Selamat menikmati.
****
Drama pertama.
Perempuan berponi depan bak kartun berjudul Dora berjalan melenggak-lenggok. Dari jarak lima meter di depannya, seorang laki-laki berseragam rapi yang kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana berjalan ke arahnya. Perempuan itu berpura-pura tersandung ketika jarak keduanya menipis.
"Awww!" Pekikannya terdengar jelas.
Secepat kilat, laki-laki itu menangkap tubuhnya. Benar-benar seperti drama murahan yang sering berseliweran di televisi.
"Lo nggak apa-apa?" Pemilik nama Aldi menanyakan kondisi perempuan itu. Raut khawatir tidak lepas dari wajah tampannya.
"Gue nggak apa-apa. Untung ada lo yang nyelamatin gue. Thank, ya." Perempuan itu kembali berdiri meski dari wajahnya sangat enggan--berada di dekat Aldi membuatnya nyaman.
Aldi tersenyum lega. Setelah berpamitan, dia pergi meninggalkan perempuan itu, yang melompat-lompat sambil berteriak heboh.
Kena menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan tingkah laku perempuan itu. Sebenarnya, dia sudah biasa melihat drama yang dibuat siswi SMA Nusa supaya bisa dekat dengan Aldi. Namun, ketika melihatnya lagi, rasanya Kena bosan bahkan merasa mual.
Drama kedua.
Jam istirahat pertama, Letta lebih dulu pergi ke kantin. Kena masih sibuk mencatat materi di papan tulis, setelah selesai menulis, dia mengemas alat tulis, memasukannya ke dalam tas. Baru beberapa langkah keluar kelas, Kena melihat dua siswi tengah melakukan aksinya saat melihat Aldi yang hendak melewati mereka.
Drama apaan lagi, nih.
"ARGHH!" Siswi berkuncir kuda dengan postur tubuh S memekik keras. Kedua tangannya memegang perut.
Siswi di sebelahnya membantunya berdiri, memegang kedua bahunya.
Seperti malaikat jatuh dari langit, Aldi berlari ke arah dua siswi itu. Rambutnya diterpah angin. Menunjukkan dahi mulusnya. Benar-benar pemandangan yang cocok untuk mencuci mata.
"Temen lo kenapa?" tanya Aldi pada teman siswi itu.
"Kayaknya mag-nya kumat, deh, Kak." Karena Aldi satu tingkat di atasnya membuat siswi itu memanggil 'Kak'.
"Lo bisa jalan sendiri?"
Sebagai jawaban siswi itu menggeleng pelan.
"Biar gue gendong." Aldi membungkukkan punggungnya. "Lo naik."
Karena sudah muak melihat drama murahan yang dibuat oleh adik kelasnya, Kena memilih cabut dari sana. Entah kenapa dia merasa kasihan pada Aldi. Sikap baik dan wajah tampannya selalu dimanfaatkan oleh siswi-siswi yang haus perhatian.
***
"Ke mana aja lo dari tadi gue tungguin lama banget!" Letta mendelik marah. Dia mengangsurkan soto yang sudah Kena pesan kepadanya sebelum pergi ke kantin.
"Biasa. Habis lihat drama murahan dulu," jawab Kena sekenanya sambil melahap soto, makanan favoritnya di kantin.
"Udah tau drama murahan kenapa masih ditonton. Nggak bosen lo?"
Kena mengecap keras membuat Letta memukul lengannya, "Bisa nggak sih makan itu yang anggun dikit," omel temannya.
"Sori, Let." Kena terkekeh. "Kalau dibilang gue bosen ya pasti. Tapi, kadang seru juga tau lihat drama-drama kayak gitu. Yang nggak habis pikir itu si Aldi. Kenapa mau aja dikadalin sama cewek-cewek haus perhatian?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Koma Belum Titik [END]✔
Teen FictionBerawal dari pertemuan pertama di lapangan basket, Kena untuk pertama kalinya bertemu dengan Aldi, salah satu siswa populer di sekolahnya. Hingga pada pertemuan selanjutnya, saat kunjungan industri yang diadakan sekolahnya, membuat hubungan Kena dan...