Sejak pukul tujuh pagi hari ini, sekolah udah diramein sama suara suara dari speaker pusat. Maklum, event besar yang udah bolak balik dibahas di chapter sebelumnya bakal diadain sore ini. Karena ini bener bener event penting, yang namanya gladi bersih aja dimulai dari pagi.
Untuk siswa yang ga ikut lomba apa–apa dan cuma jadi penonton hari ini, jadwal sekolah diliburin dan diganti jadi masuk sekolah jam 4 nanti.
Ya bukan karena apa apa sih, pihak sekolah hanya takut kalau siswanya tetep sekolah kaya biasanya, persiapan event bakal keganggu dan terambat.
Disitulah alasan Nako tertekan betul dari pagi. Padahal hari ini semua orang sedang bersiap siap dengan betul-betul, tapi Nako justru ngerasa down banget.
Bukan hal yang bisa disepelein sih menurutku. Karena kesedihan kecemasan Nako sejak kemarin ini udah ngacauin focus dan produktivitas nya.
Latihan balet di les kemarin sih gaada masalah, madam juga bilang kalau kinerja Nako tiap harinya makin baik.
But yea, Nako ga merasakan apa apa saat latihan kemaren.
Gaada rasa bersemangat,atau sekedar bahagia selama latihan.
Kalau sampai nanti sore dia masih begini,aah udahlah. Kayanya udah gaada harapan lagi…
“Atas nama Yabuki Nako,”
Mendengar namanya dipanggil ngebuat Nako yang notabenenya sedang duduk di kursi deret paling belakang aula ini mendongakkan kepalanya.
“Hadiir!” Serunya keras, sampai berhasil terdengar oleh panitia osis.Sayangnya, kedengeran doang. Kelihatan Nakonya dimana aja orang ini engga bisa.
“Yabuki, Yabuki Nako dimana?” Tanya panitia osis ini dengan berulang kali.
Nako udah ngangkat tangannya tinggi tinggi, tapi walau begiu panitia ini kebetulan tetep ga bisa ngeliat letak cewek itu duduk.
Yang bikin kesel tuh, semua orang yang duduk di sekitar Nako begitu acuh tak acuh ke dia. Sekedar bilangin dimana Nako duduk aja pada gamau.
Panitia osis yang makin kebingungan karena peserta seleksi terbaik ini ga muncul ke hadapannya jadi frustasi sendiri.
Makanya dia langsung menggaruk tengkuk kepalanya dengan gugup, “Yabuki Nako ga hadir kah? Kalau beneran ga hadir gua tulis gugur kalau gitu…”
Nako jelas mendengar ucapan itu, dan bayangin aja betapa paniknya Nako saat itu.
Cewek ini kemudian beralih berdiri dari tempatnya , dengan tangan yang makin dijulur keatas dia hendak berseru keras, “Yabuki Nako had-“
Seruan keras yang tiba tiba saja terputus itu ngebuat seisi aula menoleh tepat kearah Nako dengan perasaan kaget dan bingung.
Tapi yagitu deh, Mereka semua makin kaget kala memutar kepala dan mengarahkan pandangannya ke Nako.
Gacuma mereka sih, Nako pun sama kagetnya sekarang.
Padahal Nako duduk di kursi paling ujung dan paling belakang barisan, tapi bisa bisanya ada orang yang melewati sampingnya dan ikut mengangkat tangan Nako begitu tinggi.
Sosok yang sama tingginya dengan Sanha ini menunjukkan raut dingin sembari mengangkat satu tangan Nako begitu kuat sampai sampai badan mungil Nako itu ikut terangkat.
Tangan Nako berasa digantung ke arah cowok ini.
But in some certain way, Nako gamarah udah diangkat setinggi ini hanya dengan satu tangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONLIGHT MELODY┊ 00-01 Line
Fanfiction🃏| tentang Nako , dan rahasia serikat siswa