Bab 9

30 7 1
                                    

Hari ini adalah hari H Pernikahan Ilham. Qolby punya ribu alasan agar tidak ikut. Mulai dari tidak enak badan, ada acara keluarga, dan ingin rebahan full dirumah aja. Tapi, dua sahabatnya, Arifah dan Mayra memaksanya terus menerus.

"Ayo dong Qolby. Kamu enggak asyik deh. Mas Ilham inginnya kamu tuh datang ke pernikahannya. Kamu itu udah kayak adik kandungnya Mas Ilham" Ucap Mayra duduk disamping Qolby yang masih rebahan di kasur.

"Saya tahu. Tapi saya mau istirahat di di rumah. Please yah jangan paksa saya. Beberapa hari ini, saya sibuk dan enggak ada waktu buat istirahat" Mohon Qolby dengan wajah yang dibuat-buat imut.

"Enggak mempan, Qolby. Udah yuk siap-siap. Mandi gih. Nanti pakaiannya biar kami yang tentukan" Arifah memaksa Qolby turun dari ranjang.

Qolby turun dari ranjang dengan ogah-ogah-an. "Saya capek. Please. Saya mau rebahan lagi" Qolby hendak naik keatas ranjang tapi tubuhnya di dorong oleh Arifah dan Mayra kedalam kamar mandi.

"Masuk deh. Jangan banyak tingkah" Geram Arifah dan Mayra pun gemas sendiri.

"Cocoknya sih pakaiannya warna yang ini aja deh" Ucap Arifah mengambil gamis batik dari dalam lemari.

"Cocok buat datang ke pernikahan. Biar kompak sama si doi" Mayra pun setuju 45.

Siapa lagi kalau doi nya sih Qolby yah Amri. Dua wanita ini menjodoh jodohkan Qolby dengan Amri. Menurut mereka, dua sejoli itu sangat serasi bila beriringan. Apalagi beriringan menjadi suami istri.

Arifah meletakkan gamis batik dan hijab berwarna senada di ranjang. Qolby masih diam di kamar mandi melihat dua sahabatnya.

"Kami nunggu diluar yah. Oh ya ada info penting. Pangeran Amri sudah nunggu di depan buat nganterin tuan putri Qolby" Ucap Mayra dengan alis yang naik turun.

Hah? Amri di depan? Nganterin saya?

Qolby pun menutup pintunya. Ia mendengar suara pintu kamar yang tertutup. Arifah dan Mayra menunggu di depan. Qolby menghidupkan keran air. Membersihkan tubuhnya yang lengket menjadi segar.
...
Qolby sudah berada di dalam mobil milik Salman. Lagi-lagi supir untuk hari ini adalah Salman. Qolby duduk dibelakang sendirian. Perasaannya jadi tak karuan. Entah kenapa jantungnya berdetak dua kali lipat saat membayangkan wajah Ilham. Itu baru membayangkan belum ketemuan langsung. Bisa-bisa auto pingsan di tempat.

Amri menyadari keanehan Qolby. Ditatapnya lama Qolby dari kaca depan. Amri duduk di depan kursi penumpang. Mata keduanya bertemu untuk beberapa saat. Mereka menatap tanpa ekspresi. Tapi Amri tahu maksud dari tatapan Qolby. Wanita itu gelisah, bingung, dan resah. Semuanya bercampur aduk. Semua ia tumpahkan melalui tatapan itu kearah Amri.

Amri akhirnya tersenyum. Mencoba menenangkan wanita itu dengan cara tersirat. Qolby menunduk dalam. Qolby menangis dalam diam. Tidak ada Isak tangis terdengar. Rupanya hal itu tidak berhasil.

Akhirnya mereka sampai di sebuah hotel ternama. Ilham adalah anak dari direktur rumah sakit. Tapi pria itu memilih hidup mandiri tanpa bantuan campur tangan kedua orangtuanya.

Sudah banyak para tamu berdatangan. Sepertinya orang-orang penting terlihat dari pakaian mereka yang sangat mahal. Qolby jamin hal itu.

Mereka memutuskan menemui pengantin pria dan wanita yang saat ini duduk di pelaminan. Qolby menatap nanar kearah Ilham. Qolby sempat mematung sesaat, tapi tangannya ditarik sama Mayra. Ilham sangat tampan dengan balutan kemeja abu-abu. Serasi dengan sang istri.

"Selamat mas Ilham. Istrinya juga selamat. Cantik banget istrinya" Ucap Arifah seraya bersalaman.

"Thanks banget yah kalian mau datang" Ucap Ilham dan tak lupa tersenyuman.

"Mas ternyata diam-diam makan dalam yah. Katanya enggak mau nikah, eh tiba-tiba udah nyebar undangan aja. Cieee" Ledek Mayra membuat Ilham dan sang istri tertawa melihat tingkah lucu dan gemas Mayra.

Saat ini Qolby berhadapan dengan Ilham. Qolby tersenyum kaku. Ilham memandang Qolby lekat.

"Terimakasih banyak udah datang adik kecilku" Ilham mengacak pelan puncak kepala Qolby.

Qolby tak merespon hanya diam. "Kok murung sih. Ini hari bahagianya saya. Senyum dong" Ucap Ilham seraya tersenyum hangat.

'Tapi ini hari terburuk saya' Batin Qolby.

"Selamat atas pernikahannya Mas Ilham sama istrinya" Ucap Qolby buru-buru pergi tanpa melihat kearah Ilham.

"Kamu kenapa, Qolby? Ada yang salah dengan hari ini?" Gumam Ilham melihat Qolby masuk kedalam kerumunan para tamu.

Qolby berhenti tepat dihadapan Amri. Bulir-bulir air mata nya lolos begitu saja.

"Qolby" Panggil Amri dengan nada khawatir.

"Saya... Hiks... Saya enggak bisa lama-lama disini. Maaf"Qolby melanjutkan langkahnya tapi tangannya di tahan Amri.

"Ikut saya"
...
Qolby pasrah tangannya ditarik Amri. Mereka berhenti di depan Indomaret. Amri masuk kedalam Indomaret. Qolby tidak mengikuti hanya menunggu di luar.

Amri kembali dengan membawa dua botol Aqua dingin. "Nih minum dulu. Tenangkan pikiran kamu" Amri menyerahkan botol Aqua dingin kepada Qolby.

Qolby menerima nya dan tersenyum kecil. Meneguk hingga setengah. Tenggorokan nya terasa segar.

"Kenapa murung terus?" Tanya Amri seraya menatap jalan raya yang melenggang sepi.

Qolby menoleh dan menggeleng.

"Bohong. Raut wajah kamu enggak bisa bohong. Kamu itu murung. Kenapa? Ada masalah?" Tanya Amri kembali. Pasalnya wanita itu tidak mau menjawab sejujurnya.

"Saya merasa enggak suka kalau Mas Ilham menikah" Ucap Qolby pelan tapi Amri dapat mendengarnya.

Amri menghela nafas panjang. "Saya tahu kenapa kamu enggak suka"

Qolby menoleh cepat. "Kenapa? Kok kamu bisa tahu, padahal saya yang punya badan enggak tahu"

"Alasannya adalah satu. Kamu belum bisa berjauhan dengan Mas Ilham. Karena setengah dari kehidupan kamu di isi oleh Mas Ilham" Jawab Amri.

Qolby menyetujui. Kalau dipikir-pikir itu alasan paling logis. Tapi, kenapa harus ada rasa sesak di dada?

Qolby ingin menanyakan hal itu. Tapi menurutnya itu terlalu jauh. Lagipula ini soal perasaan dirinya sendiri. Amri pun enggak bakalan tahu.

"Kenapa kamu mencintai Mas Ilham?" Tanya Amri tiba-tiba. Pandangan Amri lurus melihat jalan raya.

Qolby menoleh cepat. Kenapa Amri bisa tahu? Hal ini sudah lama ia sembunyikan dengan serapi mungkin. "Kamu tahu darimana?" Pada akhirnya Qolby bertanya.

Tenggorokan nya mendadak tercekat saat ingin menjawab. Amri pun meneguk air dingin segar kembali. Qolby masih setia menatap Amri, menunggu jawaban yang ia nantikan.

"Saya tahu kamu mencintai Mas Ilham saat Mas Ilham memberitahu tentang pernikahannya dan disitulah wajah kamu berubah drastis menjadi murung. Akhir-akhir ini saya perhatikan kamu lebih banyak diam dari biasanya" Jawab Amri panjang lebar.

Qolby menunduk dalam. Betapa bodohnya dirinya. Kenapa harus Amri yang tahu hal ini?

Qolby mengangguk lemah. "Kamu benar"

"Jangan sedih, kamu enggak bisa menanggung kesedihan itu sendirian. Curhat sama Allah. Allah pasti bisa bantu. Maaf saya enggak bisa kasih saran buat hal ini. Karena percuma, yang bisa membantu toh bukan saya, tetap Allah yang bisa membantu kamu"

Qolby berusaha tersenyum. Menampilkan senyuman terbaik buat hari ini. "Terimakasih Amri. Maaf sudah merepotkan kamu. Maaf, saya menjadikan kamu teman curhat saya"

Amri mengangguk kecil. "Tapi saya punya pilihan buat kamu"

Qolby menaikkan alisnya sebelah. Merasa penasaran dengan maksud dari Amri.

"Maksudnya apa?"

"Saya punya pilihan. Menikahlah dengan saya. Saya akan bantu kamu melupakan Mas Ilham"

Qolby tercengang dengan pernyataan Amri. Hal konyol apa lagi ini? Kenapa Amri mengucapkan nya dengan sangat mudah. Apa ia tidak memikirkan resiko kedepannya?

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang