4. Antara Sahabat, Tugas, dan Janji

1.3K 223 101
                                    

Seokmin mengerem kakinya mendadak. Melihat keberadaan Hao dan Mingyu dari kejauhan, ia coba berjalan sepelan mungkin tanpa mengeluarkan suara. Berniat mengagetkan. Tapi malah dia sendiri yang dibuat kaget. Hao memanggil. Sudah seperti punya seribu mata hingga dapat dengan mudah membaca di mana Seokmin bersembunyi. Tanpa harus menolehkan kepala. Seokmin jadi merinding. Apa selama ini secara diam-diam Hao telah mengetahui rahasianya?

"Jangan kebanyakan tingkah. Kamu terlambat 10 menit. Cepat pesan makananmu," kata Hao.

Wajah ceria Seokmin seketika berubah menjadi masam. Mendatangi penjaga kantin, memesan ramyeon kesukaannya. Pilihan terbaik kala kepala terasa pusing akibat terlalu banyak mengerjakan tugas. Atau yang lebih tepatnya, menyalin jawaban tugas. Walaupun menyontek, tetep saja menguras tenaga. Iya, kan? Seokmin kembali mendatangi Hao dan Mingyu usai mengambil minuman kaleng dingin. "Baru 10 menit, bibirmu sudah manyun 5 senti. Bagaimana kalau aku tidak datang? Bisa lepas itu bibir."

Lagi. Tanpa menoleh, langsung saja Hao bicara dengan Mingyu. Tapi jari telunjuk gadis berbadan kurus itu tepat menyasar wajah Seokmin. "Dia siapa, sih? Kenapa sok akrab sekali?"

Mingyu tertawa. Kini giliran Seokmin yang mengerucutkan bibir. Kesal setengah mati. Diam saja memperhatikan Mingyu dan Hao yang asik bermain game. Merasa diabaikan. Bahkan hampir mengajukan protes kalau saja penjaga kantin tidak datang untuk mengantarkan pesanannya. Baiklah, lupakan Hao yang sedikit pemarah hari ini. Mungkin gadis itu sedang berada dalam masa bulanannya. Semangkuk ramyeon lebih butuh diperhatikan daripada 2 orang gamer.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu sibuk sekali?" tanya Hao pada akhirnya. Setelah meracau tidak jelas akibat kalah dengan Mingyu. Menerima hukuman jitak. Tetap meringis meski Seokmin yakin hukuman itu sudah dilaksanakan Mingyu sehalus mungkin.

Wow. Kenapa gadis ini begitu pintar mengubah ekspresi? Yah, meski bersahabat, Seokmin akui ada begitu banyak celah yang tidak ia ketahui tentang Hao. Entah karena Seokmin yang tidak peka, atau selama ini dengan sengaja Hao menyembunyikannya. Atau mungkin ada alasan lain.

Turut merasakan perubahan aura yang Hao keluarkan, Mingyu lebih memilih diam. Pura-pura sibuk dengan ponsel genggamnya. Namun tentu juga masih berusaha keras mendengarkan setiap kalimat yang Hao ucapkan.

Aksi Seokmin yang tengah asik menyeruput ramyeon sempat terhenti. Baru diteruskan beberapa detik kemudian. Menghirup panjangnya mie dalam sekali tarikan. Minum terlebih dulu. Menyiapkan mental. "Akhir-akhir ini? Ah... Tugasku sekarang banyak sekali."

"Tugas apa?" tanya Hao lagi. Semakin mengintimidasi.

"Ya tugas kuliah... Memangnya tugas apa lagi?" Seokmin tertawa. Tawa yang dipaksakan. Sungguh gugup setengah mati. Khawatir dramanya dengan Jisoo terbongkar. "Kalian juga, kan? Tugas semester ini memang sangat menumpuk. Kepalaku sampai pusing."

Meski tidak merasa puas dengan jawaban Seokmin, tetap saja Hao menganggukan kepala. Menyeruput jus apel kesukaannya. Coba tenang, meski masih terdapat begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Tapi ia tahu bahwa sekarang ini belum tepat waktu untuk diajukan. Hao masih kekurangan bukti.

Mau tidak mau Mingyu harus mengambil alih perhatian agar interaksi mereka tidak semakin kaku. "Oh, bagaimana kalau kita pergi menonton? Kita sudah lama tidak pergi bersama."

"Oke. Kalau Seokmin ikut, aku juga ikut," kata Hao. "Kalau formasinya tidak lengkap aku tidak mau."

Tentu. Tidak ada alasan untuk Seokmin menolak. Sejujurnya ia pun merasa rindu berkumpul dengan Mingyu dan Hao. Tapi karena sekarang yang ditanggungnya bukan lagi hanya Double Ming ini ... Kesepakatan harus dibuat dengan beberapa catatan. "Kapan?"

Drama Only (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang