Bab 5

33 9 1
                                    

Amri dan kedua sahabatnya kembali ke asrama. Amri senyum-senyum sendiri selama perjalanan. Sepertinya pria satu ini sedang kesambet.Tapi belum diketahui setan apa yang membuat Amri kesambet. Salman dan Husni melihat satu sama lain dengan tatapan heran.

"Si Amri kesambet apa tuh? Senyum-senyum sendiri. Jadi takut saya." Tanya Husni kepada Salman.

"Palingan kesambet setan bucin. Lagi bucin tuh anak. Bucin nya yayang Qolby" Ledek Salman lalu tertawa puas.

"Astaghfirullah Amri. Hapus Qolby dari pikiran kamu. Dosa mikirin orang yang bukan mahram kita" Ucap Husni seraya menyipratkan air di wajah Amri.

Amri menepis tangan Husni. "Udah sadar nih. Temen sendiri di ciprat air"  Amri mengusap wajahnya yang dicipat oleh Husni.

"Oh ya berarti Qolby udah tetap ngajar disini?" Tanya Husni penasaran.

"Iya. Saya tadi di beritahu sama Ustadz Mustafa" Jawab Amri, mengingat Ustadz Mustafa sudah menerima Qolby dan dua sahabatnya mengajar di pesantren.

"Berarti ketemu terus nih sama Qolby" Lagi-lagi Salman meledek.

"Bukan gitu juga. Udahlah saya mau tidur. Enggak seru sama kalian" Amri mempoutkan bibirnya kesal bak anak kecil.

Amri menarik selimutnya hingga sebatas leher. Meninggalkan kedua sahabatnya.

"Yaelah ngambek nih bocah. Udah besar malah ngambek. Ingat umur!" kini Husni yang berbicara. Menggelengkan kepalanya melihat tingkah Amri.

"Udah sekarang tidur aja. Udah malem juga nih" Ucap Salman berbaring di tempat tidur dan menarik selimut menutupi tubuhnya hingga sedada. "Saya tidur juga. Selamat malam"

Semuanya pun memutuskan tidur. Mengistirahatkan tubuh yang sudah seharian penuh beraktivitas.
...
Sholat subuh baru saja usai. Masjid Darul Qur'an tetap ramai. Banyak santri/santriwati memanfaatkan kesempatan ini untuk tidur walaupun hanya 15 menit. Mereka tidak tidur dari jam 03.00 pagi, menjalankan shalat Tahajud.

Amri menyenderkan tubuhnya di dinding. Perlahan memejamkan matanya. Ternyata dirinya juga merasa ngantuk.

Husni dan Salman duduk di samping Amri. "Ngantuk?" Tanya Husni.

Amri membuka matanya menoleh kearah Husni lalu mengangguk pelan. "Ngantuk juga. Saya pikir anak santri disini lemah karena bangun jam 3 pagi tapi masih ngantuk. Ternyata saya salah. Saya juga ngantuk"

"Kayak bocah aja kamu, Amri. Yaudah tidur aja dulu" Ucap Salman.

Amri mengangguk dan kembali tidur. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an terdengar di Indra pendengaran Amri. Dadanya terasa sejuk dan tenang.

Perlahan Amri tidak mendengar suara apapun. Dirinya sudah terlelap masuk kedalam dunia mimpi. Tapi, rasa penasaran muncul. Siapakah yang membaca Al-Qur'an seindah ini yang berhasil membuat Dadanya bergetar hebat? Dan Membuat bulu kuduk nya berdiri.

Husni menggoyangkan tubuh Amri. " Amri, bangun. Ustadz Mustafa manggil kamu"

Perlahan mata Amri pun terbuka. Amri meregangkan otot-otot nya yang kaku karena tidur sambil duduk. "Ngapain?" Tanya Amri dengan wajah polosnya.

"Mana kami tahu. Mungkin mau dijodohin sama ustadzah muda disini" Salman tertawa setelah mengatakan hal konyol itu.

"Serius, Salman!" Kesal Amri. Amri berdiri dari tempat nya.

"Sekarang Ustadz Mustafa dimana?" Tanya Amri seraya memakai peci hitam.

"Di ruangannya" Kali ini yang menjawab adalah Husni. "Cepetan kesana. Enggak enak kalau Ustadz Mustafa lama nunggunya"

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang