Amri dan Qolby saat ini berada di bandara. Amri akan pergi untuk satu bulan penuh ke luar negeri menjadi salah satu pengajar di cabang Pesantren Darul Qur'an. Abi Mustafa yang meminta secara pribadi. Cabang Pesantren yang ada di Kairo.
Wajah Qolby sudah di bilang jutek. Seperti nya sama sekali tidak merelakan kepergian Amri. Kak Asyifa sedari tadi menggoda adik kecilnya.
"Cieee ada yang enggak rela nih di tinggal suaminya" Itu sudah berulang kali Asyifa meledek Qolby.
Qolby semakin bete apalagi Amri yang tertawa bukannya membela nya. "Ketawa aja terus. Biar puas. Udah tahu istrinya kangen"
Sontak Qolby menutup mulutnya. Apa tadi? Dirinya sudah kangen padahal Amri belum pergi dan masih berdiri disamping Amri?
"Bu-bukan itu maksudnya. Kalian salah dengar" Cicit Qolby dan wajahnya ia tutupi dengan telapak tangan.
Abi dan Umi gemas sendiri karena tingkah Qolby yang saat ini malu-malu kucing.
Amri menangkup wajah Qolby. Menyuruh Qolby untuk menatapnya. "Sayang. Tatap mata saya" Ucap Amri lembut.
Ucapan Amri tadi berhasil membuat hati Qolby meleleh. Qolby menatap wajah Amri yang tersenyum manis. Degupan jantung mendadak berpesta didalam sana. Qolby tidak kuat lama-lama di tatap selembut itu.
"I-iya" Jawab Qolby gugup.
"Walaupun kita berbeda tempat. Hati saya tetap untuk kamu. Doa sebagai perantara kita berkomunikasi. Dan Allah akan menjaga saya ataupun kamu disini. Insyaallah saya kembali dengan aman"
Amri membawa Qolby kedalam dekapannya. Mengelus puncak kepala Qolby lembut. "Jaga diri kamu yah disini. Makan yang banyak. Jangan sampai sakit"
Qolby mengangguk pelan. Bulir air matanya jatuh dengan mulus. Rasanya sangat berat berpisah dengan Amri. Apalagi selama satu bulan?
"Kamu jangan nangis. Banyak orang yang akan menemani kamu. Ada Umi, Abi, Kak Asyifa, Mayra, Arifah. Banyak, kan? Jadi jangan nangis yah"
Amri melepaskan pelukannya. Jarinya mengusap air mata yang membekas di pipi Qolby. Amri menyeret koper dan berjalan menjauh.
Qolby menatap lirih kepergian Amri yang sama sekali tidak ia bayangkan. Kak Asyifa memeluk lengan adiknya.
"Udah jangan nangis. Ada kami yang gantian nemenin kamu di rumah" Qolby hanya mengangguk patuh seraya menatap Amri yang sudah hilang dari penglihatannya.
...
Qolby duduk di ranjang sendirian. Di ruang tamu ada dua sahabatnya yang berkunjung sekaligus menginap. Qolby tadi pamit sebentar untuk ke kamar.Qolby merasa akhir-akhir ini ia merasa pusing dan tidak enak badan. Hari ini sudah satu Minggu kepergian Amri. Pria itu benar-benar tidak memberikan kabar.
"Kabarin dong. Saya kangen. Saya khawatir sama keadaan kamu. Dasar suami aneh!" Kesal Qolby kepada handphone yang tergeletak di ranjang.
Perutnya mendadak sakit, muak, dan pusing. Qolby dengan langkah sempoyongan masuk ke dalam kamar mandi. Mengeluarkan semua yang ada di perutnya di closed. Qolby terduduk di lantai. Sama sekali tidak kuat berdiri.
Arifah dan Mayra yang tiba-tiba khawatir masuk ke kamar dan mendapatkan Qolby yang wajahnya sangat pucat.
"Kita ke rumah sakit sekarang. Ayo!" Ucap Arifah tegas. Walaupun Qolby terus melarang. Mayra membantu Qolby berjalan dan mendudukkan di ranjang.
Arifah memesan taksi online seraya memijit kaki Qolby. Arifah kaget saat keringat dingin bercucuran di tubuh Qolby.
"Qolby, kamu enggak apa-apa? Qolby?" Tidak ada jawaban dari Qolby. Mereka pikir tadi Qolby memejamkan mata untuk tidur sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istikharah Cinta
SpiritualBersaksi cinta diatas cinta Dalam alunan tasbihku ini Menerka hati yang tersembunyi Berteman dimalam sunyi penuh do'a Sebut namaMu terukir merdu Tertulis dalam sajadah cinta Tetapkan pilihan sebagai teman Kekal abadi hingga akhir zaman Istikharah ci...