Xu Minghao namanya. Pindah ke salah satu SMA di Seoul untuk mengikuti tugas orangtuanya. Saat itu, ia masih berada di kelas 2. Setahun awal, kuat. Namun akan semakin jelas terlihat lemah jika terus ditelusuri. Semakin dalam, semakin lemah, semakin tidak berdaya. Tapi jangan berharap demikian jika kalian belum berada di posisi Mingyu dan Seokmin, dua-duanya orang yang bisa Hao percaya. Dia tidak akan pernah mau menunjukkan. Sampai waktunya telah tiba untuk meledak.
Semua orang jahat, katanya. Semua orang pembohong, katanya. Dan semua orang tidak ada yang mau menerimanya, katanya. Maka jangan heran. Begitu mendapati orang yang berkebalikan dari argumennya, Hao tidak akan mau pernah melepas.
"Ei, curang!" Seokmin melayangkan protes keras. Merebut ponsel genggam Mingyu. Lelaki Kim itu pun tidak mau kalah melayangkan protes. Dan tentu saja dalam urusan pertarungan fisik, Mingyu tidak pernah gagal menjadi pemenang. Dengan minim perjuangan, Mingyu berhasil mengambil kembali ponsel genggamnya dari tangan Seokmin. Mengecek layar. Menjerit. Kalah.
"Aku menang!" Hao tertawa puas. Bertepuk tangan riuh. Meski tahu bahwa kemenangannya kali ini didapat akibat Seokmin dan Mingyu yang malah bertengkar.
"Seharusnya aku yang menang kalau Si Tiang ini tidak menghalangi mobilku!" Seokmin masih tidak terima. Ketar-ketir kalau kali ini lagi-lagi ia mengalami kekalahan. Seperti biasanya, hukumannya adalah traktir makan. Namun masalahnya adalah, Sekarang ini sudah kembali memasuki akhir bulan. Uang saku Seokmin sudah sangat menipis akibat beli album grup band Jepang kesukaannya kemarin.
"Kalau tidak mau kalau, main Plant VS Zombie saja sana! Nyawanya banyak walaupun dimakan zombie sampai ratusan kali," Mingyu menimpali.
Menghela napas, Hao tersandar menyaksikan pertengkaran Mingyu dan Seokmin. Namun masih tidak berminat melerai. Karena kejadian seperti ini sudah sangat jarang terjadi. Seokmin telah memiliki sosok lain. Ingat dengan kenyataan itu, rasa kesal Hao tidak pernah bisa dibendung.
"Sudah, sekarang kalian tanding berdua. Yang kalah wajib traktir makan!" Hao masih ingat dengan misi akhir dari game ini. Daripada terus memikirkan sosok yang merebut Seokmin. Iya, kan? Yang ada hati Hao malah kembali panas, padahal baru sejam lalu mereka sepakat berdamai. Mingyu menjadi penengah. Berhasil meyakinkan Hao bahwa Seokmin tidak akan pernah lupa dengan mereka meskipun sudah menikah sekalipun. Meski sejujurnya masih tidak percaya, Hao coba percaya.
Dan kini, Mingyu dan Seokmin telah bersiap menggelar pertandingan ke-2. Kegiatan yang dulunya sangat rutin mereka gelar sejak semester pertama kuliah. Selagi menunggu kelas masing-masing, atau sudah selesai kelas tapi terlalu malas pulang ke rumah.
Sayangnya sebelum Seokmin menekan tombol start, sebuah panggilan masuk. Hao langsung bisa menebak. Dan hasilnya pun benar. Itu adalah Jisoo. Langsung saja Hao sok menyibukkan diri dengan hal lain. Meski telinganya secara diam-diam dibuat dua kali lipat lebih tajam.
Kesempatan bagus, Seokmin memekik dalam hati. Memanfaatkan kehadiran Jisoo secara mendadak ini untuk melakukan survei kecil-kecilan. Karena memang, sedari tadi Seokmin tidak bisa berhenti berpikir. Mencari cara agar Jisoo bisa akrab dengan Mingyu dan Hao. Ah, ralat. Kalau urusan Mingyu, Seokmin yakin 100 persen bahwa hubungan mereka langsung mendapat restu. Kalau Hao... Sudah, jangan ditanya.
Sebagai tahap awal, Seokmin hendak melihat bagaimana reaksi Hao begitu Jisoo hadir di tengah-tengah mereka. Meskipun secara virtual. Apakah Hao sudah benar-benar mau menerima Jisoo? Karenanya, Seokmin menerima sambungan telepon Jisoo di hadapan gadis bertubuh kurus itu.
Tapi selain untuk memastikan bahwa hubungannya dengan Jisoo mendapat restu, bukankah tindakan sepele ini juga bisa mengisyaratkan bahwa Seokmin lebih terbuka mengenai hubungan mereka? Seokmin hanya takut Mingyu dan Hao berpikir bahwa ia menyimpan terlalu banyak rahasia. Meski sebenarnya memang demikian adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Only (✓)
Fiksi Penggemar[Seoksoo GS Fanfiction] Gagal memperkenalkan sosok pacar kebanggaan, tidak serta merta membuat Jisoo kehabisan akal untuk membungkam mulut kedua sahabatnya. Apa pun akan ia lakukan. Yang penting tidak merasa malu karena ketahuan telah dikhianati, ju...