Setelah mengeluarkan isi perutnya, Kena berkumur dengan air mineral, kemudian membuangnya di plastik hitam itu. Aldi mengambil plastik itu, mengikatnya, lalu membuangnya ke tong sampah di bawah kursinya. Kena merasa lega karena Aldi tidak merasa jijik, buktinya laki-laki itu dengan senang hati mengikat plastik yang jelas-jelas kotor karena muntahannya.
"Gimana udah enak, kan?" tanya Aldi.
Kena mengangguk, "Iya. Lega banget. Makasih, ya, udah bantu gue.""Santai, aja, Ken." Aldi tersenyum seperti senyum yang sering Kena lihat. Senyum sarat ketulusan. "Kayaknya bentar lagi kita mau sampai. Nggak usah lanjut tidur, lo buat ngobrol aja supaya lo nggak muntah lagi."
"Gue nggak sabar banget. Tahun lalu kelas gue kunjungan industri ke usaha rumahan, tapi kali ini ke pabrik." Kena memulai topik pembicaraan sambil menatap keluar jendela.
Aldi ikut menatap pemandangan di luar. "Mungkin karena ini tahun terakhir kita. Harus ada kenangan yang berkesan."
Bus melaju memasuki area pabrik yang luas. Dengan pemandangan pegunungan di belakangnya. Suasana sangat sejuk. Pabrik yang mereka kunjungi memproduksi minuman sehat, sudah memiliki banyak cabang di Indonesia bahkan pusat cabangnya ada di Jepang.
"Biar gue aja yang bawa. Lo turun duluan." Aldi mengambil alih tas yang sedang Kena bawa.
Kena jadi tidak enak karena sikap Aldi. Tapi, mau bagaimana lagi tubuhnya terlalu lemas untuk membawa tas seberat itu, lebih baik serahkan pada Aldi. Lagian bukan dia yang meminta melainkan Aldi sendiri yang menawarkan bantuan.
"Gue turun duluan, ya."
"Iya, Ken. Hati-hati."
Tepat saat kakinya menginjak aspal, Letta berlari menghampirinya. Mengecek kondisinya. Temannya itu mengajak Kena untuk beristirahat sebentar di Musolah.
"Bentar. Tas gue ada di Aldi," jawab Kena dengan nada lemas.
"Hah? Aldi? Jangan bilang lo duduk bareng Aldi!"
"Ssst.. jangan keras-keras. Gue emang duduk bareng Aldi. Udah, ya, jangan banyak nanya gue lagi males jawab. Nanti aja!"
Meskipun dari wajahnya Letta seperti ingin bertanya, tapi Letta mengurungkannya memilih untuk diam.
Tidak lama Aldi menghampiri mereka, mengangsurkan tas pada Kena, yang segera diambil oleh Letta. Dia yang akan membawanya dalam kondisi seperti ini Kena mana sanggup membawa tas sebesar ini. Lagian tasnya juga sudah dia taruh di Musolah.
Selama tiga puluh menit siswa-siswi SMA Nusa beristirahat, mereka segera melanjutkan acara selanjutnya. Semua siswa dan guru berkumpul di satu aula. Kursi dan meja sudah disiapkan bahkan ada layar besar di depan yang menunjukan iklan minuman.
Seorang berpakaian rapi menjelaskan produk minuman yang mereka produksi di depan layar besar itu. Semua siswa memperhatikan. Ada pula sesi tanya jawab kemudian dilanjut dengan melihat-lihat proses produksi minuman itu.
Semua berjalan lancar. Siswa-siswi mencatat hal-hal penting yang nantinya akan mereka buat sebagai laporan dan dipresentasikan di depan guru dan semua siswa SMA Nusa. Setelah semuanya selesai. Acara yang paling ditunggu-tunggu adalah, pergi ke tempat wisata.
***
Kena tidak menyangka ada sebuah danau di belakang pabrik yang mereka kunjungi. Danau itu sangat indah. Sebelum pergi ke tempat wisata mereka memutuskan bersantai dulu di danau. Tidak menyia-nyiakan kesempatan berfoto di sana.
"Ken, fotoin gue dong!" Letta memberi ponselnya, kemudian berjalan menuju pinggir danau, berpose bak model majalah Arena.
Kena mencari posisi yang bagus sebelum memotret. Namun, gerakannya terhenti saat akan men-klik tombol potret. Di layar kamera, terekam seorang siswi berdiri sendirian di pinggir danau, dia menoleh ke kiri dan kanan seperti melihat kondisi sebelum melakukan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Koma Belum Titik [END]✔
Teen FictionBerawal dari pertemuan pertama di lapangan basket, Kena untuk pertama kalinya bertemu dengan Aldi, salah satu siswa populer di sekolahnya. Hingga pada pertemuan selanjutnya, saat kunjungan industri yang diadakan sekolahnya, membuat hubungan Kena dan...