"Mas Ilham?"
"Assalamualaikum Qolby" Salam Ilham lalu duduk di kursi yang berbatasan dengan meja. Di atas meja ada satu toples keripik singkong.
"Wa'alaikum salam" Jawab Qolby yang masih berdiri mematung.
"Duduk. Santai aja. Saya kesini hanya menjenguk kamu" Ucap Ilham santai seraya makan keripik singkong.
Qolby pun duduk. Matanya lurus kedepan. Enggan menatap wajah Ilham.
"Saya dengar dari teman kamu, kamu sakit. Sakit apa? Udah di bawa ke rumah sakit?" Tanya Ilham tenang. Walaupun sebenarnya ia sangatlah khawatir. Baginya, Qolby sudah seperti adik perempuannya sendirian. Ia merasa Qolby masih menjad tanggung jawabnya.
"Alhamdulillah saya sudah mendingan. Saya enggak ke rumah sakit dan itu permintaan saya" Jawab Qolby dan sengaja menekan kalimat terakhir. Takutnya Ilham akan menyalahkan Amri yang tidak membawanya ke rumah sakit.
"Alhamdulillah. Saya senang mendengarnya. Amri dimana? Di dalam?" Tanya Ilham seraya menoleh kearah dalam rumah.
"Lagi ke luar" Jawab Qolby singkat.
Ilham ber-oh ria.
Keadaan pun hening. Tidak ada yang berbicara. Baik dari Ilham maupun Qolby. Bahkan sampai datangnya Amri.
Amri menghela nafas panjang saat melihat Ilham ada di depannya. Qolby beranjak dari kursinya dan menyalami Amri.
"Kamu buatkan minuman. Biar saya yang temani Mas Ilham" Pinta Amri.
Qolby mengambil kantong plastik yang berisi sabun, shampoo, dan alat-alat mandi lainnya dari tangan Amri lalu masuk kedalam rumah.
Amri duduk di tempat Qolby tadi. Matanya menatap wajah Ilham yang sangat tenang. "Ada apa datang kemari?"
"Menjenguk Qolby. Saya dengar dia sakit" Jawab Ilham.
Amri ber-oh ria. "Kalau begitu karena Mas Ilham udah datang, saya berterima kasih banyak. Tapi, saya peringatkan kalau datang ke rumah setidaknya saya ada di rumah juga. Saya takut ada fitnah dari tetangga tentang kalian berdua!" Ucap Amri memperingatkan Mas Ilham.
Tatapan keduanya sama tajam. Ada rasa permusuhan untuk keduanya. Tatapan itu pun terputus saat Qolby membawakan dua teh manis dingin.
"Terimakasih Qolby" Ucap Amri dan tersenyum manis.
"Saya masuk kedalam dulu. Permisi" Pamit Qolby dan Amri mengangguk setuju.
"Karena sudah sore, saya pamit pulang. Terimakasih sudah mau menerima saya. Assalamualaikum" Ucap Ilham setelah menghabiskan satu gelas teh manis dingin.
Amri beranjak dari tempatnya. "Wa'alaikum salam" Jawab Amri.
Matanya menatap gerak-gerik Ilham yang masuk kedalam mobil hingga keluar dari pekarangan rumah.
Amri kembali masuk kedalam rumah. Qolby sudah menunggu di ruang tamu.
"Amri enggak bertengkar sama Mas Ilham, kan?" Tanya Qolby khawatir.
Amri menggeleng. "Enggak. Kalau kami bertengkar sudah habis dia sama saya" Ucap Amri sombong.
Qolby mendengus kesal. Bisa-bisanya saat ini Amri menjadi sombong.
"Loh kenapa mendengus gitu? Bagus lah kalau saya sombong. Berarti saya bisa menjaga kamu, Qolby" Amri mengelus lembut puncak kepala Qolby.
"Iya, iya" Jawab Qolby setengah ikhlas dan Amri tertawa puas. Menurutnya Qolby saat ini sedang mode imut. Walaupun sebenarnya sedang kesal.
...
Amri dan Qolby kembali mengajar di Pesantren Darul Qur'an. Amri baru saja keluar dari dalam kelas. Dua orang santri memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istikharah Cinta
SpiritualBersaksi cinta diatas cinta Dalam alunan tasbihku ini Menerka hati yang tersembunyi Berteman dimalam sunyi penuh do'a Sebut namaMu terukir merdu Tertulis dalam sajadah cinta Tetapkan pilihan sebagai teman Kekal abadi hingga akhir zaman Istikharah ci...