Seokmin pikir, dalam beberapa hari terakhir selama ia diamkan, Hao jadi lebih banyak mengintrospeksi diri sendiri. Memikirkan di mana letak kesalahannya kenapa Seokmin sampai berani secara terang-terangan mengatakan bahwa Hao sama sekali tidak menghargainya sebagai sahabat.
Hingga beberapa hari terlewati tanpa adanya komunikasi intens seperti yang sudah-sudah, akhirnya Seokmin bersedia bertemu. Tentu dengan segala bujuk rayu dan negosiasi yang dilakukannya bersama Mingyu.
Padahal sejak awal, sejak ia masih melakukan negosiasi melalui sambungan telepon dengan Mingyu, lelaki Kim itu sama sekali tidak berani menjamin apa pun selain kesempatan untuk Hao bicara. Seokmin hampir protes kepada Mingyu, kenapa tidak bilang sejak awal kalau pertemuan mereka hari ini pun masih membahas keburukan Jisoo yang Hao tangkap hanya dalam satu sisi. Tanpa tahu kisah yang benar. Tanpa memberi kesempatan untuk memasukan poin penting dari Jisoo sendiri.
Akan tetapi, karena Seokmin sendiri pun tahu benar bagaimana Mingyu sudah berusaha sebisa mungkin agar berdiri di posisi tanpa memihak, Seokmin tidak akan menyalahkannya untuk kejadian satu ini. Seokmin pun tahu. Menyalahkan Hao hanya akan membuat kemarahannya memuncak. Seokmin takut ia tidak pernah bisa memaafkan Hao lagi hingga persahabatan mereka tidak pernah bisa kembali seperti dulu.
Seokmin diam cukup lama. Mendengarkan, hingga hatinya mendidih panas.
"Kamu hanya belum menyadarinya, Seok. Jisoo itu bukan wanita baik-baik. Kamu bisa mendengar sendiri rekaman itu. Itu suara Jun, mantan kekasih Jisoo. Jisoo hanya menjadikanmu sebagai pelarian! Bagaimana bisa aku diam saja begitu tahu salah satu sahabatku dimanfaatkan seperti ini? Dan aku yakin, kalian berdua putus hanya karena masalah sepele, sebagai alibi supaya Jisoo bisa kembali berpacaran dengan Jun. Hanya karena salah paham kecil. Iya, kan? Bukti rekaman suara dan foto ini sudah sangat kuat. Kurang bukti apa lagi?"
Seokmin masih berusaha bersikap tenang. Dan untuk mengalihkan rasa marah, ia mengeluarkan kekehan kecil. Juga geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir dengan apa yang ada dalam otak Xu Minghao. Masih saja bersikeras dengan argumen salahnya. Tapi jika dipikir-pikir... Sebagai sahabat, Hao memang sudah melakukan hal yang terbaik. Sayangnya ia pun telah tertipu daya oleh sosok Moon Junhui. Jisoo mendatangi Seokmin untuk meminta pertolongan. Bukan untuk membuat Jun cemburu.
Seokmin mengubah posisi duduknya. "Iya, benar. Aku dan Jisoo putus hanya karena salah paham. Dan apa kamu tahu salah pahamnya itu berasal dari mana? Kamu. Jisoo memutusiku gara-gara kamu. Tahu itu?"
"A-aku?" Hao tergelak tidak percaya. Tapi ada sedikit rasa bangga di dalam hatinya. Tidak menyangka bahwa acting-nya kemarin berhasil membuat Jisoo menyingkir. Pikirnya, rencana tersebut telah gagal. Makanya ia melakukan hal lain agar pasangan tidak cocok ini semakin menjauhkan jarak. "Bukankah malah bagus? Tanpa kamu sadari, aku sudah melindungi kamu dari jerat wanita jahat itu!"
Wanita jahat itu. Seokmin sangat benci dengan gelar yang Hao berikan terhadap Jisoo. Alarm tanda bahaya telah berbunyi. Kemarahan Seokmin meningkat signifikan tanpa membutuhkan lebih banyak waktu. Seokmin sungguh tidak tahan lagi. Saking emosinya, tanpa sadar ia memukul meja kencang-kencang. Membuat Hao terkejut. Bahkan secara refleks Mingyu, yang sedari tadi berusaha diam saja demi menunjukkan bahwa ia tidak berada di pihak siapa-siapa, ikut berdiri demi melindungi kekasihnya.
Wajah Seokmin menyalang marah. Menunjuk tepat ke depan wajah Hao. "Jahat mana antara Jisoo dengan kalian berdua? Kalian berdua sudah membohongiku. Sedangkan Jisoo membawa kebahagiaan untukku selama kalian berbohong. Kalian tidak punya hak untuk mengatur dengan siapa aku jatuh cinta!"
"Kami berdua menyembunyikannya karena ada alasan, Seok. Coba mengertilah dengan posisi kami. Selama ini kamu hanya memihak Jisoo tanpa tahu bagaimana kami berusaha melindungimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Only (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Gagal memperkenalkan sosok pacar kebanggaan, tidak serta merta membuat Jisoo kehabisan akal untuk membungkam mulut kedua sahabatnya. Apa pun akan ia lakukan. Yang penting tidak merasa malu karena ketahuan telah dikhianati, ju...