Epilog 1; Honey

1.4K 198 173
                                    

Jisoo menghisap tetes-tetes terakhir jus melon kesukaannya. Sedikit terpejam menikmati perpaduan sempurna antara buah melon segar dan susu kental manis. Sangat enak. Jisoo yakin tidak akan pernah bosan menghisapnya walaupun dalam kurun waktu puluhan tahun.

Menggeser gelasnya yang telah kosong, Jisoo perhatikan Seungcheol dan Jeonghan yang duduk di depannya. Sama-sama memakan ramyeon dengan telur rebus. Kuning telurnya, Jeonghan taruh ke mangkuk Seungcheol. Putih telurnya, Seungcheol taruh ke mangkuk Jeonghan. Kebiasaan kecil yang sudah dilakukan sejak Jeonghan memberi pengumuman bahwa ia sedang diet.

Jisoo geleng-geleng kepala. Tidak heran, namun takjub. Dua orang itu sangat akur jika sedang makan. Tapi begitu makanan mereka habis, Jisoo diwajibkan menyiapkan penyumbat telinga demi keamanan diri sendiri.

Dan, lamunan ringkas Jisoo harus terhenti begitu ponsel genggamnya berdering dengan nyaring. Dalam hati, Jisoo berharap sosok yang menghubunginya saat ini adalah Seungkwan. Adik kandung kekasihnya itu menjanjikan tiket konser Seventeen, kemarin. Tentu uang untuk membeli tiket tersebut tetap dari Jisoo. Bahkan ia memberikan uang setara dengan 2 tiket kelas VIP. Untuk Seungkwan juga. Sebagai hadiah ulang tahun. Sehingga sekarang, tugas gadis berpipi tembam itu hanya mengikuti war demi mendapat spot terbaik agar dapat melihat wajah bias kesayangannya dalam jarak dekat.

Namun pada kenyataannya, kening Jisoo mengerut begitu melihat nama yang tertera pada layar. Tumben sekali, pikirnya.

"Coba tebak siapa yang meneleponku," kata Jisoo. Coba bermain-main sedikit dengan kedua sahabatnya yang masih asik menghabiskan makanan masing-masing.

"Kalau sudah seperti ini, jawabannya pasti bukan Seokmin." Tebakan Jeonghan tepat sasaran. "Apa itu Jun? Dia masih berani menghubungimu?"

"Ei... Kan aku sudah bilang kalau Jun tidak pernah menggangguku lagi." Jisoo membantah dengan tegas. "Choi Seungcheol, kamu bisa menebaknya?"

Kini giliran kening Seungcheol yang mengerut. Bingung. Menggelengkan kepala. "Siapa? Adik iparmu? Seungkwan?"

Lagi. Dengan tegas Jisoo menggelengkan kepala. Lalu antusias menunjukan layar ponselnya. Tergesa menyambut telepon tersebut sebelum terputus. "Lee Jihoon! Helo, Sayangku... Hong Jisoo di sini!"

Terdengar gelak tawa di seberang sana. "Kukira margamu sudah berubah menjadi Lee juga."

Tentu. Meskipun Seungcheol dan Jihoon sudah terbilang lama memutuskan hubungan sebagai sepasang kekasih, kontak antara 3J alias Jeonghan, Jisoo, dan Jihoon, masih terjalin dengan sangat baik. Bahkan ketiganya memiliki grup chatting khusus tanpa dimasuki oleh orang lain meskipun itu Seungcheol dan Seokmin.

Jisoo merengut seketika dibuatnya. "Jangan seperti itu... Ucapanmu membuatku sedih. Seokmin tidak memberikan tanda-tanda akan melakukannya."

"Hei. Cepat berikan nomor ponselnya kepadaku. Biar aku kirimkan ribuan pesan teror agar jera."

Jisoo akhirnya tertawa. "Baiklah. Akan kukirimkan secepatnya."

Jihoon kembali tertawa sebelum menjabarkan maksud dari sambungan teleponnya hari ini. "Di antara kita bertiga, kamu yang paling mengerti dengan fashion. Aku ingin minta tolong temani aku ke butik. Butik mana saja, terserah. Aku yakin kamu tahu butik mana yang terbaik. Aku butuh pakaian untuk menghadiri acara pertemuan rekan bisnis ayahku. Apakah bisa?"

"Tentu saja bisa!" Jisoo menjawab dengan antusias. "Kapan kita pergi?"

"Hari ini. Apakah terlalu mendadak?"

"Tidak sama sekali. Kebetulan aku sedang bersama Jeonghan dan Seungcheol. Boleh aku mengajak Jeonghan? Tenang saja, aku tidak akan mengajak Seungcheol. Dia akan memasang wajah bosan meskipun baru lima menit berada di dalam butik."

Drama Only (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang