26. Rayakan Kemenangan

1K 189 129
                                    

Sudah tidak terhitung berapa kali Hao menghela napas dengan nyaring. Sesekali mengomel tidak jelas di sela-sela umpatan karena sambungan teleponnya tidak kunjung diangkat. Bilang Jun tidak bisa diajak bekerja sama dengan baik.

Tentu Hao telah menyadari kedekatan Seokmin dan Jisoo akhir-akhir ini. Meski mereka belum berdamai, secara diam-diam Hao terus mengawasi Seokmin dari kejauhan. Bahkan pernah meminta Mingyu agar membututinya. Melihat pemuda berhidung mancung itu berbelok ke arah kampus Jisoo, Hao langsung mengomel seperti seorang ibu yang marah besar kepada anaknya.

Karenanya, Hao menyalahkan Jun. Bukannya memisahkan Seokmin dan Jisoo, kehadiran Jun malah membuat kedua orang itu bersatu lagi. Bukan bersatu secara nyata. Ia tahu bahwa sepasang mantan kekasih itu tidak sampai menjalin hubungan lagi. Tapi keduanya terlalu dekat sampai Hao merasa gerah sendiri melihatnya.

Yang perlu diketahui, Hao belum tahu sedikitpun kejadian buruk apa yang menimpa Jisoo beberapa hari lalu. Seokmin yang meminta Mingyu agar merahasiakan kejadian ini karena memang tidak seharusnya diketahui oleh khalayak banyak. Jisoo diculik. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya jika Seokmin terlambat datang.

Seokmin dan beberapa orang yang mengetahui kejadian ini pun sempat berdiskusi panjang. Apakah hendak melaporkan Jun ke pihak berwajib, atau menurut saja dengan permintaan Jisoo yang hendak memaafkan mantan kekasihnya itu dengan syarat jaga jarak. Hasil akhir, semuanya sepakat menuruti permintaan Jisoo. Namun jangan harap Jun dapat berdiri barang dua meter dari posisi Jisoo. Seungcheol dan Jeonghan akan mengetatkan penjagaan. Wonwoo pun berjanji akan mengawasi gerak-gerik Jun dari apartemennya. Dan Seokmin siap 24 jam berada di sisi Jisoo.

Terlalu lelah mendengar umpatan kekasihnya itu, Mingyu akhirnya mengalah. Mengambil alih ponsel genggam Hao. "Dia pasti sedang berada di kelas. Hubungi sejam lagi."

Wajah Hao cemberut. Hendak melawan namun akhirnya menurut. Disodorkan semangkuk ramyeon pun ia masih menurut. Mingyu merasa sangat senang melihat ini. Akhirnya Xu Minghao yang manis telah kembali. "Tapi aku tidak mengerti. Kenapa Jun bisa gagal? Bukankah Jun sangat tampan?"

"Maksudmu Jun lebih tampan dibandingkan Seokmin?" tanya Mingyu, tergelak menahan tawa saat Hao hendak segera memperbaiki ucapannya. "Seokmin memperlakukan Jisoo seperti Tuan Putri. Dan Jun memperlakukannya dengan tidak cukup baik. Kurasa itu sangat masuk akal."

"Dengan tidak cukup baik? Maksudmu? Bukankah mereka putus karena Jisoo yang salah paham dan memutuskan Jun tanpa meminta penjelasan terlebih dulu? Itu egois namanya."

"Ada banyak hal yang tidak kita ketahui, Hao-ya... Termasuk alasan mereka putus. Kamu baru mendengarkan alasan berdasarkan pandangan Jun. Belum mendengarkan alasan Jisoo. Mungkin saja Jisoo memiliki jawaban yang berbeda. Iya, kan?"

"Tapi tetap saja aku akan lebih percaya kepada Jun."

Diam-diam Mingyu menghela napas. Cara satu-satunya sekarang adalah dengan mengusap belakang kepala Hao. Dan di setiap sela usapannya, ia terus berharap agar Hao cepat bisa menghapus semua dendam yang terkubur lama dalam hatinya.

Hao berhasil menghabiskan semangkuk ramyeon dengan lahap. "Cepat habiskan makananmu. Setelah itu temani aku mendatangi Jun."

"Jun? Untuk apa lagi?"

"Ya memangnya untuk apa lagi selain membicarakan misi kita? Ayolah, cepat. Aku rasa Jun sebentar lagi menyelesaikan kelasnya."

Entah mendapat kode alam dari mana, nyatanya ucapan Hao memang benar adanya. Kurang dari 10 menit menunggu di area parkir kampus tempat Jun dan Jisoo menimba ilmu, sosok lelaki perantauan Tiongkok itu telah keluar dari gedung fakultas. Bergegas Hao keluar dari mobil dan berlari menghampiri.

Drama Only (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang