Ponsel genggam, buku, alat tulis, botol minum, dompet, tas makeup, lengkap. Jisoo langsung berdiri dan beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan ruang kelas dengan perasaan lega meskipun tidak sepenuhnya. Perasaannya belum benar-benar membaik. Dan untuk sekarang, perasaannya sedikit membaik hanya karena tahu persis hendak pergi ke mana. Pulang ke rumah, kunci pintu, ambil minuman dingin, masuk ke dalam kamar. Mengurung diri di dalamnya. Kegiatan yang jauh lebih menyenangkan dibandingkan berada di kampus. Setidaknya sejak putus pura-pura dengan Seokmin. Karena semenjak berita itu menyebar, Jun jauh lebih aktif lagi mendekatinya. Mengikuti ke mana pun kaki Jisoo melangkah. Membuat risi.
Putus. Benar-benar putus. Seokmin dan Jisoo tidak pernah memiliki jejak komunikasi lagi setelahnya. Sampai Jisoo bingung sendiri. Kenapa kesannya seperti sungguhan putus cinta? Padahal sudah sangat jelas kalau hubungan yang mereka jalani selama ini tidak lebih dari sebuah drama. Jadi seharusnya begitu mereka putus, masih menjalani hubungan pertemanan yang baik, sebagai rekan pemain drama. Sebagai aktor dan aktris yang pernah bermain di judul drama yang sama. Iya, kan?
Jisoo melirik jam tangannya. Baru pukul 3 sore. Jeonghan pasti masih memiliki kelas. Sedangkan Seungcheol pasti masih sibuk dengan persiapan pertandingan basket antar universitas bulan depan. Benar, kan? Lebih baik pulang sekarang.
Tiba di area parkir mobil, berdiri persis di samping mobil Jisoo, seperti biasa, ada seorang pria yang sudah sangat ia hafal perawakannya. Moon Junhui. Aish, mau apa lagi dia? keluh Jisoo dalam hati. "Minggir, aku mau pulang."
Bukannya menurut, malah dengan lancangnya Jun memegang tangan Jisoo. Mencegat agar tidak pergi. Mengulas senyuman termanis yang ia miliki meski tangannya terus ditepis. "Kita jalan-jalan dulu, ya?"
Jisoo menghela napas. Sungguh malas berdebat. "Aku lelah. Aku mau istirahat."
"Kenapa akhir-akhir ini kamu berubah? Padahal dulu selalu semangat kalau aku ajak jalan."
"Dulu," kata Jisoo. Memberi penekanan di sana-sini. Melirik kondisi di sekitar, aman. Masih sepi. "Dulu, Junhui-ya... Dulu kita pacaran. Sekarang apa? Tidak ada alasan untuk menghabiskan waktu denganmu. Aku tidak mau."
"Kalau begitu ayo kita pacaran lagi."
Mata Jisoo langsung terbelalak dibuatnya. Masih tidak habis pikir dengan sikap pemuda perantauan Tiongkok ini. Sebenarnya maunya apa?
Belum sempat Jisoo memberi tanggapan, Jun sudah melanjutkan kalimatnya. "Aku tahu kamu pacaran dengan Seokmin hanya untuk membuatku cemburu. Dan aku akui caramu itu berhasil. Jadi ayo kita pacaran lagi. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi, sungguh!"
Jisoo tergelak menahan tawa. "Bagaimana bisa kamu terlahir dengan kepercayaan diri setinggi ini? Tidak, kamu salah. Aku sungguh-sungguh menyukai Seokmin. Dengar? Kalau aku tidak menyukainya, mana mungkin aku merasa sehancur ini!"
Jisoo sedikit mendorong tubuh Jun agar menyingkir dari pintu mobilnya. Hendak segera pergi. Tapi apa yang Jun lakukan selanjutnya sungguh berada di luar perkiraan. Lelaki bermarga Moon itu langsung memeluk Jisoo dari belakang. Mengekang Jisoo di sana. Cengkramannya sangat kuat. Membisikan banyak kata yang tidak bisa Jisoo dengar dengan jelas. Namun yang pasti, hal ini membuat Jisoo panik dan takut. Mulai berteriak. Meminta pertolongan.
Dan saat pelukan Jun terlepas, bukannya merasa lega, keterkejutan Jisoo malah berlipat ganda. Seokmin adalah orang yang telah menolongnya. Memukul Jun bertubi. Mendapat balasan. Semakin membabi buta Seokmin menyerangnya. Baru berhenti begitu Jisoo menghalangi. Melerai. Memeluk Seokmin.
"Tolong berhenti..." Wajah Jisoo tenggelam di dada Seokmin.
Tentu tidak hanya Jun yang mendapatkan luka. Seokmin juga, meski tidak separah Jun. Ada luka di pelipis dan sudut bibirnya. Beruntung obat yang dulu pernah Jisoo pakai untuk mengobati luka Seokmin saat bertengkar di pesta ulangtahun seniornya masih tersimpan rapi di dalam mobil. Cekatan Jisoo memberikan botol minum miliknya agar Seokmin dapat menelan obat pereda nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Only (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Gagal memperkenalkan sosok pacar kebanggaan, tidak serta merta membuat Jisoo kehabisan akal untuk membungkam mulut kedua sahabatnya. Apa pun akan ia lakukan. Yang penting tidak merasa malu karena ketahuan telah dikhianati, ju...