar jendela seakan membuat kondisi di dalam ruangan terasa agak pengap. Membuat rasa tidak nyaman, membuat saraf simpatik melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya. Pasrah akan keadaan, aku memutuskan untuk bersantai di atas kursi malas kesayanganku, sambil mencoba mencari beberapa tayangan acara yang menarik untuk menghabiskan waktu luangku tersebut.
Tampak olehku sejumlah berita bertemakan sama, yang menghiasi hampir seluruh saluran media. Sebuah kasus pembunuhan acak yang telah merengut nyawa tiga orang wanita dilokasi yang berbeda. Tidak di temukannya hubungan antara ketiga korban,disertai adanya beberapa kesamaan aneh pada tubuh korban, membuat polisi menyimpulkannya demikian. Potongan rapi beberapa bagian tubuh serta tanda lingkaran aneh dari darah pada setiap lokasi, semakin membuat siapapun yang melihatnya akan merasa ngeri. Sebuah momok menyeramkan bagi seluruh gadis di penjuru kota ini, apalagi aku yang seringkali pulang malam seorang diri.
Pembunuh berantai tunggal yang membunuh korbannya dengan cara memotong tenggorokan korban, lalu memutilasi perut mereka. Hilangnya organ-organ dalam dari tubuh mereka memunculkan dugaan bahwa pelaku kemungkinan memiliki pengetahuan anatomi atau ilmu bedah. Karena teknik pembunuhan yang luar biasa brutal dan tingginya penafsiran media terhadap misteri ini, semakin membuat kasus tersebut terkenal dalam dunia internasional.
Sebagai seorang dokter aku benar-benar sangat kesal dengan tindakannya tersebut. Skill dan keterampilan yang seharusnya di gunakan untuk menyelamatkan orang banyak, justru malah di gunakan untuk menghilangkan nyawa manusia. Saat memikirkan hal tersebut, sontak aku tiba-tiba teringat pada orang menyebalkan yang berada tepat di samping rumahku. Mungkin dengan kemampuan deduksi dan analisisnya, dia bisa memecahkan misteri yang sedang fenomenal tersebut. Namun, melihat dari sifat apatis akutnya yang tau mau menyusahkan diri dalam permasalahan orang lain, mungkin akan menjadi sesuatu yang cukup sulit untuk membujuk seorang keras kepala sepertinya.
Dengan langkah pelan penuh kepastian, aku pun menuju tempat tinggalnya. Setelah menginjakkan kaki di halaman depan, barulah tampak olehku bangunan bernuansa klasik nan megah yang di dimilikinya. Aku lalu memencet bel unik berbentuk kambing jantan yang berada di sebelah pintu masuk.
"Permisi, selamat siang!" ucapku.
Setelah beberapa saat, pintu tersebut terbuka oleh seorang pemuda yang tidak kukenali identitasnya.
"Maaf, kalau boleh tahu anda siapa ya?" tanyanya yang juga penasaran melihat kehadiranku.
"Saya Susan, orang yang tinggal di sebelah rumah ini. Maksud kedatangan saya untuk bertemu Kazuki," jelasku singkat.
"Oh, tentangga baru ya! Zuki saat ini sedang keluar, mungkin sebentar lagi dia kembali. Kalau tidak keberatan, kau bisa masuk kedalam seraya menunggu kedatangannya," tawarnya.
"Tentu, terima kasih," ucapku sambil melangkah kedalam ruangan.
Aku lalu di persilahkan duduk di ruang tamu. Sekilas tampak suasana suram yang memenuhi keseluruhan ruangan. Perkakas, vas, serta beberapa lukisan tua yang berjejer rapi di setiap koridor seakan menceritakan masa lalu suram yang di milikinya. Ornamen bermotif aneh yang memenuhi hampir seluruh dinding kelabu tersebut, semakin membuat perasaanku terasa mencekam karenanya.
"Perkenalkan nama saya Raia Smith, kau bisa cukup memanggilku dengan panggilan Raia. Boleh aku tahu apa hubunganmu dengan Kazuki, seingatku dia jarang sekali punya seorang teman," tanyanya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Sang Dosa
Mystère / ThrillerSederet petualangan berbahaya demi mengungkapkan kasus tak terpecahkan akan dimulai. Munculnya anggota eksekutif organisasi bawah tanah mengantarkan kita pada kisah sebenarnya. lembaran masa lalu kelam berlahan terbuka. Sisi gelap kehidupan yang ter...