8. A Ghost

63 18 0
                                    

Not a human; a ghost

"Aku sudah bertemu denganmu? Yang benar?" tanya Jungkook tak percaya, sementara pemuda yang ada di seberang sana sudah menghela napas panjang karena lelah meyakinkan.

"Iya, aku sudah bertemu denganmu. Aku bahkan menjemput ke rumah sesuai dengan jam yang kau mau. Kenapa kau terkejut sekali?"

Jungkook melipat bibir ke dalam dan menundukkan kepalanya sebentar. Merasa bingung setengah mati. "Tapi, Jung. Sebenarnya ada sesuatu yang aneh saat aku bertemu denganmu tadi." Jungkook mengerjapkan mata, lalu mendongakkan kepala. "Apa?"

"Kau seperti tidak mengenalku, kau juga tidak ingat siapa itu Park Jimin, kau juga seperti tidak ingat kenapa aku berada di rumahmu tadi. Aneh sekali, kau kenapa, sih?" Jungkook melipat bibirnya ke dalam. Sungguh, dia tidak tahu harus menjawab apa sekarang. Bahkan dia sendiri tidak mengerti tentang apa yang dialaminya saat ini.

"Eum, sepertinya ada sesuatu yang aneh, Hoseok-ah. Aku tidak tahu apa, tapi banyak orang yang bilang sepertimu. Kadang-kadang mereka bilang kalau bertemu denganku malam hari, padahal aku tidak pernah keluar malam." Jungkook memperbaikki posisi duduknya dan memangku bantal kesayangannya.

"Kata mereka aku aneh dan tidak mengenal mereka, termasuk Nayeon waktu itu. Dan satu lagi, saat itu aku bertemu dengan-"

"Iya!" Suara Hoseok membuat Jungkook menautkan alis. Hey, itu bukan kata yang tepat untuk diucapkan sekarang. "Ya! Kenapa kau bilang begitu?"

"Anu, maaf, pacarku memanggilku tadi. Sepertinya dia akan marah kalau aku terus mengobrol, besok kau harus bercerita denganku di kantor, maaf, ya, Jung," ucap Hoseok dengan terburu-buru dan langsung memutuskan sambungan teleponnya secara mendadak.

Jungkook lalu menjauhkan ponsel dari sisi kepalanya. Menatap ke arah depan dengan hati yang tak tenang. Dia tahu ada sesuatu yang sangat tidak beres ada di rumahnya, tapi... Apa?

Sambil melipat bibir ke dalam, akhirnya Jungkook kembali menarikan ibu jari di atas layar ponsel, berusaha menghubungi untuk temannya yang tahu tentang mereka. Jungkook yakin kalau salah satu dari mereka adalah penyebab semuanya, jadi dia menghubungi temannya itu.

Lama telepon itu terabaikan begitu saja, hingga akhirnya Jungkook mendengar temannya menyapa dari seberang sana. Hal yang berhasil membuatnya menghembuskan napas lega luar biasa.

"Ada apa, Jung?" Jungkook memperbaikki posisi duduknya lalu tersenyum tipis. "Eum, aku butuh bantuanmu. Apa kau bisa ke rumahku sekarang?"

"Kenapa aku harus ke rumahmu? Kita bahkan tidak dekat." Jungkook melipat bibir ke dalam sambil merutukki dirinya sendiri yang begitu tertutup dengan orang lain.

Dia bahkan baru sadar kalau hubungannya dengan pemuda di seberang sana termasuk buruk karena insiden malam itu, di mana Jungkook menumpahkan minuman di pakaian orang itu dan meminta maaf satu kali sebelum akhirnya pergi. Jungkook tahu, seharusnya dia bertanya apakah perlu mencucikan atau mengganti pakaiannya, tapi dia tidak melakukan hal itu karena tidak punya uang, waktu itu.

"Eum, iya, aku tahu kita tidak dekat, aku sudah menumpahkan minuman di pakaianmu saat reuni. Tapi, aku sangat butuh bantuanmu." Terdengar helaan napas yang cukup panjang dari seberang sana, membuat Jungkook melipat bibir ke dalam karena takut jika dia menolak permintaannya.

"Baiklah, aku akan ke sana. Kirimkan saja alamatnya, aku ke sana 10 menit lagi," ucapnya dengan nada yang agak ketus lalu menutup sambungan telepon. Sementara Jungkook sekarang sudah tersenyum tipis dan menarikan ibu jarinya di atas layar untuk mengirim alamat rumahnya pada teman masa SMA-nya dulu.

NOT A HUMAN || SEULMIN FANFICITONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang