12. The Mission

66 16 0
                                    

Not a human; the mission

"Terima kasih." Jimin tersenyum senang untuk kesekian kali karena berhasil mendapatkan kata itu dari bibir nenek yang baru saja dia bantu untuk membawa barang belanjaannya ke dalam taksi.

Pemuda itu lalu mengedarkan pandang, berusaha mencari seseorang yang setidaknya bisa dia bantu dan membuatnya bisa menyelesaikan misi secepatnya. Pandangan Jimin masih mengedar, hingga akhirnya berhenti pada satu titik di mana ada seorang gadis yang tengah berdiri di baris paling depan rombongan penyeberang jalan.

Gadis itu menyematkan rambutnya ke belakang telinga, hal yang membuat Jimin melukis senyuman manis di bibirnya tanpa sadar. Ia tetap diam di tempatnya dengan tatapan yang tidak lepas dari gadis yang bahkan sudah berjalan menyeberang jalan dan semakin dekat dengannya.

"Oh, Jungkook-ssi?" Jimin tersentak, ia kemudian terkekeh bodoh dan membungkukkan badan agar terlihat sopan dan formal. "Halo, Noona. Kita bertemu lagi." Seulgi memoles senyuman manis lalu menatap pemuda di depannya dengan alis yang terangkat. "Kenapa ada di luar siang-siang begini? Matahari sangat terik, bagaimana kalau kita pergi ke kedai yang ada di sana?"

Seulgi menunjuk sebuah kedai es krim sederhana yang ada di ujung jalan dengan dagunya, sementara Jimin sendiri sudah mengikuti arah mata Seulgi lalu mengangguk tanpa berpikir dua kali. "Baiklah, ayo." Seulgi berjalan lebih dulu di depannya setelah tersenyum dan mengangguk satu kali.

Membiarkannya berjalan di belakang gadis itu sembari menatapnya lamat. Jika saja Seulgi tahu bahwa yang berjalan di belakangnya ini bukanlah Jungkook melainkan Jimin, bagaimana reaksinya?

Jujur saja, pemuda itu mulai merindukan Seulgi. Terakhir mereka berhubungan manis adalah beberapa tahun yang lalu, saat malam di mana Seulgi mengakhiri hubungan mereka keesokan harinya tanpa alasan yang jelas. Membiarkannya merasa sedih dan kecewa pada gadis itu selama beberapa waktu sampai akhirnya Jimin tahu tentang kebenaran pernikahan mendadak itu.

"Kita duduk di sini saja, ya? Aku yang traktir, ayo pesan es krim yang kau mau." Jimin mengangguk beberapa kali dan membuka buku menu, membaca daftar menunya dan tersenyum saat menemukan rasa favoritnya.

"Sudah menemukan es krimmu?" Jimin mendongak, terdiam sebentar karena merasa aneh dengan sikap Seulgi yang begitu berbeda di depan Jungkook. Terlihat begitu dewasa dan bahagia, padahal Jimin tahu Seulgi tidak tengah merasa bahagia saat ini. "Eum, aku pesan rasa cokelat dan matcha."

Seulgi terdiam selama beberapa detik di sana. Menatap Jungkook dengan mata yang melebar karena ucapan Jungkook yang berhasil membuatnya teringat akan seseorang. "B-baiklah, kami pesan cokelat dan matcha, lalu vanila dan stoberi, terima kasih." Pelayan perempuan itu kemudian pergi dari sana setelah mencatat pesanan dan mengangguk beberapa kali.

Meninggalkan dua manusia yang sekarang tengah saling menatap namun dengan tatapan yang berbeda. Jimin dengan tatapan senang, sementara Seulgi dengan tatapan sendunya. Sadar akan tatapan Seulgi, akhirnya Jimin berdehem lalu menatap Seulgi dengan alis yang sedikit berkerut. "Kenapa menatapku seperti itu? Ada yang salah?"

"Tidak, hanya saja kau mengingatkanku pada seseorang." Jimin terdiam di sana sambil tersenyum dalam hati. Dia tahu orang yang dimaksud Seulgi adalah dirinya sendiri. "Siapa?" tanya Jimin seolah tidak tahu jawabannya.

"Jimin, dia sangat suka rasa cokelat yang dicampur dengan matcha." Gadis itu terkekeh pelan namun dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku jadi teringat saat kami makan es krim bersama." Gadis itu menyeka air matanya lalu terkekeh lagi. "Ah, maafkan aku."

"Tidak apa-apa." Jimin melipat bibirnya ke dalam sebentar lalu menatap Seulgi dengan topik baru yang muncul di kepalanya. "Bagaimana kabar Jimin? Apa keadaannya membaik?" Mendengar pertanyaan itu, Seulgi lalu tersenyum manis. "Iya, itu sangat membuatku bahagia. Kata Dokter, Jimin berkembang dengan baik, bahkan dia bilang kalau Jimin akan sadar dalam beberapa hari jika kondisinya membaik terus seperti itu. Aku sangat tidak sabar melihatnya melihatku."

NOT A HUMAN || SEULMIN FANFICITONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang