10. A Dream

65 15 0
                                    

Not a human; a dream

"Nayeon-ah, aku mohon bangun." Jungkook sudah berlutut di sebelah ranjang yang berisikan seorang gadis di sana. Terbaring kaku begitu saja seolah membiarkan Jungkook menangisinya dan terlihat seperti orang payah seperti itu.

"Nayeon, aku mohon." Suara Jungkook terdengar menyedihkan, bahkan pemuda itu seakan tidak malu berlutut dan menangis keras di depan Hoseok juga seorang suster di sana. Juga jangan lupakan Jimin yang juga berada di sana. Berdiri di ambang pintu sembari menatap pemandangan di depannya dengan tatapan miris.

Akankah Seulgi juga seperti itu jika dia mati?

"Jung, sudah, biar suster mengurus Nayeon, kita kabari keluarganya dulu." Jungkook mengatur napas, pemuda itu lalu mengusap matanya kasar kemudian berdiri dari posisinya. Berjalan pelan menjauh dari sana dengan Hoseok yang merangkul bahunya.

Jujur saja, walau Nayeon sudah melukai hatinya, membuatnya benci, bahkan membuatnya merasa kecewa, Jungkook tetap mencintainya. Bahkan Jungkook tidak rela sama sekali saat selimut putih itu dinaikkan untuk menutupi seluruh tubuh Nayeon, lalu dibawa keluar ruangan.

Tinggallah Jungkook, Hoseok, dan Jimin berada di dalam sana. Jimin melipat bibir ke dalam, merasa kasihan juga cemas dengan keadaannya sendiri. Ia kemudian melangkah keluar dari sana sambil menundukkan kepala, lalu berjalan menuju kamar rawatnya untuk menjenguk dirinya sendiri.

Sementara Jungkook belum bergerak atau berbicara sama sekali. Bahkan pemuda itu masih betah menatap lantai rumah sakit yang dipijakkinya. Entah kenapa dan bagaimana, pikirannya melayang pada Kang Seulgi yang tengah menunggu kesadaran Jimin saat ini. Jungkook tahu, Jimin tidak akan sadar jika misinya gagal.

Kalau dipikir-pikir, mereka sama, Jungkook tahu itu. Dia dan Seulgi berada pada posisi yang sama. Jika saja Jimin meninggal dunia karenanya, maka Seulgi juga akan menangis dan merasa hancur sepertinya, apalagi dia adalah seorang perempuan.

"Hoseok-ah, setelah ini jangan temui aku, aku mau menenangkan diri." Mendengar itu, Hoseok lalu mengangguk beberapa kali dan menampilkan senyuman tipis. "Apa pun untuk kenyamananmu." Jungkook menoleh saat itu juga, lalu tersenyum tipis kemudian memeluk teman kerjanya itu. "Terima kasih sudah mau jadi temanku, aku beruntung sekali. Padahal aku sering sekali merepotkanmu."

"Kata-katamu seperti di dalam drama saja, berlebihan sekali. Aku senang, kok. Tidak merasa direpotkan juga." Hoseok menghela napas lalu mengurai pelukkan mereka.

"Setelah ini, kita ke rumah duka lalu aku akan mengantarmu pulang. Istirahat yang baik di rumah, oke?"

-
-
-

Suasana di rumah duka nyatanya berhasil membuat Jungkook menangis lagi. Bagaimana tidak? Orangtua juga adik Nayeon yang masih kecil sudah menangis sejak tadi sambil terus menatap bingkai foto Nayeon yang tengah tersenyum manis sambil memiringkan kepala.

Terlihat sangat cantik dan anggun, Jungkook bahkan seolah jatuh cinta pada gadis itu untuk kedua kali. Bayangan bagaimana gadis itu tersenyum, menarik tangannya untuk diajak ke suatu tempat, juga saat makan bersama kembali teriang di kepala Jungkook. Membuat mata yang tengah menatap foto itu mengeluarkan air tanpa bisa Jungkook tahan lagi.

"Nayeon-ah, kenapa kau jahat padaku?" tanyanya entah pada siapa, bagaimanapun Jungkook masih menyayangkan perilaku Nayeon yang memilih untuk selingkuh di belakangnya. Jika saja Nayeon tidak selingkuh dan tetap bersamanya, sudah dipastikan Nayeon masih berada di sampingnya dengan selamat. Tidak seperti keadaan yang sekarang.

Merasa cukup bersedih, akhirnya Jungkook berdiri, membuat Hoseok yang berada di sebelahnya juga ikut berdiri lalu memasang senyuman manis yang dipaksakan. "Pulang?" Jungkook mengangguk, membuat Hoseok ikut mengangguk dan berpamitan pada keluarga Nayeon sebelum akhirnya benar-benar keluar dari bangunan menyedihkan itu.

NOT A HUMAN || SEULMIN FANFICITONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang