3. Promise

68 16 0
                                    

Not a human; Promise

"Cepat bangun, Jim. Aku merindukanmu."

Suara, mimik wajah, juga cara Seulgi mengenggam tangannya masih teriang di kepala Jimin hingga saat ini. Sekarang dia sudah berada di dalam rumah Jungkook yang gelap. Anak itu sudah tidur, dan waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Rasanya tidak mungkin jika Jimin masuk ke dalam tubuh anak itu dan berjalan-jalan keluar untuk mencari siapapun yang membutuhkan pertolongan.

Di sisi lain, kehadiran Seulgi tadi membuat semangatnya perlahan membara. Setidaknya dia harus berjuang untuk menyelesaikan misinya dengan baik agar bisa bertemu dengan Seulgi lagi bukan? Dia ingin bertanya banyak hal pada gadis itu. Salah satunya adalah tentang kenapa Seulgi menjenguknya di malam yang larut dan bagaimana hubungan Seulgi dengan tunangannya itu.

Apakah mereka sudah menikah?

-

-

-

Jungkook mengakhiri mimpinya tepat pada pukul 6 lebih lima menit. Ia lantas mengulangi kegiatan paginya seperti pada pagi-pagi sebelumnya-mandi hingga berangkat kerja. Kemudian meninggalkan Jimin sendirian di dalam rumah.

Tapi tidak, Jimin tidak berdiam diri di rumah untuk hari ini. Misinya bertambah satu. Jimin ingin pergi ke rumah Seulgi, melihat gadis itu dari jauh dan memastikan bahwa gadis itu masih mencintainya atau tidak.

Jika diingat lagi, Jimin masih belum mendapatkan kata terima kasih sama sekali hingga hari ini. Jimin pikir, hal itu bukanlah hal yang sulit karena selama inipun, Jimin selalu menganggap remeh kata itu. Bahkan Jimin sempat berpikir bahwa dia akan berhasil pada hari ke-8, namun tidak. Semuanya tidak berjalan seperti yang dia inginkan.

"Ke mana kau semalam?" Jimin masuk ke dalam rumah Seulgi. Katakan saja bahwa Jimin adalah arwah yang lancang karena masuk ke dalam rumah orang tanpa permisi. Tapi Jimin seakan tidak peduli lagi dengan hal itu. Jimin hanya ingin memastikan keadaan gadis itu.

Sementara apa yang dilihat Jimin saat ini? Seulgi tengah duduk di tepian ranjang kamarnya dengan kepala yang menunduk dengan jari yang meremat satu sama lain, gadis itu terlihat takut. Sementara di depannya sudah ada seorang pria yang diingat Jimin adalah sebagai tunangan Seulgi waktu itu-tunggu, apakah gadis itu sudah menikah?

"Aku bertanya, Seul. Jangan mendiamkanku." Jimin menautkan alis, merasa tidak terima dengan nada bicara pria itu. Bahkan terdengar tidak bersahabat sama sekali. "Aku pergi ke rumah sakit." Jimin masih diam, sementara Seulgi yang berada di sana lantas menundukkan kepalanya dalam, takut saja jika pria yang ada di depannya ini marah kemudian melukainya seperti malam itu.

"Untuk apa kau ke sana? Ada yang sakit, atau menjenguk siapa? Lalu kenapa harus malam-malam begitu, hah?" Jimin mengepalkan tangannya secara tak sadar. Pria itu memang benar-benar membuat Jimin kesal sendiri. Dan apa yang dilakukan Seulgi? Bahkan gadis itu masih diam dan menundukkan kepalanya. Dia tidak bergerak sama sekali.

Padahal seingat Jimin, Seulgi adalah seorang wanita yang cukup pemberontak, dia akan memprotes hal yang dirasanya tidak cocok bagi dirinya. Lantas apa ini? Kenapa dia diam saja seolah terima-terima saja ditanyai dengan nada seperti itu oleh pria yang sekarang sudah beracak pinggang dan menggerakan kepalanya-terlihat lelah. "Seul, jangan membuatku marah." Pria itu menjauh, kemudian menghela napas panjang. "Untuk apa kau ke sana?!" Kali ini badan Seulgi sedikit bergetar, terlihat terkejut dengan nada bicara pria itu.

"Aku pergi menjenguk temanku. Aku ke sana malam-malam karena aku tahu kalau kau tidak akan membiarkanku pergi."

Plaakk.

NOT A HUMAN || SEULMIN FANFICITONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang