Hueningkai meninggalkan ruangan itu terburu-buru, takut Tuannya semakin kesal dan benar-benar membunuhnya. Iya, membunuhnya, Yeonjun kalau mengancam nggak pernah main-main asal kalian tahu. Nyawa taruhannya.
Yeonjun melepas jaket kulitnya, menyugar rambut blondenya. Ia masih terlalu kesal melihat posisinya terambil alih. Bukan masalah perusahaan dan pekerjaan, tapi masalah posisinya dalam arena balap liar.
Dulu, sebelum pergi ke Jerman, posisi teratas, nomor satu itu miliknya. Hanya miliknya.
Milik Alpha.
Dan sekarang, setelah empat tahun di Jerman atas tuntutan orang tuanya, posisi itu sudah ada yang menempati.
Kata Lucas, namanya Dark.
Yeonjun belum tahu pasti orangnya seperti apa, yang jelas orang itu harus berhadapan dengannya.
Yeonjun masih kesal dengan orang kepercayaannya itu, tadi ia berniat mengajak sang nomor satu yang baru untuk adu kecepatan. Tapi, telefon dari Hueningkai mengintrupsinya.
Berkata bahwa Nyonya besar, Mamanya, ingin kalau anak kesayangannya itu menemaninya belanja. Bahkan Mamanya sampai merengek lewat telefon, nggak inget umur emang.
Sama orang tua sendiri gitu amat Njun!
Yeonjun yang dasarannya memang anak patuh, mengiyakan permintaan Mamanya.
Dan sekarang Yeonjun berakhir diruang kerjanya, meneruskan urusannya. Mencari tahu si nomor satu penggantinya.
Tangan besarnya membuka berkas hasil kerja Hueningkai. Tatapannya tajam, seperti bisa mebunuh seseorang kapan saja.