Jarum jam menunjukan pukul sepuluh, Kena belum terlelap di tempat tidurnya. Sedangkan teman-teman satu kamar dengannya sudah tertidur pulas. Kena memutuskan mencari angin sebab terlalu bosan di kamar.
Di koridor penginapan tampak sunyi dengan pencahayaan yang kurang. Kena berjalan sendirian, tidak tahu harus ke mana, tujuannya hanya ingin mencari menenangkan diri di tempat yang nyaman.
Langkah kakinya terhenti ketika melihat seseorang yang mampu mengunci pandangannya agar tetap menatap ke arah laki-laki itu. Aldi. Dia sedang sendirian, duduk di kursi taman yang ada di luar penginapan.
"Aldi?" Kena menghampiri Aldi. "Lo ngapain sendirian di sini?"
Aldi tersenyum melihat kedatangannya. "Gue lagi belajar buat bersiapan lomba besok. Lo sendiri?"
"Nyari angin. Gue nggak bisa tidur soalnya."
"Duduk sini, Ken." Aldi menepuk kursi di sampingnya.
"Jadi, besok lo juga ikut lomba pramuka? Lo ikut lomba yang mana? Biar gue tebak pasti cerdas cermat tingkat penggalang kelompok?!"
Setahu Kena besok beberapa murid SMA Nusa mengikuti lomba pramuka tingkat provinsi. Berhubung penyelenggaraannya satu kota dengan tempat kunjungan industri mereka dan hari perlombaannya saling berdekatan.
Aldi bertepuk tangan kemudian mengangkat ibu jarinya. "Keren! Jawaban lo bener."
Sudah Kena duga pasti Aldi mengikuti lomba cerdas cermat. Selain menjadi ketua osis di sekolahnya, Aldi termasuk siswa yang cerdas. Sering mendapat posisi sepuluh besar di kelas dan sekolah.
"Besok lo mau datang ke tempat perlombaan gue, Ken?"
Kenapa Kena menangkap ada nada permohonan dari pertanyaan Aldi? Sebenarnya tanpa Aldi minta Kena juga akan pergi menontonnya. Dia tidak butuh pergi ke tempat wisata. Yang dia ingin lakukan adalah menonton perlombaannya, mendukungnya sebagai teman.
"Datang nggak, ya?" Kena pura-pura berpikir. Bermaksud menggoda Aldi, tapi dia dibuat terkejut oleh tindakan Aldi kepadanya.
Aldi memegang kedua lengannya, menatapnya intens. "Lo harus datang kalau lo emang beneran temen gue?"
Tindakannya itu tidak terduga membuat jantung Kena rasanya hampir mati. Dengan gugup Kena mengangguk pelan. Padahal dia berniat menggoda Aldi dan yang terjadi malah sebaliknya.
Cara Aldi menatapnya sangat tegas, namun sinar matanya terlihat sendu. Hingga Kena tidak ingin melepaskan tatapan darinya. Seperti tata surya di mana matahari yang menjadi pusatnya, tidak ada cara bagi planet untuk pergi meninggalkannya.
Aldi ... apa dia akan menjadi matahari untuk Kena? Menjadikannya sebagai pusat agar selalu bersamanya?
***
Bus berhenti di sekolah yang menjadi tempat perlombaan pramuka. Sekolah itu memiliki lapangan yang luas dengan rumput-rumput subur. Banyak siswa dari sekolah lain yang mengikuti lomba ini. Mereka memadati lapangan dengan memakai seragam pramuka.
"Gue nggak ikut nonton, Ken. Gue lebih milih wisata." Letta terkekeh pelan. Dia sudah merencakan memilih berwisata daripada menyaksikan lomba yang menurutnya membosankan.
"Udah gue duga pasti lo lebih milih wisata yang nggak jelas. Gue mau turun dulu. Hati-hati lo," balas Kena bangkit dari kursinya.
"Dah-dah, Kena! Selamat menikmati!" seru Letta dari balik punggung Kena.
Kena turun dari bus, pandangannya berkeliling mencari tempat perlombaan yang diikuti Aldi. Selain dirinya, banyak siswa dari sekolahnya yang ikut menonton juga. Mungkin beberapa siswa itu ingin mendukung Aldi sama seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Koma Belum Titik [END]✔
Teen FictionBerawal dari pertemuan pertama di lapangan basket, Kena untuk pertama kalinya bertemu dengan Aldi, salah satu siswa populer di sekolahnya. Hingga pada pertemuan selanjutnya, saat kunjungan industri yang diadakan sekolahnya, membuat hubungan Kena dan...