.
.
.
.
.
.
Enjoy!"Nih bang".
Theo melihat benda bentuk persegi empat dengan design yang amat sangat elegant ada di depan nya dengan pandangan bertanya tanya sekaligus takut.
"Siapa jeff?". Jeffand orang yang ngasih benda itu menghela napas kecil.
"Me dan jane". Theo tertegun, pendengaran. Dia amat berfungsi baik dan rasa takut yang theo takuti terbukti.
Theo melihat jeffand dengan pandangan nanar dan tajam, "kenapa harus secepat ini jeffand!, lo ngancurin masa depan jane tau gak?! Bajingan lo jeff!". Bentak theo sambil menarik kerah baju jeffand
Jeffand terkekeh sinis, "Gue ga ngancurin masa depan jane bang!, gue bertanggung jawab dan bakal nanggung segala resiko nya kalo ini semua terjadi!, dan see?". Tunjuk jeffand kearah undangan yang dia kasih ke theo, "bajingan? Lebih bajingan mana main belakang sampe making love di saat diri lo udh punya pacar?!".
Bugh!
Jeffand tersungkur setelah theo memukul mukanya, yang sekarang mengeluarkan sedikit darah di sudut bibirnya.
Jeffand mengusap darah yang keluar, lalu menatap theo remeh, dan bangkit dari tersungkurnya, "bang kalo gue ga punya hati ataupun hati nurani gue ga bakal datangi lo dan ngasih ini undangan!, gue berusaha ngelupaiin masalah kita yang kemarin!, karna lo udah gue anggap sodara sendiri".
Menjeda sedikit ucapan nya, lalu beralih memandang theo seperti dulu, "Gue harap lo dateng", ucap jeffand lalu pergi dari hadapan theo sambil menepuk sedikit bahu nya.
Theo sadar, dia barusan udah kebawa emosi. Bahkan jeffand aja dengan gampang nya udah maafin dirinya yang bajingan ini, theo cuma kalut aja dan masih belum bisa melepas jeanne walaupun dia yang berulah dari semua masalah ini.
Mengembuskan napas pelan, dia harus minta maaf setelah ini sama jeffand atas perilakunya barusan, mengambil undangan yang dikasih jeffand yang tadi terletak di bawah.
Memandang undangan itu lirih, melihat nama orang yang masih dia sayang bersanding dengan laki-laki lain ternyata rasanya sesakit ini. Rasanya berat mengikhlaskan nya, tapi theo harus, karna ini semuanya salahnya, karna adanya undangan ini, itu dari dirinya juga.
"Semoga jeffand laki-laki yang tepat ya jane". Ucap nya lirih.
-mas theo sama aku aja ><
□□□□□
"Babe".
Jeremy menoleh saat suara yang iya kenali memanggil dirinya, dan tersenyum manis kearah sang kekasih yang saat ini berdiri di depan pintu kamar nya, lalu masuk kedalam.
"Kamu kok ga bilang aku kalau mau kesini?".
"Tadi aku udah telfon kamu tuh, tapi ga di angkat. Yaudah aku langsung aja kerumah kamu." Ucap sandra kesal menatap jemy.
Jemy terkekeh geli liat tingkah kekasih nya itu, "Tadi kaya nya aku lagi anter mama, terus lupa ga di bawa pas pulang langsung mandi belum sempet liat hape babe, tuh lagi di charger". Tunjuk jemy kearah hape nya
Sandra kali ini mengangguk ngerti, "kak jane ada ngga babe?".
Jemy mendudukan diri nya di samping sang pacar, lalu menidurkan badan nya. Menjadi kan paha sandra sebagai bantalan.
"Kak jane, lagi check up sama genk nya. Paling bentar lagi juga pulang".
"Loh?, kamu ko ga bilang aku sih?, aku juga kan pengen nemenin ihh". Kesal sandra lalu menabok pelan pipi jemy yang saat ini sedang bermain game.