dua

313 43 19
                                    

NONGKRONG di salah satu kafe yang letaknya tidak jauh dari sekolah seringkali Nolan dan teman-temannya menghabiskan waktu di sini jika kegabutan melanda mereka. Waktu istirahat tadi siang, mereka memang sudah berjanji untuk mengunjungi kafe ini, yang tempatnya lumayan banyak pengunjungnya walaupun kebanyakan para remaja yang berdatangan ke tempat ini.

"Lan, emang bener ya kalo kita rebus buku paket matematika, terus air rebusan itu kita minum, kita bakal jadi pintar matematika?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Elang membuat kepala Nolan langsung berbelok dan menatap cowok itu. Rupanya bukan hanya Nolan saja, Ragas, Miko, berserta Saka juga ikut menatap Elang.

"Kenapa lo tanya itu?" sahut Nolan.

"Soalnya gue pernah denger, dan entah kenapa gue jadi kepikiran. Kayaknya enak aja gitu jadi orang yang pinter matematika. Gimana? Gue lagi serius nih," jawab Elang dengan tampang polosnya.

Saka, yang duduk disamping kiri Nolan mengangkat tangannya. Ia kemudian mendengkus kuat, sebelum akhirnya menyeletuk, "gue nyerah, gue nggak mau ikut campur sama hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan Elang. Ngaco!"

"Lang, dengerin omongan gue ya," ujar Nolan dengan nada datar. Walaupun sebenernya ia malas meladeni Elang dan segala kebobrokannya, tapi melihat tatapan polos cowok itu membuat bagian hati Nolan sedikit tercubit.

Setelah dijawab anggukan semangat dari Elang, Nolan pun berkata lagi. "lo tau mi instan nggak?"

Elang menjawab cepat, "taunya mi goyeng," ujarnya.

Ragas sudah menggertakkan giginya menahan gemas. Ia melotot marah pada Elang. Tidak tahan, ia pun memukul meja satu kali. Suaranya yang agak nyaring membuat orang yang duduk disekitar bangku mereka ada yang langsung menoleh.

"Gue nyerah, males banget ikut-ikutan jawab pertanyaan Elang. Bisa langsung mukul orang gue saking emosinya!" Ragas mengeluarkan napas panjang, kemudian menyandarkan punggungnya di kursi, dan tangannya kini terlipat di depan dadaa.

"Apa sih lo Gas, nggak jelas banget. Lagian gue kan cuma nanya sama Nolan. Nggak nanya lo tuh gue," balas Elang enteng. Kemudian ia menatap Saka. "Lo juga Sak, gue nggak lagi nanya lo kok."

Ragas dan Saka hanya menghela napas pasrah tanpa membalas ucapan Elang.

"Buruan Lan, lanjut lagi!" Elang menepuk pelan punggung tangan Nolan. Ia menatap Nolan serius dengan tatapan dalam.

Nolan mengangguk patuh meskipun dengan berat hati menjelaskan pertanyaan tidak penting dari Elang. "Mau itu mi goreng, mi kuah, atau mi apapun. Kalo bentuknya dalam kemasan gitu. Ya itu namanya mi instan Elang. Sampai sini paham nggak lo?"

Elang menatap Nolan tanpa berkedip, membuat Miko yang duduk di samping Elang langsung menepuk bahu cowok itu.

"Lo paham nggak Lang?" tanya Miko.

Elang mengangguk cepat, "paham-paham, terus gimana lagi? Apa hubungannya pertanyaan gue tadi sama mi instan? Kok jadi nggak jelas kayak mukanya Ragas sih?"

Mendengar namanya dibawa-bawa, Ragas menegakkan tubuhnya. Bola matanya melotot lebar. "Kenapa jadi gue? Nggak usah bawa-bawa nama gue lo!'" hardik Ragas dengan tatapan tajamnya.

Nolan & ElataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang